Thursday, July 24, 2014

Kenapa Syiah Doyan Berkhianat?

Category: Aqidah
Published on Friday, 15 November 2013 15:55
Oleh Syaikh DR. Imad Ali Abdus Sami’
Saya tidak ingin pada pada bab ini memaparkan secara panjang lebar tentang akidah Syi’ah, semisal masalah imamah, masalah caci mereka terhadap para sahabat Nabi, masalah perubahan Al-Qur’anul Karim, atau lain sebagainya. Karena permasalahan akidah seperti ini telah dibahas dalam banyak tulisan yang memang memusatkan kajiannya pada sisi keakidahan kaum Syi’ah. Di sini, saya hanya ingin menyebutkan beberapa akidah yang berkaitan dengan pengkhianatan. Akidah inilah yang menjadi mesin penggerak bagi syi’ah dalam setiap pengkhianatannya. Dan tidak diragukan lagi bahwa apa yang dilakukan manusia bersumber dari hasil akidah yang dianutnya yang berada di dalam hati, ia terwujud dalam polah keagamaan. Berdasar akidah itulah seseorang beragama, kemudian dengan kuatnya dia berpegang pada akidah itu, serta berusaha dengan penuh loyalitas untuk menjalankannya.
Dari sini, Anda dapat melihat bahwa pengkhianatan Syi’ah kepada Ahli Sunnah merupakan bagian dari sikap keagamaan mereka. Bahkan bagi mereka, hal itu merupakan sebuah jalan pendekatan menuju ridha Allah Subhanahu wa ta’ala.

1.Kafir, Bagi Orang yang Tidak Beriman Terhadap Otoritas Imam Itsna Asyariah (Imam Dua Belas)
Telah disebutkan dalam buku-buku dan referensi syi’ah bahwa imamah adalah salah satu dasar dari beberapa dasar agama, dan siapa yang mengingkari imamah atau mengingkari salah seorang imam yang ada, maka orang tersebut dinyatakan telah kafir.
Pengarang kitab Hakikat Syi’ah telah menukilkan pendapat dari berbagai perkataan para imam Syi’ah yang menetapkan akidah yang seperti itu, dan saya akan paparkan kepada Anda beberapa di antaranya:
Pendapat salah seorang tokoh mereka, Muhammad bin Ali bin Husein bin Babaweh Al-Qummi yang biasa mereka juluki dengan gelar As-Shaduq, dalam risalah Al-I’tiqadat (hal. 103, Markas Nasyr Al-Kitab – Iran 1370 H) bunyinya, “Akidah kita meyakini bagi siapa yang menoloak imamah Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib dan para imam setelahnya –Alaihissalaam- maka orang tersebut bertanda telah menolak kenabian semua para nabi. Dan bagi siapa yang mengakui Ali sebagai Amirul Mukminin tetapi mengingkari salah seorang imam setelahnya, bertanda orang tersebut telah mengakui kenabian para nabi akan tetapi mengingkari kenabian Nabi kita Shallallahu ‘alaihi wa Sallam.” Dan ia menukilkan sebuah hadits yang bersandar pada Al-Imam As-Shadiq yang berbunyi, “Orang yang mengingkari generasi akhir kami, sama seperti mengingkari generasi awal kami.”
Dia juga menukilkan sebuah hadits yang dinisbatkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, yang berbunyi:
“Para imam setelahku (Nabi Muhammad) berjumlah dua belas orang, yang pertama dari mereka adalah Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib dan yang terakhir adalah Al-Qa’im (Imam Mahdi); ketaatan kamu kepada mereka berarti ketaatannmu kepadaku, maksiat kemu kepada mereka berarti meksiat kepadaku, siapa yang mengingkari salah seorang dari mereka maka berarti ia telah mengingkari aku.”
Pendapat-pendapat dari para As-Shaduq ini dan hadits-hadits yang mereka nukilkan, dinukil pula oleh ulama mereka, Muhammad Bakir Al-Majlisi dalam kitab Bihar Al-Anwar, 27/ 61-62.
Jamaludin bin Al-Husein bin Yusuf bin Muthahar Al-Hully menyebutkan secara tegas dalam kitabnya Al-Alfain Fi Imamah Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib, halaman 13 cetakan ke-3 Mu’assasah Al-A’lami Lil Mathbu’aat, 1982: “Imamah adalah kasih sayang yang umum (Al-Lutfu Al-Am), sedangkan kenabian adalah kasih sayang yang khusus (Al-Lutfu Al-Khas), karena masih mungkin ada zaman yang tidak ada seorang pun nabi hidup di zaman itu. Berbeda dengan Al-Imam, karena dia akan datang kemudian. Pengingkaran terhadap Al-Lutfu Al-Aam merupakan kejahatan yang lebih besar daripada pengingkaran terhadap Al-Lutfu Al-Khas. Sampai di sini Imam As-Shadiq mengisyaratkan dengan perkataannya terhadap orang yang mengingkari keberadaan imamah, baik pada para imam yang terdahulu maupun imam yang terakhir, sebagai sejahat-jahatnya manusia.”
Berkata Syaikh Yusuf Al-Bahraani di dalam ensiklopedinya yang diakui para pemeluk Syi’ah sebagai buku pegangan mereka, dengan judul Al-Hada’iq An-Nadirah Fi Ahkam Al-Itrah At-Thahirah, 18/153 Dar Al-Adwa’, Beirut, Libanon, ”Apakah ada perbedaan antara kelompok yang mengingkari para imam, padahal masalah imamah telah ditetapkan sebagai bagian dari dasar agama?!”
Berkata Al-Mulla Muhammad Bakir Al-Majlisi yang mempunyai gelar keilmuan Al-Allamah Al-Hujjah Al-Fakhr Al-Ummah di dalam kitab Bihar Al-Anwar, 23/390: ”Ketahuilah, bahwa syirik dan kufur yang sebenar-benarnya ditujukan terhadap orang yang tidak mengitikadkan imamah amirul mukminin dan para imam dari keturunannya dan meyakini bahwa mereka memiliki derajat keutamaan atas selainnya. Bagi orang yang tidak beritikad demikian, maka mereka akan kekal di dalam neraka.”
Berkata Syaikh Muhammad Hassan An-Najfi dalam kitab Jawahir Al-Kallam, 6/62 Dar Ihya’ At-Turats Al-Arabi , Beirut: ”Orang yang berbeda dengan ahli haq adalah kafir tanpa ada perselisihan di antara kami.” Pendapat yang sama dianut oleh Al-Mukhki dari Al-Fadhil Muhammad Shaleh dalam kitab Syarh Ushul Al-Kafi dan Asy-Syarif Al-Qadhi Nurullah dalam kitab Ihqaqul Haq: ”Kufur hukumnya orang yang mengingkari otoritas para imam, karena itu merupakan salah satu dasar agama.”
Telah menukilkan Syaikh Muhsin At-Thabathaba’i yang bergelar Al-Hakim: ”Kafir hukumnya bagi orang yang menyalahi para imam, dan ini tanpa ada perselisihan di antara mereka.” Tercantum dalam kitab Mustamsik Al-Urwah Al-Wutsqa, 1/392 Cet. Ke-3 Mathba’ah Al-Adab An-Najaf, 1970.
Berkata Ayatullah As-Syaikh Abdullah, yang biasa mereka kenal dengan sebutan Al-Allamah At-Tsani dalam kitab Tanqihul Maqaam, 1/208 bab Al-Fawa’id An-Najf, 1952. Pesan yang terpenting yang kita terima adalah, ”Di akhirat nanti dianggap kafir dan musyrik bagi orang yang tidak mengikuti Imam dua belas.”
Berkata Ayatullah Al-Uzhma sekaligus tokoh sentral mereka, Abdul Qasim Al-Khu’iy dalam kitabnya Misbah Al-Faqahah Fi Al-Muamalat, 2/11 Dar Al-Hadi Beirut: ”Tidak ada keraguan untuk mengkafirkan orang yang menyalahi imam, karena keingkaran mereka terhadap para imam, walaupun pengingkaran itu hanya terhadap salah seorang di antara mereka. Sebagaimana tidak ada keraguan mengkafirkan terhadap mereka yang memiliki keyakinan/akidah yang menyimpang, seperti Jabariyah dan lain sebagainya. Wajib dihukumi sebagai kafir dan zindiq, hal itu sesuai dengan akhbarul mutawatir yang secara jelas mengkafirkan orang yang mengingkari otoritas imam; karena yang demikian itu, menunjukkan tidak adanya persaudaraan dan tidak adanya kewajiban saling melindungi antara kita dengan mereka.”
Berkata Syaikh Muhammad Hassan An-Najfi, iamengeluarkan pernyataan yang lantang mengenai permusuhan Syiah dengan Ahli Sunnah, halitu terdapat di dalam ensiklopedi fikih terbesar di kalangan kaum Syi’ah, yaitu kitab Jawahir Al-Kalam fi Syarai’ Al-Islam, 22/62, yang berbunyi:
”Sudah sama-sama kita ketahui, bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala mengikat tali persaudaraan di antara kaum mukminin, sebagaimana dalam firman-Nya,
”Sesungguhnya orang mukmin itu bersaudara.” (Al-Hujaraat: 10)Tetapi tidak dengan mereka, bagaimana mungkin kita bisa membayangkan adanya persaudaraan di antara kaum mukminin dan orang yang menyalahi otoritas imam, karena hadits-hadits yang mutawatir dan ayat-ayat Al-Qur’an telah begitu banyak mewajibkan kita memerangi mereka dan berlepas diri dari mereka.”

Berkata Al-Allamah As-Sayyid Abdullah Syabr yang biasa dikenal dengan As-Sayyid Al-A’zham Al-Imam Al-Aqwam Allamatul Ulama wa tajul Fuqaha Ra’isul Millah wa Ad-Diin Jami’ Al-Ma’qul wa Al-Manqul Muhadzib Al-Furu’ wa Al-Ushul dalam kitabnya Haqqul Yakin Fi Ma’rifati ushuliddin, 21/1/88, Beirut:
”Adapun semua orang yang menyalahi imam dan orang yang tidak loyal dan tidak mendukung, serta tidak fanatik terhadap para imam, semisal Sayid Al-Murtadha, maka mereka telah kafir di dunia dan akhirat, dan mereka termasuk orang kafir yang kekal di neraka kelak.”
Dari pendapat-pendapat tersebut, Anda bisa mengetahui bahwa akidah Syiah telah jelas-jelas mengkafirkan kaum Ahli Sunnah. Karena itulah, mereka bebas memusuhi dan mengkhianati Ahli Sunnah dan menghalalkan darah serta harta benda kaum Ahli Sunnah, sebagaimana akan kami jelaskan pada paparan berikut (pada buku PENGKHIANATAN-PENGKHIANATAN SYI’AH dan Pengaruhnya Terhadap Kekalahan Umat Islam).
 ((Sumber: Buku PENGKHIANATAN-PENGKHIANATAN SYI’AH dan Pengaruhnya Terhadap Kekalahan Umat Islam. Karya DR. Imad Ali Abdus Sami’, hal. 13-19)) 

Published on Friday, 15 November 2013 16:29
Oleh Syaikh DR. Imad Ali Abdus Sami’

Di sini, saya hanya ingin menyebutkan beberapa akidah yang berkaitan dengan pengkhianatan. Akidah inilah yang menjadi mesin penggerak bagi syi’ah dalam setiap pengkhianatannya. Dan tidak diragukan lagi bahwa apa yang dilakukan manusia bersumber dari hasil akidah yang dianutnya yang berada di dalam hati, ia terwujud dalam polah keagamaan. Berdasar akidah itulah seseorang beragama, kemudian dengan kuatnya dia berpegang pada akidah itu, serta berusaha dengan penuh loyalitas untuk menjalankannya.
Dari sini, Anda dapat melihat bahwa pengkhianatan Syi’ah kepada Ahli Sunnah merupakan bagian dari sikap keagamaan mereka. Bahkan bagi mereka, hal itu merupakan sebuah jalan pendekatan menuju ridha Allah Subhanahu wa ta’ala.
Pada pembahasan sebelumnya telah disebutkan bahwa diantara akidah Syi'ah yang melatar belakangi pengkhianatan mereka kepada umat islam adalah Orang yang Tidak Beriman Terhadap Otoritas Imam Itsna Asyariah (Imam Dua Belas),Adalah Kafir, dan berikutnya yaitu:
 (.)Syi’ah Meyakini Bahwa Ahli Sunnah Memusuhi Ahli Bait.
Akidah yang paling berbahaya yang menyulut api pengkhianatan dalam dada kaum Syi’ah adalah keyakinan mereka bahwa Ahli Sunnah musuh bagi Ahli Bait Rasulullah Shallallahu ’Alaihi wa Sallam, mereka membenci, memarahi dan mencela Ahli Bait. Maka menurut Syi’ah; dalam pandangan kaum Ahli Sunnah, Ahli Bait adalah musuh bahkan sebesar-besarnya musuh. Karena itulah, mereka menyebut Ahli Sunnah dengan gelar An-Nawasib yaitu orang-orang yang sangat bersungguh-sungguh dalam memusuhi Ahli Bait.
Karena demikian, ada beberapa pendapat dari para syaikh, juru bicara, fuqaha kaum Syi’ah yang menerangkan bahwa musuh kaum Syi’ah yang sebenarnya adalah Ahli Sunnah, bukan yang lain.
Berkata seorang syaikh, alim, muhaqqiq (komentator), mudaqqiq (para ahli), Husain bin As-Syaikh Muhammad Ali Ushfur Ad-Daraazi Al-Bahrani As-Syi’i dalam kitabnya Al-Muhaasin An-Nafsaaniyah fi Ajwibah Al-Masa’il Al-Khurasaniyah hlm. 147 cet. Beirut:
”…Bahkan imam-imam kaum Syi’ah meyebutkan, bahwa An-Nasib (orang yang sangat memusuhi Syi’ah) adalah yang mereka kenal dengan sebutan Sunni, dan tidak ada satu pun pendapat yang menunjukkan bahwa lafal An-Nasib dimaksudkan sebagai orang yang melaksanakan sunnah.”
Berkata Asy-Syaikh Asy-Syi’i Ali Alu Muhsin dalam kitabnya Kasyful Al-Haqa’iq, Daar As-Safwah, Bairut, hlm. 249, ”Adapun An-Nawasib (ornag yang sangat memusuhi) dari ulama Ahli Sunnah berjumlah sangat benyak, di antara mereka adalah; Ibnu Taimiyah, ibnu Katsir ad-Dimasyq, ibnul jauzi, Syamsuddin Adz-Dzahabi, Ibnu Hazm Al-Andalusi, dan lain-lain.”
Al-Allamah Asy-Syi’i Muhsin Al-Mu’allim telah meyebutkan dalam kitabnya An-Nasbu wan Nawasib, cet. Dar Al-hadi, Bairut, pada Bab V Pasal 3 hlm. 259 dengan judul An-Nawasib Fi Al-Ibaad Aktsar min Mi’atai nasib (Orang yang paling memusuhi kaum Syi’ah berjumlah lebih dari 200 orang) –menurut pandangan mereka- di antaranya adalah:
”Umar bin Al-Khathtab, Abu Bakar As-Siddiq, utsman bin Affan, Ummul Mukminin ’Aisyah, Anas bin Malik, Hasan bin Sabit, Az-Zubair bin Al-Awwam, Said bin Al-Musayyab, Sa’ad bin Abi Waqqas, Thalhah bin Ubaidillah, Al-Imam Al-Auza’i, Al-Imam Malik, Abu Musa Al-Asy’ari, Urwah bin Az-Zubair, Al-Imam Adz-Dzahabi, Al-Imam Al-Bukhari, Az-Zuhri, Al-Mughirah bin Su’bah, Abu Bakar Al-Baqilani, Asy-Syaikh Hamid (Ketua Anshar As-Sunnah Al-Muhammadiyah di Mesir), Muhammad Rasyid Ridha, Mahbuddin Al-Khatib, Mahmud Syukri Al-Alusi, dan lain-lain.”
Saya belum tahu, siapakah yang tersisa dari Ahli Sunnah yang belum dimasukkan oleh kaum Syi’ah dalam kelompok kaum An-Nawasib?!
DR. Asy-Syi’i Muhammad At-Tijani berkata dalam kiyabnya Asy-Syi’ah Hum Ahlus Sunnah, terbitan Mu’assasah Al-Fajr di London dan Bairut:
”Ahli hadits (Syi’ah) adalah Ahlu Sunnah wal Jama’ah, terbukti dengan dalil yang tidak diragukan lagi. Ahli Sunnah; kata Sunnah yang dimaksud kaum Sunni adalah membenci Ali bin Abi Thalib, mencaci makinya, dan tidak memberikan pertolongan kepadanya itulah yang disebut An-Nasbu (orang yang sangat memusuhi).”
Sang penulis juga mengatakan di dalam bukunya: ”Maka dari itu, cukup dapat diketahui, bahwa madzhab An-Nawasib adalah madzhab Ahli Sunnah wal Jama’ah.”
Pada halaman 163 disebutkan: ”Setelah dipaparkan semua keterangan, tampaklah jelas bahwa pengertian An-Nawasib dimaksudkan untuk orang-orang yang memusuhi Ali ’Alaihissalaam dan memerangi Ahli Bait, dan mereka adalah orang-orang yang menyebut dirinya dengan sebutan Ahli Sunnah wal Jama’ah.”
Pada halaman 295 dikatakan: ”Jika kita ingin memperluas pembahasan, niscaya kita akan mengatakan bahwa kaum Ahli Sunnah wal Jama’ahlah yang telah memerangi Ahli Bait Nabi dengan pimpinan Bani Umayyah dan Bani Abbasiyah.”
At-Tijani telah mencantumkan dalam buku yang sama, sebuah pasal yang berjudul Permusuhan Ahli Sunnah terhadap Ahli bait; Penyingkapan terhadap Identitas Mereka. Iamenyebutkan pada hal. 159, di antaranya:
”Penulis berdiri tercengang ketika mendapati kenyataan yang sangat berseberangan mengenai Ahli Sunnah wal Jama’ah, dan penulis mendapati bahwa mereka adalah musuh Ahli Bait, merekalah yang memerangai Ahli Bait, mencaci-maki, dan melakukan tindakan yang mengakibatkan terbunuhnya para Ahli Bait, puncaknya merekamenghapus semua peniggalan para Ahlu Bait.”
Pada hlm. 164, ia melanjutkan: ”Jika kita melihat dari dekat apa yang tersembungi pada pasal ini, maka Anda akan mengetahui sisi yang tersembunyi dari Ahli Sunnah, bahwa mereka akan selalu benci terhadap Ahli Bait Nabi Shallallahu ’Alaihi wa Sallam, sampai tidak ada satu pun peninggalan Ahli Bait kecuali telah diubah oleh Ahli Sunnah.”
Pada hlm. 299, ia melanjutkan: ”Setelah melihat dan meneliti akidah Ahli Sunnah wal Jama’ah, sekaligus pula kepada referensi mereka, dan pola laku tindakan mereka dalam catatan sejarah terhadap Ahli bait, mereka mengasah pedang mereka untuk membunuh Ahlu bait, dan menggunakan pena-pena mereka untuk mendeskreditkan Ahlu Bait sesuai dengan keinginan mereka dan untuk mengibarkan bendera permusuhan mereka.”
Pembaca…! Ini hanyalah sebelintir dari begitu banyaknya bukti ucapan yang menjelaskan kepada kita tentang akidah Syi’ah; berisi keyakinan adanya permusuhan Ahli Sunnah kepada Ahli Bait, akan tetapi, yang Ahli Sunnah benci adalah orang-orang yang membenci dan menjelek-jelekkan Ahli Bait rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wa Sallam, mengatakan sesuatu atas nama Ahli Bait, dan menisbatkan diri kepada mereka dengan penuh kebohongan.
Selanjutnya, Anda akan kami sodorkan beberapa hal mengenai pengkhianatan Syi’ah yang didasari karena pemahaman akidah mereka. Ketika kaum Syi’ah berkhianat terhadap Ahli Sunnah, maka hal itu dianggap sebagai suatu kebajikan, dan amal shaleh, karena mereka telah menolong Ahlu Bait dari musuh dan pendengki mereka.
 ((Sumber: Buku PENGKHIANATAN-PENGKHIANATAN SYI’AH dan Pengaruhnya Terhadap Kekalahan Umat Islam. Karya DR. Imad Ali Abdus Sami’, hal. 19-23))