Saturday, September 27, 2014

Renungan untuk Ahlu Sunnah, menyikapi Tragedi yaman.........

(1). Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un. Ya Allah, kenapa negeri Yaman jatuh spt ini? Dulu wkt Pemrintah Yaman dekat GERAKAN ISLAM, Yaman Selatan yg Komunis mampu ditaklukkan, lalu brgabung dg Yaman Utara yg Sunni. Namun stlah negara Yaman memusuhi GERAKAN ISLAM (org-org Mukmin), mereka kehilangan kekuatan. Sampai Univ Al Iman pun jatuh ke tangan lawan. Inna lillah wa inna ilaihi raji'un. Lalu di mana bukti barokah ilmu Anbiya', atsar Salaf, hikmah min biladi Yaman? Apakah barokah artinya kehilangan negeri & kebaikannya? Ya Ilahi ya Aziz, tolonglah dan selamatkan Ummat As Sayyidul Musthafa SAW ini! Tolonglah ya Rabb. Amin amin amin. (Terlalu percaya dg Muluk Arabi brakibat hilangnya negeri-negeri Sunni. Suriah, Mesir, kini Yaman)

http://www.hidayatullah.com/berita/internasional/read/2014/09/22/30008/ibukota-yaman-dikuasai-hautsiyun-parpol-teken-kesepakatan.html#.VCD1JbYy2w4.facebook

(2). WAHAI IKHWAH SALAFI...
Saudara-saudaraku yg damai bahagia, smoga Allah Ta'ala slalu merahmatimu.
Penat sudah kita susuri jalannya pertikaian. Letih amat atas debat tanpa ujung. Jiwa raga kita melemah, muru'ah kita sirna, kekuatan kita jatuh satu per satu.
Saudaraku, kini negeri-negeri Ahlus Sunnah dalam bahaya mengancam. Suriah sdh porak-poranda. Mesir dikuasai jiwa-jiwa kejam. Yaman masuk jari-jemari Hautsi. Bahrain sdg diancam. Irak berada dalam pusaran konflik berat. Lalu bgmn negeri kita sendiri?
Di atas keprihatinan ini, mari kita peduli saudaraku. Mari peduli. Mari peduli.
Pedulimu berfaidah bagi Ummat Sunni dan hidupmu sndiri; karena engkau juga tinggal (hidup) di negeri-negeri Sunni. Tidakkah engkau suka peduli trhadap hidupmu sndiri? Pasti kita sgat brhajat kepedulian ini saudaraku.
Zaman terus berputar. Perubahan demi perubahan terus melanda. Seringkali zaman brubah lebih cepat dari kemampuan RESPON kita. Mengapa kita slalu telat dan telat lagi? Maafkan kami ya Allah ya Ghofur.
Saudaraku, mari kita peduli, dg apapun yg kita mampu; slama agama ini MASIH BUTUH kepedulian kita. Suatu masa, Allah & Rasul-Nya tdk butuh harta-harta kita, karena telah TELAT MOMEN.
Saudaraku, mari kita saling memaafkan. Mari kita tinggalkan sengketa, khilaf, permusuhan. Keadaan kita kini dalam Mahallu Zharuri (emergency); mari tinggalkan sengketa, untuk mencapai mufakat, ishlah, ta'awun.
Mari peduli dg nasib negeri-negeri Sunni, minimal dg itikad persaudaraan & mengurangi persengketaan.
Mari saudaraku. Uhibbukum billahi wa fillah.
____________________________________ 

(3). MELINDUNGI NEGARA AHLUS SUNNAH. Ciri negara Ahlus Sunnah: a. Masyarakatnya mayoritas Muslim; b. Mereka mengikuti salah satu dari EMPAT MADZHAB Ahlus Sunnah; c. Mereka bukan Syiah. Negara seperti Indonesia, Malaysia, Libya, Turki, Qatar, Mesir, Yaman, Yordan, Palestin, Afghan, SAUDI, Suriah, Maroko, Tunisia, Pakistan, dll trmsuk negeri Ahlus Sunnah. Kini banyak negeri-negeri Sunni (Ahlus Sunnah) dalam bahaya besar seperti Suriah, Irak, Yaman, Libya, Mesir, Afghan, Palestin, Chechnya, dan lainnya. Di mana peduli kita, empati, rasa rahmat di hati kita wahai Saudaraku? Ketahuilah Iran, Irak, Bahrain, Libanon dulunya adalah negeri mayoritas Sunni. Juga Yaman, negeri para Habaib dan Salafi. Kini semua berubah drastis. Satu demi satu wilayah Sunni jatuh ke tangan Imamiyah. As Sissi katanya juga didukung Imamiyah. TAPI mengapa negara Kerajaan XXXXX seolah mendiamkan kondisi ini? Padahal mrk punya uang, minyak, senjata, lobi sgat kuat. Tidak mungkin Suriah, Irak, Yaman, Libya, Palestin, Afghan hancur; bila Kerajaan XXXXX terlibat KUAT MENJAGA negeri-negeri Ahlus Sunnah ini. Wallahul Musta'an wa ilaihi Mustaka. Iman kita sedang diuji saudaraku; mau loyal kepada makhluk atau kepada Syariat (Allah)? Seperti pilihan "surga-neraka" di tangan dajjal.
_________________________________ 

(4). YA ALLAH YA RAHIIM... Rahmati para pejuang. Tolong usaha mereka. Tenangkan hati-hati mereka. Teguhkan pendirian mereka. Wibawakan mereka atas musuh-musuhnya. Sampaikan mereka ke missi perjuangannya. Menangkan IMAN dan TAUHID. Runtuhkan kekufuran, kemusyrikan, kezhaliman, angkara murka; baik pelaku & pendukungnya. Amin amin ya Mujibas sa'ilin.

(5). DULU DAN KINI. Dulu tahun 90-an ulama-ulama muda di Kerajaan XXXXX menolak keputusan negara itu unt MEMINTA BANTUAN KAFIRIN dalam rangka memerangi Saddam. Tapi ulama-ulama ini dikecam luar biasa, diboikot, dicela, difitnah, dst. Kemana-mana mereka dilabeli SURURIYUN. Dalil pihak pencela, "Tdk apa-apa meminta bantuan kufar untuk melawan kufar yg lain (Saddam)." KINI kondisi sgat brbeda. Mereka kerjasama dg kufar unt menyerang ssama Muslim. Sejahat-jahatnya Khawarij, mereka masih Muslim. SEHARUSNYA negara Kerajaan XXXXX itu kemarin ikut terlibat menyerang ISRAEL yg telah membombardir Ghaza. Saat Muslim diserang Yahudi dia diam saja, malah menyalahkan Hamas; giliran kufar menyerang Muslim, dia ikut andil di dalamnya. ANEH kok ada negara semacam ini? Katanya negeri TAUHID, ILMU, dan ATSAR? Ya Allah, kami serahkan kezhaliman mereka ke Tangan-MU ya Rahman ya Aziz.

(6). WAHAI KERAJAAN XXXXX...!
Adalah suatu kpalsuan jika Kerajaan XXXXX dianggap brperan kecil di dunia Islam atau Timur Tengah. Itu palsu.
Kerajaan tsb brperan sgat menentukan terhadap nasib negeri-negeri Ahlus Sunnah. Bukan dg MILITER karena tentaranya tak pernah berperang. Tp lewat: dana, minyak, lobi-lobi, tekanan politik.
Mari buka sdikit fakta.
[1]. Ketika tahun 90-91 negara-negara Arab takut buka pangkalan militer Amrik di negerinya; Kerajaan itu berani buka di Dahran, dg sgala macam dalil ayat, hadits, qaul ulama. Inilah awal malapetaka.
[2]. Ketika Ghaza berulang-ulang diserang Yahudi tahun 2008, 2012, 2014, Kerajaan itu tidak keluarkan kecaman ke Zionis Yahudi. Malah menyalahkan Hamas sbg biang kerok serangan. Katanya, jihad Palestin tdk syar'i karena pelakunya pake jins, merokok, muslimahnya jilbab kecil-kecil, ada yg pangkas jenggot, dll.
[3]. Ketika merebak Arab Springs, negara-negara Sunni spt Libya, Tunisia, Yaman, Mesir, Suriah, Bahrain terbakar api revolusi. Tapi KENAPA di Kerajaan itu aman-aman saja. Tanya kenapa? Pasti ada perlindungan kan. Siapa yg melindunginya? Invisible hands, maybe.
[4]. Tahun 2001 Afghan diserang Sekutu, thn 2003 Irak diserang Sekutu. Irak adalah skutu Kerajaan itu dlam Perang Iran-Irak. Afghan adalah negara yg saat era Soviet dibela mati-matian oleh Kerajaan itu & ulama-ulamanya. Kini nasib Afghan & Irak tdk menentu. Tak ada pembelaan dr Kerajaan XXXXX thd Ahlus Sunnah disana. Yang dibela malah pihak penyerangnya.
[5]. IM memenangkn pemilu demokrasi di Mesir, lalu kmenangan dirampas As Sissi. Ribuan orang meninggal, ribuan ditahan, organisasi dilarang, harta kekayaan dirampas, yayasan2 diawasi, khatib Jumat diawasi, pengajian masjid dilarang, dll. Bukan simpati ke Muslim, IM malah dikecam: "Itulah akibatnya kalau melawan ulil amri!" Lha, waktu kekuasaan Mursi dirampas beda lagi dalilnya. Katanya, "IM tdk demokratis, mau menang sendiri!" Jadi sbenarnya, ini agama apaan ya? Agama politik atau TAUHID?
[6]. Saat api revolusi mulai brhembus di Suriah, imam-imam masjid dan ulama-ulama di Kerajaan itu digerakkan untuk fatwakan JIHAD LAWAN ASSAD. Tapi stl Mujahidin masuk, tanda-tanda Jihad mulai unggul; sikap Kerajaan itu berubah. Warga Kerajaan dilarang bantu Mujahidin Suriah, yg pulang akan ditangkap, yg terlanjur berangkat dicabut status kewarganegaraan. Ulamanya berdalil: "Tdk boleh dukung Jihad di bawah panji nasionalisme." Lha kemarin waktu merebak fatwa-fatwa Jihad ke Suriah, kok lupa istilah nasionalisme? Aneh. Urusan agama, darah, iman-kufur, kehidupan, KOK JADI MAINAN?
[7]. Kini negeri Yaman, pusat Habaib & Salafi, jatuh ke tangan Syiah Hautsi. Sbelum jatuh, pemerintah Yaman sudah teriak-teriak minta tolong. Lalu dijawab: "Kami mau bantu, asal Anda putus hubungan dg Alqaidah." Akhirnya kini Yaman jatuh ke Hautsi, hanya lewat strategi MAIN MATA antara Syiah Hautsi, Pemrintah Yaman, dan Kerajaan XXXXX. Haduh, cantik bana akhlakmu wahai saudara? Lagi-lagi urusan agama, kesesatan, dalil-dalil, darah, harta, kehidupan Ummat JADI MAIN-MAIN.
Ya Allah ya Alim... Negara apa ini? Ahlus Sunnah model apa? Salafiyah merek apa? Agama Syariat yang mana?
Kehidupan kaum Muslimin, kesucian agama, nasib negeri-negeri Sunni, syiar Tauhid dan Syariat; smua itu dibuang jauh, hanya demi MENJAGA KEKUASAAN PARA BANGSAWAN. Para bangsawan jadi "tujuan tauhid" tertinggi. Nas'alullah al 'afiyah was salamah.
___________________________________ 

(7). JUJUR AKU MERINDUKAN RAJA FAHD BIN ABDUL AZIZ (rahimahumallah)
Beliau tdk sesaleh kakaknya, Raja Faisal rahimahullah. Tidak sealim ulama-ulama. Tapi kepemimpinannya disyukuri kaum Muslimin.
Sjak tahun 80-an beliau sakit-sakitan. Kekuasaan resmi di tangan adiknya (raja skarang). Katanya, di samping tempat tidurnya ada Al Qur'an yg slalu beliau baca.
[1]. Beliau berjasa besar membangun Dua Masjid Suci dg dana luar biasa besar. Beliau bangun Percetakan Mushaf dan dibagi-bagi gratis. Beliau bangun banyak universitas-universitas Islam; dan membuat kebijakan beasiswa.
[2]. Saudi, Kuwait, Emirat, dan lain-lain waktu itu terkenal sbg "gudang infak, sedekah, hibah" bagi kaum Muslimin sedunia.
[3]. Kala itu Saudi jadi motor negara-negara Muslim lewat lembaga OKI, Rabithah Alam Islami, WAMY, dll.
[4]. Saudi dipandang sbg "saudara tua" yg mengayomi Ummat, negeri-negeri Muslim. Tidak memusuhi ulama, tidak memusuhi gerakan-gerakan Islam. Tokoh-tokoh dakwah mendapat suaka & perlindungan.
[5]. Tidak pernah membantu Zionis Yahudi. Tidak tunduk pada Amerika, meskipun tidak melawan juga (spt Raja Faisal). Sikap ke Israel jelas; kontra Yahudi, bela Filistin.
[6]. Dukung penuh pejuang di negeri-negeri Muslim tertindas; tetapi tidak terang-terangan.
[7]. Dukung penuh Sunni di Irak untuk hadapi Iran. Terkenal sbg Perang Iran-Irak.
Saat beliau wafat, ribuan Ummat menyalatkan dan antar ke pusaranya. Dunia Islam kala itu berduka. Makamnya hanya gundukan tanah berpasir dan nisan batu.
Ya Rabbi, beda skali dg kondisi kini. Zaman berubah, pemimpin brganti, nasib Ahlus Sunnah kian menderita. Nas'alullah al 'afiyah war rahmah was salamah, amin.
______________________________________

(8). KENAPA WAHAI SANG RAJA?
Setelah Dr. Muhammad Mursi terpilih sbg Presiden Mesir; negara luar yg pertama kali beliau kunjungi adalah Kerajaan XXXXX.
Apa arti kunjungan itu?
Dr. Muhammad Mursi ingin berkata kepada Raja Kerajaan 5X, kira-kira begini: "Tenang wahai Raja. Anda aman. Anda saudara tua kami. Anda aman, wahai Baginda. Kami bawa pesan pemimpin-pemimpin IM."
Tapi tidak tahu, siapa PEMBISIK Sang Raja. Tiba-tiba dia berubah 180 derajat. Seolah dia berkata: "IM penipu, pendusta. Mereka lawan kami. Mereka khawarij, teroris, anjing-anjing neraka."
Hubungan baik dg IM sejak tahun 60-an sketika hancur-lebur. IM dibantai, dihina, dilumpuhkan atas dukungan penuh Sang Raja.
Saat manusia sedunia mgecam kekejaman As Sissi, Sang Raja berkata: "Kalau Amrik mencabut bantuan ke As Sissi, kami yang akan bantu As Sissi." Dunia jadi bingung. Siapa yg jadi korban, siapa yg didukung?
Kezhaliman kpd IM inilah yg menurut kami telah memporak-porandakan posisi Kerajaan itu. Mengapa? Karena, akibat kezhaliman itu baik PELAKU & SPONSOR mendapat doa-doa kehancuran dari Muslimi dan ulama sedunia (yg anti kezhaliman tsb). Pasti di antara doa-doa ini ada yg dikabulkan Allah Al Majid.
Kini kaum Muslimin sedunia tahu, apa dan bagaimana kebijakan politik pemimpin Kerajaan ini. Posisi dia goyah di hati-hati Ummat.
Andaikan IM dituduh anti kerajaan (monarkhi) dan pro demokrasi; toh faktanya IM sgat baik dan hormat kpd Kerajaan Qatar. IM di Kuwait, Yordan, Maroko juga tidak melawan penguasa monarkhi.
Blunder demi blunder terus bermunculan. Niat baik saudara (IM), dibalas adzab. Nas'alullah al 'afiyah.
Maafkan, aku bukan benci atau marah ke Kerajaan XXXXX. Aku hanya coba peduli nasib Ahlus Sunnah semampuku. Skali lagi maafkan.
Terimakasih, hatur nuhun.

Sumedang, 25 September 2014. 
https://ssl.gstatic.com/ui/v1/icons/mail/images/cleardot.gif


Monday, September 15, 2014

Ahlul Bait Mencintai Ahlussunah

BY ADMIN · AUGUST 11, 2013

ahlul bait dan sunni

Problematika Ahlussunnah atau Sunni dengan Syiah di akhir zaman ini seolah-olah sebuah isu yang tidak ada ujungnya. Banyak pihak menganggap ini adalah persoalan pelik yang tak berujung. Demikian juga masyarakat modern saat ini mengalami kesulitan yang sangat untuk memihak salah satu di antara dua kelompok ini, sehingga mereka dudukkan sikap menurut mereka yang benar adalah yang tidak memihak keduanya.
Sebenarnya permasalahan ini akan menjadi mudah apabila kita mengembalikannya kepada data-data sejarah. Dan di antara keistimewaan umat Islam adalah ilmu periwayatan yang umat ini miliki sehingga sejarah mereka terjaga, dan orang-orang yang coba memalsukannya akan dengan mudah diketahui oleh orang-orang yang berilmu.
Sejarah Islam hanya memandang satu kata untuk ajaran Syiah, yaitu ajaran yang merusak Islam dari dalam. Hal ini dibuktikan sendiri oleh keluarga Nabi shalallallahu ‘alaihi wa sallam (ahlul bait), di antaranya sikap ahlul bait itu mereka buktikan dengan menikahkan anak-anak mereka, atau ahlul bait menikahi orang-orang dari kalangan Ahlussunnah wal Jamaah, dan tidak pernah mereka menikahi atau menikahkan anak-anak mereka dengan seorang pun dari tokoh Syiah.
Dimulai dari Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menikahi dan menikahkan putri-putrinya kepada imam Ahlussunnah wal Jamaah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menikahi anak dari Abu Bakar yakni Aisyah, dan menikahi anak Umar bin Khattab yakni Hafshah. Lalu beliau menikahkan putri-putri beliau Ruqayyah dan Ummu Kultsum kepada Utsman bin Affan, dan Fathimah kepada Ali bin Abi Thalib.
Ali bin Abi Thalib menikahkan putrinya:
Ramlah bin Ali bin Abi Thalib, dengan Muawiyah bin Hakam saudara dari khalifah Bani Ummay Marwan bin Hakam.
Khadijah binti Ali bin Abi Thalib dinikahkan oleh bapaknya (Ali) dengan Abdurrahman bin Amir dari Bni Abdusy Syam, sepupu Muawiyah bin Abi Sufyan.
Ummu Kultsum bin Ali bin Abi Thalib dinikahkan dengan Umar bin Khattab.
Hasan bin Ali menikahi anak perempuan Thalhah bin Ubaidillah.
Putri-putri Husein bin Ali bin Abi Thalib:
Sukainah binti Husein dinikahkan dengan cucu Utsman bin Affan, Abdullah bin Amr bin Utsman.
Fathimah binti Husein dinikahkan juga dengan cucu Utsman bin Affan, Zaid bin Amr bin Utsman.
Putri-putri Abdullah bin Ja’far bin Abi Thalib:
Yazid bin Muawiyah adalah menantu Ja’far bin Abi Thalib.
Abdul Malik bin Marwan, khalifah Umayyah, juga beristrikan anak Ja’far bin Abi Thalib.
Dua orang cucu Hasan bin Ali bin Abi Thalib dinikahi oleh Walid bin Abdul Malik, Khalifah Bani Umayyah.
Demikian juga ahlul bait menikahi putri-putri Ahlussunnah, karena pada hakikatnya ahlul bait adalah Ahlussnah wal Jamaah, orang-orang yang berpegang kepada sunnah Nabi Muhammad dan para sahabatnya. Ibu dari Ja’far ash-Shadiq adalah cucu dari Abu Bakar ash-Shiddiq.
Sebagaimana kita ketahui periwayat hadis yang paling terkenal dari kalangan Syiah adalah Zurarah bin Sansan yang hidup sezaman dengan Ja’far ash-Shadiq, bahkan orang-orang Syiah mengatakan Zurarah adalah murid dekat dari Ja’far ash-Shadiq. Lalu apakah Ja’far ash-Shadiq menikahkan putrinya dengan Zurarah? Tidak satu pun! Atau adakah tokoh-tokoh Syiah yang menikah dengan putri-putri Ali bin Husein atau putri-putri Muhammad al-Baqir atau putri-putri Musa al-Kazhim atau putri-putri Ali ar-Ridha? Tidak satu pun, semua putri mereka dinikahkan dengan Ahlussunnah.
Mereka juga, orang-orang yang diklaim Syiah sebagai imam mereka ini menikah wanita-wanita Ahlussunnah, tidak menikahi wanita Syiah. Mengapa ini terjadi dalam sejarah Islam? Karena para ahlul bait ini adalah orang-orang yang berlepas diri dari Syiah.
Demikian juga imam-imam ahlul bait ini menamakan anak-anak mereka dengan nama-nama tokoh Ahlussunnah/Sunni: Abu Bakar, Umar, Aisyah, Utsman. Inilah nama putra dan putri Ali, Husein, dan Hasan, Ali bin Husein, Muhammad al-Baqir, mereka menamakan putra dan putri mereka dengan nama sahabat nabi. Mereka juga tinggal di lingkungan Ahlussunnah/Sunni, yakni bersama para sahabat nabi.
Ali bin Abi Thalib pernah tinggal di Kufah (daerah orang-orang Syiah) selama 4 tahun, dan Ali mendoakan kejelekan untuk penduduk Kufah karena buruknya perngai mereka. Ali bin Abi Thalib mengatakan, “Ya Allah, gantikanlah aku dengan orang-orang yang lebih baik dari mereka, dan gantikanlah untuk mereka orang yang lebih buruk dari diriku.”
Husein bin Ali bin Abi Thalib terbunuh di Kufah, masyarakat Kufah yang memanggilnya agar keluar dari Kota Madinah menuju Kufah, lalu mereka sendiri yang membunuhnya. Lalu mereka mengagungkan tanah Karbala tempat terbunuhnya Husein sebagaiman orang Nasrani mengagungkan salib, karena menurut mereka Nabi Isa ‘alaihissalam disalib.
Maksud dari pembicaraan ini adalah para ahlul bait adalah orang-orang yang jauh dari mereka, ahlul bait berlepas diri dari orang-orang Syiah sebagaimana Nabi Isa ‘alaihisslam berlepas diri dari orang-orang Nasrani.
Ali bin Abi Thalib memiliki 20 anak perempuan dan 19 anak laki-laki, sebutkan satu saja diantara mereka yang menikah atau dinikah oleh seorang Syiah! Atau anak-anak Hasan, Husein, Ali bin Husein, Musa al-Kazhim, Muhammad al-Baqir, Ja’far ash-Shadiq, Ali ar-Ridha, satu saja dari anak-anak mereka!
Lalu bagaimana bisa dikatakan ahlul bait mereka klaim mencintai Syiah atau ahlul bait membenci Ahlussunnah. Apa yang mereka lakukan hanyalah untuk menimbulkan saling kebencian antara sesama umat Islam, demikianlah kiranya musuh dalam selimut yang menghancurkan Islam dari dalam.
Inilah fakta sejarah yang kita temui, jawabannya satu dan tidak ada kesamaran, tidak ada keragu-raguan bahwasanya pendahulu umat ini baik dari kalangan ahlul bait atau selain ahlul bait berlepas diri dari ajaran Syiah.
Sumber: Ceramah Syaikh Utsman al-Khomis dengan perubah seperlunya.
Ditulis oleh Nurfitri Hadi, S.S.,M.A.
Artikel www.KisahMuslim.com


Sunday, September 14, 2014

syeikh idahram (marhadi muhayyar) agen syiah pemecah-belah aswaja

Pecinta Sahabat dan Ahlul Bait | December 24, 2013 | 

Masih segar di ingatan kita tentang buku2 propaganda yang penuh adu domba.Buku-buku yang mengatasnamakan ASWAJA padahal penulisnya adalah seorang Syi’ah.
Dengan terbitnya buku2 sesatyang dia tulis ini,kita Kaum ASWAJA mazhab Syafi’i di fitnah dan di adu domba dengan saudara2 kita kaum ASWAJA mazhab Hanbali,yang ia sebut dengan “Wahabi”.
Dialah “Abu Salafy”,yang juga bersembunyi di balik nama “Syaikh Idahram”,padahal nama aslinya adalah MARHADI MUHAYYAR.
Buku-buku yang penuh fitnah dan propaganda,membaca judulya saja terasa menjijikkan, saking bejad dan biadab nya penulisnya dalam berdusta dan memfitnah ummat Islam
Yang perlu di catat oleh kaum Muslimin:
Buku-buku ini BUKAN tulisan seorang Muslim Sunni, akan tetapi ia adalah Syi’ah (yang bertaqiyah seolah Sunni dan menyusup dalam tubuh Nahdhatul Ulama). nama samarannya ‘Abu Salafy’, padahal nama aslinya Marhadi Muhayyar. di dalam buku bangkainnya yg lain dia tampilkan namanya dengan ‘Syaikh Idahram’,itu sengaja dia balik dari dari nama aslinya ‘Marhadi’.
INILAH HAKIKAT DUSTA SYI’AH DHOLALAH!!!
‘Abu Salafy’ alias ‘Syaikh Idahram’ alias Marhadi ini adalah orang Syi’ah yang lihai berdusta. dengan cara HALUS dan sungguh menipu ia memasukkan Agama Syi’ah-nya dalam buku2nya. di antaranya,dalam buku itu ia memaksa kaum Muslimin untuk meyakini adanya mazhab yang lima, yaitu Hanafi,Maliki,Syafi’i dan Hanbali, lalu ia tambahkan Mazhab Ja’fari.
Padahal seluruh ‘Ulama kaum Muslimin ASWAJA (Ahlus Sunnah Wal Jama’ah) sepakat di atas satu keyakinan bahwa Mazhab Fiqih dalam Islam hanya Empat yaitu Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hanbali. kalaupun ada mazhab Lain misalnya seperti Mazhab Tsauri dan Zhahiri, namun mazhab ini sudah punah. Adapun yang ia sebut Mazhab Ja’fari adalah Mazhab Fiqih dalam Agama Syi’ah,tidak di kenal dalam Ajaran Islam ASWAJA (Ahlus Sunnah Wal Jamaah).Betapapun Imam Ja’far sendiri bukanlah seorang Ahli Fiqih dan tidak pernah membangun Mazhab Fiqih sama sekali.
INILAH HAKIKAT KEDUSTAAN SYI’AH DHOLALAH SELANJUTNYA!!
INDIKASI YANG MEMBUKTIKAN DIA ADALAH SYI’AH:
Lihat dan renungi apa yang di wasiatkan oleh ‘Ulama kita Hadhratusy Syaikh Kyai Haji Hasyim Asy’ari Rahimahullah (Ra’is ‘Aam Nahdhatul Ulama),dalam kitabnya Qanun Asasi Li-Jam’iyyati Nahdhatil Ulama,beliau berkata,
((Madzhab yang paling benar dan cocok untuk di ikuti di akhir zaman ini adalah empat Madzhab, yakni Syafi’i, Maliki, Hanafi dan Hanbali (keempatnya Ahlussunnah Wal Jamaah). Selain empat Mazhab tersebut juga ada lagi Mazhab Syi’ah Imamiyyah (Ja’fariyah) dan Syi’ah Zaidiyyah,tapi keduanya adalah SESAT,tidak boleh mengikuti atau berpegangan dengan kata kata mereka)).
[Kitab Qanun Asasi halaman 9].
Kemudian,dalam bukunya tersebut,’Abu Salafy’ alias ‘Syaikh Idahram’ alias Marhadi mencantumkan Rekomendasi dari Ustadz Kyai Haji Muhammad Arifin Ilham,Pimpinan Majelis Zikir Az-Zikra entul Bogor,lalu ketika di tanya langsung ke Ust.Muhammad Arifin Ilham malah beliau menjawab dengan Kaget,”DEMI ALLAH SAYA TIDAK PERNAH MEMBERI SAMBUTAN ATAU REKOMENDASI KEPADA BUKU ITU, MEMBACANYA SAJA SAYA BELUM PERNAH, SAYA BERLEPAS DIRI DARI BUKU ITU, IA TELAH BERDUSTA ATAS NAMA SAYA”.
Lihat lah kaum Muslimin Bagaimana ia berdusta…..
‘Abu Salafy’ alias ‘Syaikh Idahram’ alias Marhadi Muhayyar ini,dia adalah ORANG SYI’AH!!!
Wallaahi!!!
INDIKASI APALAGI YANG MEMBUKTIKAN KALAU DIA SYI’AH!!??
Tidak mungkin seorang Sunni ASWAJA (Ahlus Sunnah Wal Jama’ah) mengatakan bahwa tanah suci dalam Islam selain Makkah dan Madinah ada juga tanah suci yang lain,yaitu tanah Karbala di Iraq.
Demi Allah ini adalah DUSTA dan SESAT!!!
KAUM MUSLIMIN (Khususnya ASWAJA) di tipu & di kelabui mentah-mentah oleh dia!!!
Seluruh Kaum Muslimin ASWAJA (Ahlus Sunnah Wal Jamaah) sepakat bahwa tanah suciummat Islam hanya ada tiga, yaitu: Masjidil Haram di kota Makkah, Masjid Nabawi di kota Madinah, dan Masjidil Aqsha di Palestina. Sebagaimana yang terdapat dalam Hadits2 Rasulullah…
Adapun Tanah Karbala di Iraq di mana tempat Husein Bin ‘Ali Radhiyallahu’anhuma cucu Rasulullah Syahid,maka ini TIDAK TERMASUK TANAH SUCI. Akan tetapi itu merupakan padang pasir bersejarah yang menjadi saksi atas kebiadaban dan pengkhianatan orang-orang Syi’ah kepada Ahlul Bait ‘Alaihim Salam hingga menyebabkan terbunuhnya Cucu tercinta Rasulullah,Husein Bin ‘Ali,Radhiyaallaahu’anhu Wa Ardhah.
KESIMPULANNYA:
‘Syaikh Idahram’ yang bernama asli Marhadi Muhayyar ini,dia adalah seorang aktivis Syi’ah. dia bersembunyi di balik nama ‘Abu Salafy’ dengan menyusup di tengah-tengah Kaum Muslimin (khususnya NU) dan mengadu domba Kaum Muslimin lintas Mazhab. ia mengadu domba kaum Muslimin Mazhab Syafi’i yang di sebut ASWAJA dengan Kaum Muslimin mazhab Hanbali yang ia sebut ‘Wahabi’.
Ia mengadu domba kaum Muslimin dengan cara menyusupkan ‘Aqidah Syi’ah-nya dalam setiap kesempatan. Ia menghembuskan Fitnah kepada Kaum Muslimin Mazhab Hanbali dengan mengangkat Isu ‘Wahabi’….
KENAPA SELALU ISU “WAHABI” YANG DIANGKAT???!!!
Dengan mengangkat isu ‘Wahabi’,maka Kaum Muslimin Mazhab Syafi’i (ASWAJA) akan tersibukkan dgn isu fiktif ini dan berpaling dari KESESATAN SYI’AH RAFIDHAH yang telah lama di peringatkan oleh tokoh mereka Kyai Haji Hasyim Asy’ari Rahimahullah. dan tanpa di sadari,Syi’ah ini sedang menyusup ke Ormas Nahdhatul Ulama (NU) dan Muhammadiyyah,dua Organisasi besar Kaum Muslimin di Indonesia.
Padahal Ribuan massa yang menghancurkan dan membakar pesantren-pesantren Syi’ah di jawa timur,baik sampang,madura,atau jember,mereka adalah Ummat Islam kaum Nahdhiyyin (NU),BUKAN “Wahabi”.!!!
Oleh karena itu WASPADALAH!!!!!!!!!!!
Terkait isu “Wahabi”,maka cukuplah ‘Ulama2 dan Tokoh2 Nasional kita di tanah air sebagai panutan.
Mari sejenak kita perhatikan apa yang di ceritakan oleh Prof.DR.Buya Hamka Rahimahullah tentang Kaum Muslimin Madzhab Hanbali yang di sebut ‘Wahabi’.
Prof.DR.Buya Hamka berkata,
“Ketakutan Belanda itu bertambah lagi karena abad ke 19 sudah datang gerakan agama Islam militan langsung dari Makkah, menggerakkan umat Islam dan membangkitkan semangat Tauhid di alam Minangkabau.
Belanda yang lebih tahu daripada orang Minangkabau sendiri apa artinya Islam yang murni, karena mendapat advis dari ahli-ahli Orientalis tentang semangat Islam, melihat bahwa kemajuan gerakan Islam yang timbul di Padang Darat itu akan sangat berbahaya bagi rencananya menaklukkan seluruh Sumatera. Belanda telah mengetahui bahwa gerakan Wahabi di Tanah Arab yang telah menjalar ke Minangkabau itu bisa membakar hangus segala rencana penjajahan, bukan saja di Minangkabau, bahkan di seluruh Sumatera,bahkan di seluruh Nusantara ini.”
Gerakan “Wahabi” di ceritakan oleh Prof.DR.Buya Hamka sebagai gerakan Tauhid militan yang semangat mengumandangkan Jihad melawan penjajah hingga membuat gentar penjajah Belanda pada waktu itu.
Terakhir,Al-Habib KH.Ahmad Bin Zein Al-Kaff (Ketua PW NU Jember) berkata,”Wahabi itu adalah saudara kita,masih sama-sama Ahlus Sunnah.tapi kalau Syi’ah BUKAN”.
Sedangkan Habib Mudhor Al-Hamid (Tokoh NU di Jawa Timur) mengatakan,”Syi’ah itu adalah Musuh Islam yang harus kita bumi hanguskan dari bumi pertiwi,mereka adalah Musuh Islam dan musuh Ahlul Bait”.
Sekian dan terimakasih
Hamba Allah yang Dha’if, Abu Husein At-Thuwailibi.
Wassalamu’alaikum Warahmatullah.

Sumber : http://www.lppimakassar.com/2013/12/syeikh-idahram-marhadi-muhayyar-agen.html


Hadits tentang Keislaman Orang Tua Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan Selamatnya Mereka dari Api Neraka

Diposkan oleh Abu Al-Jauzaa' : di 07.18
Label: Hadits
عن عائشة قالت : «حج بنا رسول الله صلى الله عليه وسلم حجة الوداع ، فمرّ بي على عقبة الحجون وهو باكٍ حزين مغتم فنزل فمكث عني طويلاً ثم عاد إلي وهو فرِحٌ مبتسم ، فقلت له فقال : ذهبت لقبر أمي فسألت الله أن يحييها فأحياها فآمنت بي وردها الله »
Dari ‘Aisyah ia berkata : “Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah melaksanakan haji bersama kami saat haji wada’. Lalu beliau bersamaku melintasi tempat yang bernama Hajuun dalam keadaan menangis dan sedih. Beliau pun turun (dari kendaraannya) dan menjauh dariku dalam waktu yang lama, kemudian kembali kepadaku dalam keadaan gembira dan tersenyum. Aku tanyakan kepada beliau (apa yang terjadi), dan beliau menjawab : “Aku tadi pergi ke kubur ibuku dan berdoa kepada Allah agar Ia menghidupkannya kembali hingga ia (ibuku) beriman kepadaku. Maka Allah pun mengembalikannya ke dunia ini lagi”.
Status hadits : Maudlu’ (palsu).
Hadits ini dibawakan oleh As-Suyuthi dalam Al-Haawiy lil-Fataawaa 2/278. Diriwayatkan oleh Al-Jurqaaniy dalam Al-Abaathil wal-Manaakir (no. 207), Ibnu Syaahin dalam An-Naasikh wal-Mansuukh (no. 656), dan Ibnul-Jauziy dalam Al-Maudluu’aat (1/283-284) dari beberapa jalan, dari Muhammad bin Yahya Az-Zuhriy Abu Ghaziyyah, dari ‘Abdul-Wahhaab bin Musa, dari Abuz-Zinaad (dalam sanad lain : dari Ibnu Abiz-Zinaad), dari Hisyaam bin ‘Urwah, (dari ayahnya), dari ‘Aisyah radliyallaahu ‘anhaa.
Muhammad bin Yahya Az-Zuhriy. Ad-Daaruquthniy berkata : “Matruk”. Ia juga berkata : “Dari ‘Abdil-Wahhaab bin Musa, ia telah memalsukan (hadits)”. Al-Azdiy berkata : “Dla’iif” [lihat Miizaanul-I’tidaal 4/62 no. 8299, Al-Mughni fidl-Dlu’afaa’ 2/642 no. 6071, dan Adl-Dlu’afaa wal-Matrukiin lid-Daaruquthniy hal. 219 no. 483].
Berikut komentar para ulama tentang hadits tersebut :
Ibnul-Jauziy berkata : “Hadits palsu tanpa ada keraguan” [Al-Maudluu’aat, 1/283].
Abul-Fadhl bin Naashir berkata : “Hadits ini palsu” [idem].
Ad-Daaruquthniy berkata : “Isnad dan matannya baathil” [Lisaanul-Miizaan, hal. 479 no. 5300 – biografi ‘Aliy bin Ahmad Al-Ka’biy].
Al-Jurqaaniy berkata : “Hadits ini baathil” [Al-Abaathil wal-Manaakir hal. 123 no. 207].
Adz-Dzahabiy berkata : “Hadits dusta” [Miizaanul-I’tidaal, 2/684 no. 5326 – biografi ‘Abdul-Wahhaab bin Musa].
Ibnu Katsir berkata : “Sangat munkar (munkarun jiddan) para perawinya tidak diketahui (majhul)” [Adillatul-Mu’taqad Abi Haniifah oleh ‘Ali Al-Qaariy – yang dicetak dalam ‘Aqiidatul-Muwahhidiin oleh ‘Abdullah bin Sa’diy Al-Ghaamidiy Al-‘Abdaliy hal. 481].
عن عمران بن حصين عن النّبيّ صلى الله عليه وسلم قال : « سألت ربّي عزّوجل أن لا يدخل أحداً من أهل بيتي النّار فأعطانيها»
Dari ‘Imraan bin Hushain, dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda : “Aku memohon kepada Rabb-ku ‘azza wa jalla untuk tidak memasukkan satupun dari keluarga (ahlul-bait)-ku ke neraka. Maka Allah pun mengabulkannya”.
Status hadits : Maudlu’ (palsu).
Diriwayatkan oleh Ibnu Basyraan dalam Al-Amaaliy (56/1) : Telah mengkhabarkan kepada kami Abu Sahl Ahmad bin Muhammad bin ‘Abdillah bin Ziyaad Al-Qaththaan : Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Yunus : Telah menceritakan kepada kami Abu ‘Aliy Al-Hanafiy : Telah menceritakan kepada kami Israaiil, dari Abu Hamzah Ats-Tsamaaliy, dari Abu Rajaa’, dari ‘Imraan bin Hushain secara marfu’.
Abu Hamzah Ats-Tsamaaliy, ia bernama Tsaabit bin Abi Shafiyyah. Ahmad dan Ibnu Ma’iin berkata : “Tidak ada apa-apanya (laisa bi-syai’)”. Abu Zur’ah berkata : “Layyin (lemah)”. Abu Haatim berkata : “Layyinul-hadiits, ditulis haditsnya, namun tidak dipakai sebagai hujjah”. Al-Jauzajaaniy berkata : “Waahiyul-hadiits”. An-Nasa’iy berkata : “Tidak tsiqah”. Ad-Daaruquthniy berkata : “Matruk”. Ibnu Hajar berkata : “Dla’iif, orang Raafidlah”. [lihat Siyaru A’laamin-Nubalaa’ 1/363 no. 1358, Tahdzibut-Tahdziib 2/7-8 no. 10, dan Taqriibut-Tahdziib hal. 185 no. 826].
Muhammad bin Yunus, ia adalah Ibnu Musa bin Sulaiman bin ‘Ubaid bin Rabii’ah bin Kudaim As-Saamiy Al-Kudaimiy, Abul-‘Abbaas Al-Bashriy. Ad-Daruquthniy memasukkan dalam kitabnya Adl-Dlu’afaa. As-Sahmiy berkata : Aku mendengar Ad-Daaruquthniy berkata : “Al-Kudaimiy dituduh memalsukan hadits”. Al-Aajurriy berkata : “Aku mendengar Abu Dawud membicarakan Muhammad bin Sinan dan Muhammad bin Yunus, memutlakkan pada (hadits)-nya kedustaan”. Ibnu Hibbaan berkata : “Ia memalsukan hadits dari orang-orang tsiqah”. Adz-Dzahabiy berkata : “Haalik (orang yang binasa)”. [lihat selengkapnya pada Al-Mughniy fidl-Dlu’afaa 2/646 no. 6109, Adl-Dlu’afaa wal-Matruukiin hal. 221 no. 488, Al-Jaami’ fil-Jarh wat-Ta’diil 3/106-107 no. 4233, dan Tahdzibut-Tahdziib 9/539-544 no. 886].
عن ابن عمر رضي الله عنه عن النّبيّ صلى الله عليه وسلم أنّه قال : « إذا كان يوم القيامة شفعت لأبي وأمّي وعمّي أبو طالب وأخ لي كان في الجاهليّة »
Dari Ibnu ‘Umar radliyallaahu ‘anhu, dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda : “Pada hari kiamat nanti, aku akan memberi syafa’at kepada ayahku, ibuku, pamanku Abu Thaalib, dan saudaraku semasa Jahiliyyah”.
Status hadits : Maudlu’ (palsu).
Diriwayatkan oleh Tammaam dalam Fawaaid-nya (2/45) : Telah menceritakan kepada kami Abul-Haarits Ahmad bin Muhammad bin ‘Ammaarah bin Abil-Khaththaab Al-Laitsiy dan Muhammad bin Harun bin Syu’aib bin ‘Abdillah, mereka berdua berkata : Telah memberitakan kepada kami Abu ‘Abdil-Malik Ahmad bin Ibrahim Al-Qurasyiy : Telah menceritakan kepada kami Abu Sulaiman Ayyuub Al-Mukattib : Telah menceritakan kepada kami Al-Waliid bin Salamah, dari ‘Ubaidullah bin ‘Umar, dari Naafi’, dari Ibnu ‘Umar radliyalaahu ‘anhuma, dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam.
Al-Waliid bin Salamah, ia adalah Ath-Thabaraniy Al-Ardaniy. Ad-Daaruquthniy berkata : “Matruukul-hadiits”. Ia juga berkata : “Dzaahibul-hadiits (orang yang ditingalkan haditsnya)”. Abu Haatim berkata : “Dzaahibul-hadiits”. Al-Haakim berkata : “Ia memalsukan hadits dari orang-orang tsiqah”. Adz-Dzahabiy berkata : “Al-Waliid bin Salamah Ath-Thabaraniy Al-Ardaniy dari ‘Ubaidullah bin ‘Umar, telah didustakan oleh Duhaim dan Al-Haakim”. [lihat Al-Mughniy fidl-Dlu’afaa’ 3/772 no. 6857 dan Miizaanul-I’tidaal 4/339 no. 9372].
Al-Kinaaniy berkata dalam Tanziihusy-Syarii’ah (1/322) saat mengkritik Tammaam yanghanya mengomentari status Al-Waliid dengan munkarul-hadiits : “Bahkan ia (Al-Waliid bin Salamah) adalah pendusta (kadzdzaab) sebagaimana dikatakan oleh banyak huffaadh. Dan aku mengira ini termasuk dari kebathilannya”.
عن ابن عبّاس قال : سمعت النّبيّ صلى الله عليه وسلم يقول : «شفعت في هؤلاء النّفر : في أبي وعمّي أبي طالب وأخي من الرّضاعة ـ يعني ابن السّعديّة ـ ليكونوا من بعد البعث هباء»
Dari Ibnu ‘Abbaas ia berkata : Aku mendengar Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Aku memberi syafa’at kepada beberapa orang ini : ayahku, pamanku Abu Thaalib, saudara sepersusuanku – yaitu Ibnus-Sa’diyyah – dimana mereka akan menjadi debu setelah hari kebangkitan”.
Status hadits : Maudlu’ (palsu).
Diriwayatkan oleh Al-Khathiib dalam Taariikh Baghdaad (4/271), Al-Jurqaaniy dalam Al-Abaathil wal-Manaakir (hal. 128 no. 217), dan Ibnul-Jauziy dalam Al-Maudluu’aat (1/284-285), yang kesemuanya dari jalan : Abu Nu’aim, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Faaris, ia berkata : Telah menceritakan kepadaku Khaththaab bin ‘Abdid-Daaim Al-Arsuufiy : Telah menceritakan kepada kami Yahyaa bin Al-Mubaarak, dari Syariik, dari Manshuur, dari Laits, dari Mujaahid, dari Ibnu ‘Abbas secara marfu’.
Muhammad bin Faaris adalah Ibnu Hamdaan bin ‘Abdirrahman bin Muhammad bin Shabiih bin Muhammad bin ‘Abdirrahman bin ‘Abdirrazzaaq bin Ma’bad, Abu Bakr Al-‘Athasyiy Al-Ma’badiy. Al-Khathiib berkata : “Aku berkata kepada Abu Nu’aim tentangnya, lalu ia berkata : ‘Ia seorang Raafidliy yang ekstrim dalam bid’ah Rafidlahnya. Ia juga lemah dalam hadits”. Al-Khathiib juga berkata : “Ia tidak tsiqah”. Abul-Hasan Muhammad bin Al-‘Abbas bin Furaat berkata : “Abu Bakr Muhammad bin Faaris bin Hamdaan Al-Ma’badiy wafat pada bulan Dzulhijjah tahun 361 H. Ia bukan seorang yang tsiqah, tidak pula terpuji madzhabnya” [lihat Taariikh Baghdaad 4/271, Lisaanul-Miizaan 7/436 no. 7298, Al-Maudluu’aat 1/284, dan Al-Abaathil wal-Manaakir hal. 128-129].
Tentang Khaththaab bin ‘Abdid-Daaim Al-Arsuufiy, Al-Jurqaaniy berkata : “Khaththaab ini, seorang yang lemah (dla’iif) dan ma’ruf dengan riwayat-riwayat yang diingkari dari Yahya bin Al-Mubaarak Asy-Syaamiy” [lihat Al-Abaathil wal-Manaakir hal. 128]. Adz-Dzahabiy memasukkannya dalam Adl-Dlu’afaa’ 1/210 no. 1917].
Al-Jurqaaniy berkata : “Hadits ini baathil, tidak ada asalnya. Laits bin Abi Sulaim adalah seorang yang lemah haditsnya. Manshuur bin Mu’tamir tidak mendengar satu pun riwayat dari Laits dan tidak pernah meriwayatkannya darinya karena kedla’ifannya. Yahya bin Al-Mubaarak ini adalah Syaamiy (orang Syaam) Shan’aaniy (orang Shan’a, Yaman). Seorang yang majhuul” [Al-Abaathil wal-Manaakir hal. 128].
Ibnul-Jauziy berkata : “Hadits ini maudlu’ (palsu) tanpa keraguan. Adapun Laits, ia dla’iif. Manshuur tidak meriwayatkan darinya satu riwayatpun karena kedlaifannya. Yahya bin Al-Mubaarak ini adalah Syaamiy (orang Syaam) Shan’aaniy (orang Shan’a, Yaman), majhuul. Dan Al-Khaththaab adalah dla’iif” [Al-Maudluu’aat, 1/284].
عن علي بن أبي طالب قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : " هبط علي جبريل فقال يا محمد إن الله يقرئك السلام ويقول إني حرمت النار على صلب أنزلك وبطن حملك وحجر كفلك. فقال يا جبريل بين لى، فقال أما الصلب فعبد الله وأما البطن فآمنة بنت وهب، وأما الحجر فعبد يعنى عبدالمطلب وفاطمة بنت أسد ".
Dari ‘Aliy bin Abi Thaalib, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Jibril turun kepadaku dan berkata : ‘Wahai Muhammad, sesungguhnya Allah mengucapkan salam kepadamu dan berfirman : Sesungguhnya aku telah mengharamkan neraka atas tulang sulbi yang telah mengeluarkanmu, perut yang mengandungmu, dan pangkuan yang telah memeliharamu’. Beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Wahai Jibril, terangkanlah kepadaku”. Ia (Jibril) berkata : “Adapun tulang sulbi, maka ia adalah ‘Abdullah. Adapun perut, maka ia adalah Aminah. Dan pangkuan, maka ia adalah ‘Abdul-Muthallib dan Faathimah binti Asad”.
Status hadits : Maudu’ (palsu).
Diriwayatkan oleh Ibnul-Jauziy dalam Al-Maudluu’aat (1/283) dan Al-Jurqaaniy dalam Al-Abaathil wal-Manaakir (hal. 121-122 no. 206) dari jalan Abul-Husain Yahya bin Al-Husain bin Isma’il Al-‘Alawiy, ia berkata : Telah memberitakan kepada kami Abu ‘Abdillah Muhammad bin ‘Aliy bin Al-Husain Al-Hasaniy, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Zaid bin Haajib, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin ‘Ammaar Al-‘Aththaar, ia berkata : Telah menceritakan kepadaku ‘Aliy bin Muhammad bin Musa Al-Ghathaffaaniy, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Harun Al-‘Alawiy, ia berkata : Telah menceritakan kepadaku Muhammad bin ‘Aliy bin Hamzah Al-‘Abbaasiy, ia berkata : Telah menceritakan kepadaku ayahku, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami ‘Aliy bin Musa bin Ja’far, ia berkata : Telah menceritakan kepadaku ayahku, dari Ja’far bin Muhammad, dari ayahnya, dari ‘Aliy bin Abi Thaalib secara marfu’.
Al-Jurqaaniy berkata : “Hadits ini maudlu lagi baathil. Pada sanadnya terdapat lebih dari seorang perawi yang majhul. Telah berkata Abu Haatim Muhammad bin Hibbaan bin Ahmad Al-Bustiy Al-Haafidh : ‘Aliy bin Musa bin Ja’far Ar-Ridlaa meriwayatkan dari ayahnya banyak hal yang mengherankan (‘ajaaib). Meriwayatkan darinya Abush-Shalt dan yang lainnya, seakan-akan dia ragu dan keliru. Aku bertanya kepada Al-Imam Muhammad bin Al-Hasan bin Muhammad perihal Abul-Husain Yahya bin Al-Husain bin Isma’il Al-Hasaniy Al-‘Alawiy. Ia berkata : ‘Ia seorang Rafidliy ekstrim…..” [Al-Abaathil wal-Manaakir hal. 122].
--- tamat ---
Semoga ada manfaatnya. Wallaahu a’lam.
[Abul-Jauzaa’ – 4 Syawwal 1430 H, di Perumahan Ciomas Permai, Ciapus, Ciomas, Bogor, 16610].


Tuesday, September 9, 2014

Menguak Tabir Kesesatan Syiah


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjpT79efwQIM8paXuNLzuMfkx2pUrLaATcGE7QctpS9rJyUiVQN3EOXnOA_oYdd3VeQfTaXPPZ5lCpZOq-jOS4cECAqLpGetAcbu_LV5MuUmrJ-Wa6RSsBsWjULY5r7mBAdbO_CDTR2t7Zf/s1600/menguak+kesesatan+syiah.jpg

SYI'AH, sebuah orde agama yang tidak bisa dipisahkan dari mut'ah (kawin kontrak). Benihnya mulai tumbuh pada akhir masa kekhalifahan Abu Bakar Shiddiq ra, tidak lama setelah wafatnya Rasulullah Saw. Ditanam dan dirawat oleh Abdullah bin Sabaí yang berasal dari keturunan Yahudi dengan melemparkan dua isu. Pertama, setiap rasul memiliki pewaris kerasulan. Sebagaimana Musa pewarisnya Harun, maka Muhammad pewarisnya Ali dan keturunan tertentu dari Ali. Kedua, para imam dari keturunan tertentu tadi bersifat maíshum. Karena itu, tiga orang khalifah sebelum Ali dianggap bukan pewaris kerasulan Muhammad Saw. Maka, kekhalifahan mereka dianggap batal. (Hal. 5)
Mullah Fathullah Al Kasani, seorang ulama Syiíah, dalam kitab tafsirnya Minhajus Shadiqin, hal 356, menyatakan : 'Menghalalkan nikah Mutíah, bahkan menurut doktrin Syiíah orang melakukan kawin mutíah 4 kali derajatnya sama tingginya dengan nabi Muhammad Saw.' (Hal. 6)
Sebagaimana dikatakan ulama besar ahli hadits Syiíah, Al Kulaini : 'Allah itu bersifat badaí yaitu baru mengetahui sesuatu bila sudah terjadi. Akan tetapi, para imam Syiíah telah mengetahui lebih dahulu hal yang belum terjadi.' (Ushulul Kaafi hal. 40). (Hal. 6)
Belum cukup dengan ucapan ini, mereka menambahkan lagi kebohongan itu: 'Bahwa Rasulullah diciptakan dari cahaya seluruh langit dan bumi dan beliau lebih afdhal dari semua (isi) langit dan bumi, akan tetapi Ali diciptakan dari cahaya arasy dan SinggasanaNya, dan Ali lebih agung dari 'Arasy dan SinggasanaNya. (Hal. 62)
Pertama kali yang menyadari kejahatan Syi'ah adalah Ali bin Abi Thalib RA. Ia tak pernah mundur setapakpun dari pendiriannya membeberkan perbuatan dan tingkah laku para penyeleweng, pembangkang, yaitu kaum Syi'ah ini. (Hal. 136)
Sedangkan Al-Hasan bin Ali bin Abi Thalib juga telah menyatakan: 'Demi Allah, setelah aku menyaksikan perilaku Mu'awiyah ternyata jauh lebih baik dari mereka yang mengaku sebagai Syi'ahku. Mereka yang mengaku sebagai pendukungku itu hendak membunuhku dan merampok harta bendaku.' Ia berkata lagi: 'Aku mengenal kejahatan Rakyat Kuffah. Tak ada yang berguna bagiku selama mereka menjadi perusak dan tidak bisa dipercaya. Mereka tidak setia dalam kata dan perbuatannya, berjiwa munafik. Mereka menyatakan kesetiaan tetapi juga menghunuskan pedangnya kepadaku.' (Hal. 139)

Tidak bisa dipungkiri bahwa dalam beberapa tahun terakhir ini, aroma perseteruan antara aliran Ahlussunnah wal Jamaah (Sunni) dan sekte Syiah kian memanas dan tidak terkendali. Banyak faktor yang menjadi pemicunya, namun yang pasti peran Irakversus Amerika yang menggulingkan Shaddam Husein dipastikan bagian dari konfrontasi fisik dan psikis antara Sunni-Syiah, Iran menjadi sutradara dalam peran tersebut dan kini bisa dilihat hasilnya, Syiah menjadi pemimpin di Irak yang notabenenya negara Sunni. Puncaknya, pembantaian muslim-Sunni di Suriah oleh Syiah Nushairiyah anutan Bashar Asad. Tak pelak lagi, negara Islam berpaham Sunni bahu membahu untuk melepaskan mereka-mereka yang tertindas dan terzalimi oleh Bashar dan antek-anteknya, pembantaian dengan ragam cara dan metode yang semestinya hanya ada di zaman perunggu, kini tetap tersaji terus-menerus di Suriah, dan dengan muda diketahui melalui informasi dan berbagai media Internasional, baik cetak maupun elektronik.
Tanpa kecuali di Indonesia, sejak terjadinya revolusi Iran tahun 1979, ideologi Syiah menyusup masuk ke kantong-kantong mahasiswa, dan kini hasilnya terlihat dengan jelas, yang dulu mahasiswa, kini telah menjadi intelektual dan pemikir serta penggagas sekte Syiah, Jalaluddin Rakhmat dan Haidar Bagir hanyalasah dua di antara sekian banyak golongan intelektual yang menjadi pelopor ajaran Syiah. Jika dulu para penganut sekte-Syiah masih sembunyi dan malu-malu kucing, kini mereka dengan berani tampil ke hadapan dengan bangganya, aneka ritual sesat mereka lakukan secara berjamaah dan terbuka di berbagai tempat, seperti Hari Raya Syiah yang disebut Idul Ghadir, atau ritual Asyura.
Oleh karena itu, penting untuk terus-menerus membeberkan perbedaan mendasar antara ajaran Sunni dibandingkan dengan Syiah. Slogan-slogan yang menyatakan bahwa Syiah dan Sunni sama-sama berada pada jalan yang benar dan memiliki tujuan yang sama serta hanya berlainan kendaraan jelas salah dan menyesatkan. Ahlussunnah alias Sunni memiliki jalan keselamatan yang disebut Ash-Shirath al-Mustaqim, jalan yang lurus sedangkan  Syiah menyempal dari jalan itu. Karena menyempal, sudah pasti memiliki jalur, kendaraan, dan tujuan yang berbeda.
Untuk menelanjangi akidah Syiah, kali ini saya berpatokan kepada salah satu buku yang sangat layak dijadikan rujukan, ditulis oleh seorang ulama muktabar Indonesia zaman ini, Drs Muhammad Thalib, judul bukunya “Syiah Menguak Tabir Kesesatan dan Penghinaan terhadap Islam, Cetakan: Yogyakarta, 2007”. Penulisnya sangat layak dikatakan ulama muktabar karena keilmuan dan kepakarannya sudah terbukti. Yusuf Al-Qardhawi menyebut bahwa syarat utama menjadi ulama adalah memiliki ilmu alat yang baik, bahkan tidak hanya sekadar tau tentang bahasa Arab dan segala perangkapnya, melainkan memiliki ‘dzauq’ yang dalam terkait bahasa Al-Qur’an itu, ditambah ilmu-ilmu penunjang lainnya, seperti ilmu tentang Al-Qur’an, Hadis, Fikih, hingga Sejarah, dan itu semua telah dimiliki oleh Muhammad Thalib.
Mari kita buktikan. Setau saya, sampai detik ini, satu-satunya kamus tentang Al-Qur’an berbahasa Indonesia yang paling lengkap dan mudah dipahami adalah “Kamus Kosa-Kata Al-Qur’an, Cara Praktis untuk Mengetahui dan Memahami Kata-Kata dalam Al-Qur’an, Cetakan: Yogyakarta, 2008” karya Drs Muhammad Thalib. Jujur, kamus ini telah banyak membantu saya, bukan hanya sebatas memahami ragama kosa kata dalam Al-Qur’an tetapi juga berfungsi semacam ensiklopedi mini. Walaupun saya pernah menghafal Al-Qur’an sampai khatam 30 juz sebanyak dua kali, tapi tetap saja saya kadang lupa mengetahui tempat ayat-ayat tertentu. Misalnya, ayat yang berbunyi “Hunna libasun lakum wa antum libasun lahunna”. Maka dengan muda didapat ketika menggunakan Kamus Al-Qur’an di atas, cukup mencari kata berawalan huruf  “Lam”—tapi tetap saja pengetahuan tentang akar kata harus dimiliki, disebut Ilmu Sharf—lalu cari kosa-kata “Labisa-libasan” maka ayat di atas pun langsung dijumpai pada Surah Al-Baqarah [2]: 187. Lalu didapati bahwa makna kata yang berakar dari “Labisa” bermacam-macam seperti, campur (QS. 2: 42; 6: 82), penenteram (QS. 2: 187), penenang (QS. 25:47; 78:10), pakaian (QS. 7:26; 44: 53), dan amal shalih (QS. 7:26). Tidak hanya itu, banyak ayat-ayat terjemahan resmi Departemen Agama dianggap keliru oleh Muhammad Thalib, dan kabar terakhir, mantan bimbingan Prof HAMKA dalam bidang penulisan dan jurnaslistik itu sedang menyusun terjemahan Al-Qur’an bekerjasama dengan Depag. Dipandang dari sudut mana pun, Muhammad Thalib adalah seorang ulama mujtahid dan muktabar.
Tabir Kesesatan Syiah
Sebenarnya, tidak susah membongkar kesesatan Syiah, bagaimana pun sekte ini lahir setelah wafatnya Rasulullah sebagai nabi penutup dari rangkaian nabi dan rasul-rasul sebelumnya. Itu artinya ajaran ini jika ditilik dari segi logika pun bagi mereka yang punya akal dan dapat berfungsi dengan baik akan mengambil kesimpulan bahwa ajaran dan aliran apa pun yang tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah lalu dinisbahkan kepadanya merupakan bagian dari bid’ah alias mengada-ada dalam agama, dan para pelakunya hanya layak mendapatkan dua julukan: kafir atau sesat. Kafir, secara sederhana bermakna keluar dari Islam sedang sesat, masih dalam Islam tapi beda jenis laksana minyak dan air. Keduanya memiliki zat yang tak akan bersatu padu, selamanya akan berpisah sebagaimana Sunni dan Syiah.
Untuk itulah tulisan-tulisan yang saya suguhkan terkait kesesatan Syiah sangat sederhana dan dapat dipahami oleh segenap golongan karena memang tujuan utamanya agar menjadi daya tangkal dari serangan virus yang terus-menerus menyerang para muslim-Sunni dari berbagai lini. Sederhananya, tulisan ini dapat menjadi penguatkan metabolisme tubuh dari penyakit Syiah: resistensi.  Sasarannya, jelas para Ahlussunnah, kendati sangat bermanfaat bagi mereka yang telah terkena kangker ganas akibat terlanjut kerasukan virus ganas Syiah agar kembali ke jalan benar Ash-Shirat al-Mustaqim.
Nah, inilah yang membedakan dengan buku “Syiah Menguak Tabir Kesesatan dan Penghinaan terhadap Islam” hasil goresan tinta sang ulama muktabar. Betapa tidak, buku setebal 248 halaman ini benar-benar menelanjangi Syiah dengan bersandar pada kitab-kitab para ulama muktabar—menurut mereka. Metodologi penulisannya sangat bagus, penulisnya memulai dengan menukil tulisan-tulisan para ulama Syiah lalu diulas kesesatannya secara gamblang. Sekali lagi, keunggulan mantan murid Prof. H.M. Rasjidi ini adalah kemampuannya dalam memahami bahasa Arab yang sangat bagus dibarengi dengan segudang rujukan, bahkan majalah dan koran berbahasa Arab sekalipun tak luput dari pantauannya.
Secara keseluruhan buku ini terbagi menjadi enam bagian. Bagian pertama hanya terdiri dari satu bab, yaitu Syiah dan Zionisme yang akan saya uraikan dalam satu artikel. Bagian kedua adalah ‘akidah Imamah Syiah dalam tinjauan Islam’ yang berisi empat bab, meliputi perbedaan Imamah dalam Islam sebagaimana yang dimaksud dalam Al-Qur’an, Hadis, dan pendapat-pendapat para ulama dan ilmuan muslim seperti Ibnu Khaldun. Lalu dipaparkan apa arti Imamah bagi sekte Syiah dengan mengutif dari perkataan-perkataan para imam dan ulama mereka sendiri, lalu diakhiri dengan uraian posisi Syiah menurut para ulama muktabar Ahlussunnah. Bagian ketiga, berisi tentang penghinaan-penghinaan Syiah terhadap Islam. Bagian ini merupakan yang terpanjang dalam buku ini, bermula dari halaman 67-130, dan berisi dua belas bab. Dimulai dengan penghinaan Syiah terhadap Rasulullah, peran para nabi, Ahlul Bait, putra-putri Nabi, Ali bin Abi Thalib, Fatimah, Hasan, Husein, dst. Paparan ini menyadarkan para pembaca bahwa sekte Syiah benar-benar biadab karena mejadikan caci dan makian sebagai amalan wajib bagi mereka, hingga manusia-manusia mulia sekalipun termasuk Nabi dan Ahlul Baitnya—yang konon—dibela oleh mereka ternyata tak luput dari hinanaan, sebuah ajaran yang kejahatannya melebihi iblis laknatullah sekalipun. Bagian keempat mengurai provokasi Khomeini terhadap Islam yang berisi enam bab, sedangkan bagian selanjunya mengungkap protes Dr. Ali Syariati terhaap Rasulullah yang selama ini kita nilai sebagai intelektual yang mencerahkan, nyatanya menyesatkan, bagian terkahir terdiri dari dua bab, yaitu menguak tabir strategi propaganda Syiah, dan kiat mematahkan retorika Syiah. Buku ini ditutup dengan beberapa lampiran penting, sang penulis yang pernah ikut khalaqah di Masjidil Haram ini melampirkan beberapa tulisan-tulisan dari kitab Syiah yang diyakini mereka sebagai bagian dari Al-Qur’an.
Di antara cara Syiah menghina Nabi Muhammad adalah dengan cara mengecilkan peran beliau dibandingkan dengan Imam Ali ra, sebagai contoh. Konon Ali pernah berkata—sebagaimana dikutif dari kitab Al-Usul Minal KafiKitabul Hujjah, halaman 196-197. “Aku diserahi Allah untuk menentukan surga dan neraka bagi setiap orang. Aku adalah al-Farouq al-Akbar, pemilik tongkat dan Maisam. Seluruh malaikat dan rasul telah berikrar kepadaku seperti yang mereka ikrarkan kepada Rasulullah. Aku telah mengangkat beban seperti yang dilakukan Tuhan, kalau Rasulullah berdakwah dan memberi pakaian, maka aku pun demikian.” (hlm. 68). Berikut perkataan Imam Khomeini sebagaimana yang dikutif dari Harian Ar-Ra’yul’am terbitan Kuwait edisi 30 Juni 1980 dan Majalah Al-Mujtama’ juga terbitan Kuwait edisi 8 Juli 1980. Pernyataan Khomeini disampaikan pada  Peringatan Hari Kelahiran Al-Mahdi, 15 Sya’ban 1400 H. Katanya, “Semua Nabi diutus untuk menanamkan dasar-dasar keadilan di dunia ini, tetapi mereka tidak berhasil. Nabi Muhammad sendiri sebagai penutup para nabi yang datang untuk memperbaiki tatanan hidup umat manusia dan menegakkan keadilan, juga tidak berhasil.” Pernyataan sang diktator di atas merupakan penjabaran dari pernyataan sebelumnya, dalam kitab Al-Hukuma Al-Islamiyah, Khomeini berfatwa, katanya, Adalah merupakan hal yang pasti dalam mazhab kami, bahwa imam-imam kami mempunyai kedudukan yang tidak bisa dicapai baik oleh malaikat yang terdekat kepada Allah [muqarrabin] maupun oleh seorang nabi yang diutus Tuhan. (hlm. 133).

Menelaah pernyataan di atas, maka dengan  muda kita dapat mengambil kesimpulan, Imam Syiah berjumlah dua belas itu yang diakhiri oleh Imam Mahdi Al-Muntadzar memiliki kedudukan lebih tinggi yang tidak dapat dicapai oleh malaikat dan para nabi; semua nabi yang pernah diutus hanya mengalami kegagalan, tak terkecuali Rasulullah dan, orang yang akan berhasil meratakan keadilan di seluruh dunia ini dan membereskan tugas para nabi adalah Imam Mahdi Al-Muntadzar alias imam sekte Syiah yang dinanti-nantikan itu, konon ia telah mati-ghaib (in absential) dan akan kembali hidup.  
Demikianlah di antara sekelumit kekonyolan sekte Syiah yang terdapat dalam buku  “Syiah Menguak Tabir Kesesatan dan Penghinaan terhadap Islam”. Untuk lebih komplitnya, silahkan rujuk pada bukunya. Sekali lagi, sekte Syiah sangat mudah dimentalkan argumen dan alibinya, bukan saja karena aliran ini tidak masuk akal, tetapi segala bentuk kesesatan telah menyatu dalam ajarannya. Maka tidak salah jika Menteri Agama, Dr. Suryadarma Ali menegaskan bahwa Syiah adalah sesat dan menyesatkan karena bertentangan dengan ajaran Islam yang hakiki. Ketua Umum PPP itu berpedoman pada hasil Rakernas MUI pada 7 Maret 1984 di Jakarta yang merekomendasikan umat Islam Indonesia agar waspada terhadap menyusupnya paham syiah dengan perbedaan pokok dari ajaran Ahlussunnah wal Jamaah serta  Kementerian Agama RI yang pernah mengeluarkan surat edaran no D/BA.01/4865/1983 pada 5 Desember 1983 tentang golongan Syiah dan menyatakan bahwa Syiah tidak sesuai dan bahkan bertentang dengan ajaran Islam. Bagi saya, sekte Syiah dipandang dari sudut mana pun yang terpancar hanyalah mata Dajjal yang memberi cahaya sesaat namun menyesatkan untuk selamanya. Wallahu A’lam!(Ilham Kadir/lppimakassar.com)


Telah Terbit Buku Khilafah & Imamah
Alhamdulillah, kembali kami menghadirkan satu buku yang bermutu dari buku-buku para ulama ahlusunnah. Kali ini adalah buku karya tulis Syaikh Mohammad Salem Al-Khider dari Kuwait.
Khilafah

Buku ini sangat penting untuk memahamkan masyarakat dan pejabat tentang kebatilan ajaran Syiah, menetapan bahwa pokok ajaran Syiah bukanlah dari Islam. Khulafah dan Imamah yang merupakan ajaran inti Syiah ternyata hanyalah khurafat yang dikait-kaitkan dengan al-Quran dan al-Sunnah.
Banyak ayat Kitab Suci al-Quran dan Hadist-hadist Nabi -Shalallahu alaihi wa salam- dijadikan oleh Syiah sebagai pembenar bagi ajaran mereka, padahal setelah diteliti ternyata itu semua tipuan dan syubhat, kerancuan berfikir setelah kekacauan akidah.
Maka Syaikh Mohammad Salem al-Khidher membongkar permainan Syiah dan meluruskan kembali ayat-ayat al-Quran dan Hadist-hadist Nabi SAW sesuai dengan jalurnya yang benar.
Buku ini akan menjadi lengkap jika digabung dengan buku “Al-Qur’an dan Ahlulbait, Syarah Hadist Tasaqalain Mendudukkan Posisi Ahusunnah dan Syiah” Karya guru kami al-Ustadz Agus Hasan Bashori, Lc., M.Ag.





Saturday, September 6, 2014

Surat Edaran Departemen Agama: Syiah Imamiyah Bertentangan Dengan Ajaran Islam

Syiah Imamiyah Bertentangan dengan Ajaran Islam
Secara resmi, Departemen Agama (kini Kementerian Agama) telah mengeluarkan Edaran tentang Syi’ah melalui Surat Edaran Departemen Agama Nomor D/BA.01/4865/1983, tanggal 5 Desember 1983 perihal “Hal Ikhwal Mengenai Golongan Syi’ah”
Pada poin ke-5 tentang Syi’ah Imamiyah (yang di Iran dan juga merembes ke Indonesia, red) disebutkan sejumlah perbedaannya dengan Islam. Lalu dalam Surat Edaran Departemen Agama itu dinyatakan sbb:
“Semua itu tidak sesuai dan bahkan bertentangan dengan ajaran Islam yang sesungguhnya. Dalam ajaran Syi’ah Imamiyah pikiran tak dapat berkembang, ijtihad tidak boleh. Semuanya harus menunggu dan tergantung pada imam. Antara manusia biasa dan Imam ada gap atau jarak yang menganga lebar, yang merupakan tempat subur untuk segala macam khurafat dan takhayul yang menyimpang dari ajaran Islam.” (Surat Edaran Departemen Agama No: D/BA.01/4865/1983, Tanggal: 5 Desember 1983, Tentang: Hal Ikhwal Mengenai Golongan Syi’ah, butir ke 5).
Inilah teks selengkapnya Surat Edaran Departemen Agama Tentang: HAL IKHWAL MENGENAI GOLONGAN SYI’AH
Surat Edaran Departemen Agama
No: D/BA.01/4865/1983
Tanggal: 5 Desember 1983
Tentang: HAL IKHWAL MENGENAI GOLONGAN SYI’AH
1. PENDAHULUAN
Timbulnya golongan-golongan di kalangan Islam dimulai sejak wafatnya Nabi Muhammad, khususnya disebabkan perbedaan pendirian tentang siapa yang berhak menggantikan beliau sebagai pemimpin masyarakat atau Khalifah. Golongan-golongan tersebut ialah:
1). Golongan mayoritas atau jumhur yaitu yang mengakui Khalifah Abu Bakar, Umar dan Usman serta Ali;
2). Golongan Syi’ah, yaitu yang hanya mengakui Khalifah Ali saja. Mereka tidak mengakui Khalifah Abu Bakar, Umar dan Usman, bahkan menyatakan bahwa ketiga beliau itu telah menyerobot jabatan Khalifah secara tidak sah. Mereka beranggapan bahwa yang berhak menjadi Khalifah sesudah Nabi adalah Ali.
3). Golongan Khawarij. Pada akhir masa pemerintahan Khalifah Ali timbullah golongan Khawarij. Mereka ini semula adalah pengikut-pengikut Ali tetapi kemudian memberontak karena tidak setuju dengan cara-cara yang dilakukan oleh Ali dalam usaha menyelesaikan pertikaian dengan Mu’awiyah.
Perbedaan antara tiga golongan, yaitu Jumhur, Syi’ah dan Khawarij juga mempunyai kaitan erat dengan soal aqidah dan hukum. Dalam uraian selanjutnya hanya akan dibahas mengenai golongan Syi’ah.
2. SEKTE-SEKTE DALAM SYI’AH
Syi’ah terpecah dalam berpuluh-puluh Sekte. Adapun sebab-sebab perpecahan itu ialah: (1) karena perbedaan dalam prinsip dan ajaran, disini terdapat Sekte yang moderat dan sekte yang extrim (al-Ghulaat), dan (2) karena perbedaan dalam hal penggantian Imam sesudah al-Husein, Imam ketiga, sesudah ali Zainal Abidin, Imam keempat dan sesudah Ja’far Sadiq, Imam yang keenam. Dari sekte-sekte itu yang terkenal adalah Zaidiyah, Ismailiyah dan Isna Asyariyah. Dua yang terakhir ini termasuk Syi’ah Imamiyah.
Perpecahan sesudah Husein disebabkan karena segolongan pengikut beranggapan bahwa yang lebih berhak menggantikan Husein adalah putra Ali yang bukan anak Fatimah, yaitu yang bernama Muhammad ibn Hanafiah. Sekte ini dikenal dengan nama Kaisaniyah. Sedang golongan lain berpendapat bahwa yang berhak menggantikan Husein adalah Ali Zainal Abidin (wafat tahun 94 H).
Sekte Zaidiyah terbentuk karena segolongan pengikut berpendapat bahwa yang harus menggantikan Ali Zainal Abidin Imam keempat adalah Zaid, sementara Sekte Imamiyah terbentuk oleh golongan yang mengakui Abu Ja’far Muhammad al-Baqir sebagai ganti dari Ali Zainal Abidin.
Sesudah wafatnya Ja’far Sadiq Imam keenam pada tahun 148 H, Imamiah terbagi menjadi dua (2) sekte, yaitu Ismailiyah atau Imamiah Sab’iah dan Imamiah Isna Asyariyah. Sekte yang pertama mengakui Imamahnya Ismail bin Ja’far sebagai Imam yang ketujuh, sedangkan sekte kedua mengakui Musa al-Kadzim sebagai pengganti Ja’far Sadiq. Imam mereka ada 12 semuanya, dan yang terakhir bernama Muhammad yang pada suatu saat hilang (260 H) dan kemudian dikenal dengan sebutan Muhammad al-Mahdi al-Muntadzar.
Adapun sekte Syi’ah yang extrim, antara lain as-Sabaiah yang menganggap Ali sebagai Tuhan. Pemimpinnya Abdullah bin Saba dihukum dan dibuang ke Madain. Ada pula anggapan bahwa ketika malaikat menyampaikan wahyu harus disampaikan kepada Ali, tetapi disampaikan kepada Muhammad. Sekte-sekte extrim dipandang telah keluar dari Islam.
Dari sekte-sekte tersebut di atas yang terkenal dan mempunyai banyak pengikut ialah: (1) Syi’ah Zaidiyah, (2) Syi’ah Ismailiyah dan (3) Syi’ah Imamiyah.
3. SYI’AH ZAIDIYAH
Sekte ini timbul pada tahun 94 H ketika Ali Zainal Abidin Imam keempat wafat. Sekelompok pengikutnya menetapkan pengganti Ali Zainal Abidin adalah Abu Ja’far Mohammad Al Bakir. Kelompok ini disebut Imamiah seperti akan dijelaskan nanti. Adapun kelompok lain berpendapat bahwa pengganti Ali Zainal adalah Zaid, sebagai Imam kelima. Jadi nama Zaidiah diambil dari nama Imamnya yaitu Zaid, seorang Ulama terkemuka dan guru dari Imam Abu Hanifah: Syi’ah Zaidiah adalah golongan yang paling moderat dibandingkan dengan sekte-sekte lain, dan yang paling dekat dengan aliran Ahlu Sunnah Wal Jama’ah.
Pengikut Zaidiah banyak terdapat di Yaman, dan pernah berkuasa di sana hingga tahun lima puluhan pada abad ini. Diantara pendapat-pendapatnya yang perlu dikemukakan disini adalah sebagai berikut:
a. Mereka berpendapat bahwa Imam itu harus dari keturunan Ali-Fathimah, namun tidak menolak dari golongan lain apabila memang memenuhi syarat-syarat yang diperlukan. Oleh karena itu mereka mengakui Abu Bakar dan Umar menjadi khalifah, walaupun menurut urutan prioritas seharusnya Ali yang harus menjadi Khalifah.
b. Imam tidak ma’shum. Sebagai manusia dapat saja ia berbuat salah dan dosa, seperti manusia lain.
c. Tidak ada Imam dalam kegelapan yang diliputi oleh berbagai misteri.
d. Mereka tidak mengajarkan “taqiyah” yaitu sikap pura-pura setuju tetapi batinnya memusuhinya.
e. Mereka mengharamkan nikah mut’ah.
Konon penulis Kitab Nailul Authar Moh. As Syaukani adalah termasuk pengikut Syi’ah Zaidiah.
4. SYI’AH ISMAILIYAH
Sekte ini termasuk Syi’ah Imamiah, karena mengakui bahwa pengganti Ali Zainal Abidin Imam keempat adalah Abu Ja’far Mohammad Al Bakir. Syi’ah Ismailiyah mengakui bahwa pengganti Ja’far sodiq, Imam keenam, adalah Ismail sebagai Imam ketujuh. Ismail sendiri telah ditunjuk oleh Ja’far Sodiq, namun Ismail wafat mendahului ayahnya. Akan tetapi satu kelompok pengikut tetap menganggap Ismail adalah Imam ketujuh. Sekte ini juga dinamai Syi’ah Imamiah Sab’iah, karena Imamnya berjumlah tujuh. Sekte ini terbagi lagi dalam berbagai kelompok kecil-kecil, diantaranya ada yang beranggapan bahwa Imam itu memiliki sifat-sifat Ketuhanan. Pendapat ini dipandang telah keluar dari Islam, karena memang tidak sejalan dengan ajaran-ajaran Islam yang benar. Pengikut Ismailiah terdapat di India dan Pakistan.
5. SYI’AH IMAMIAH
Sebutan lengkapnya adalah syi’ah Imamiah Isna Asyariah, tetapi biasa disingkat menjadi Syi’ah Imamiah. Sekte ini mengakui pengganti Ja’far Sodiq adalah Musa Al-Kadzam sebagai Imam ketujuh, yaitu anak dari Ja’far dan saudara dan saudara dari Ismail almarhum. Imam mereka semuanya ada 12 dan Imam yang kedua belas dan yang terakhir adalah Muhammad. Pada suatu saat pada tahun 260H Muhammad ini hilang misterius. Menurut kepercayaan mereka ia akan kembali lagi ke alam dunia ini untuk menegakkan kebenaran dan keadilan. Muhammad tersebut mendapat sebutan sebagai Muhammad al-Mahdi al-Muntadzar.
Yang berkuasa di Iran sekarang ini adalah golongan Syi’ah Imamiah. Diantara ajaran-ajaran Syi’ah Imamiah adalah sebagai berikut:
a. Mereka menganggap Abu Bakar dan Umar telah merampas jabatan Khalifah dari pemiliknya, yaitu Ali. Oleh karena itu mereka memaki dan mengutuk kedua beliau tersebut. Seakan-akan laknat (mengutuk) disini merupakan sebagian dari ajaran agama.
b. Mereka memberikan kedudukan kepada Ali setingkat lebih tinggi dari manusia biasa. Ia merupakan perantara antara manusia dengan Tuhan.
c. Malahan ada yang berpendapat bahwa Ali dan Imam-imam yang lain memiliki sifat-sifat Ketuhanan.
d. Mereka percaya bahwa Imam itu ma’shum terjaga dari segala kesalahan besar atau kecil. Apa yang diperbuat adalah benar, sedang apa yang ditinggalkan adalah berarti salah.
e. Mereka tidak mengakui adanya Ijma’ kesepakatan ulama Islam sebagai salah satu dasar hukum Islam, berbeda halnya dengan aliran Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Mereka baru mau menerima Ijma’ apabila Ijma’ ini direstui oleh Imam. Oleh karena itu dikalangan mereka juga tidak ada ijtihad atau penggunaan ratio/intelek dalam pengetrapan hukum Islam. Semuanya harus bersumber dari Imam. Imam adalah penjaga dan pelaksana Hukum.
f. Mereka menghalalkan nikah Mut’ah, yaitu nikah untuk sementara waktu, misalnya satu hari, satu minggu atau satu bulan. Nikah mut’ah ini mempunyai ciri-ciri yang berbeda dengan nikah yang biasa kita kenal, antara lain sebagai berikut:
(1) Dalam akad nikah ini harus disebutkan waktu yang dikehendaki oleh kedua belah pihak, apakah untuk satu hari atau dua hari misalnya.
(2) Dalam akad nikah ini tidak diperlukan saksi, juga tidak perlu diumumkan kepada khalayak ramai.
(3) Antara suani-istri tidak ada saling mewarisi.
(4) Untuk memutuskan nikah ini tidak perlu pakai talak. Apabila waktu yang ditentukan sudah habis, otomatis nikah mut’ah tersebut menjadi putus.
(5) Iddah istri yang menjadi janda ialah 2X haid atau 45 hari bagi yang sudah tidak haid lagi. Adapun iddah karena kematian adalah sama dengan nikah biasa.
g. Mereka mempunyai keyakinan bahwa imam-imam yang sudah meninggal itu akan kembali ke alam dunia pada akhir zaman untuk memberantas segala perbuatan kejahatan dan menghukum lawan-lawan golongan Syi’ah. Baru sesudah Imam Mahdi datang, alam dunia ini akan kiamat.
Semua itu tidak sesuai dan bahkan bertentangan dengan ajaran Islam yang sesungguhnya. Dalam ajaran Syi’ah Imamiah pikiran tak dapat berkembang, ijtihad tidak boleh. Semuanya harus menunggu dan tergantung pada imam. Antara manusia biasa dan Imam ada gap atau jarak yang menganga lebar, yang merupakan tempat subur untuk segala macam khurafat dan tahayul yang menyimpang dari ajaran Islam.
6. SEKTE SYI’AH YANG EXTRIM
Ajaran-ajaran dari sekte yang extrim ini dipandang telah keluar dan menyimpang dari akidah-akidah Islam, antara lain, yang menganggap Ali sebagai Tuhan. Ada pula yang mengatakan bahwa sesungguhnya yang harus diangkat jadi Nabi itu adalah ali, tetapi karena kekeliruan malaikat Jibril, maka wahyu itu diserahkan kepada Muhammad. Golongan lain ada yang berpendapat bahwa Ja’far Sadiq itu adalah Tuhan. Sekte ini oleh Jumhur Ulama dipandang telah keluar dari ajaran Islam. Mereka ini biasa disebut “al Ghulaat” artinya kelompok yang telah melampaui batas dari ajaran Islam yang benar.
7. UMAT ISLAM INDONESIA
Adapun Umat Islam Indonesia adalah termasuk golongan ahlus Sunnah wal jama’ah yang mempunyai pandangan yang berbeda dengan golongan Syi’ah, antara lain sebagai berikut:
- Memandang sahnya ke Khalifahan Abu Bakar, Umar, Usman dan Ali. Mereka inilah yang disebut Khulafa ur-Rasyidin.
- Khalifah (yang dalam golongan Syi’ah dinamai Imam) adalah manusia biasa yang dapat salah dan lupa. Jadi tidak ma’shum sebagaimana pandangan Syi’ah.
- Mengharamkan nikah mut’ah.
- Mengakui adanya Ijma’, Qiyas dan Ijtihad dalam bentuk-bentuk lain.
- Dan lain-lain pandangan yang berbeda dengan golongan Syi’ah.
8. BAGAN PERBANDINGAN
Untuk memperoleh gambaran yang jelas, di bawah ini diberikan daftar perbedaan antar faham Syi’ah dan faham Ahlus Sunnah wal Jama’ah.

HAL
AHLUS SUNNAH WAL JAMA’AH
SYI’AH
PENJELASAN
Kedudukan Ali
Sebagai Khalifah ke IV dan termasuk salah satu dari Khulafa Rasyidin.
1. Sebagai Imam yang maksum, yaitu terjaga dari salah dan dosa.2. Memiliki sifat-sifat Ketuhanan, dan mempunyai kedudukan di atas manusia.
Tidak terdapat dalam ajaran Islam.
Kedudukan Abu Bakar, Umar dan Usman
Sebagai Khalifah ke I, II dan III dan termasuk Khulafa Rasyidin
1. Kekhalifahannya tidak sah, karena menyerobot dari pemiliknya yang sah yaitu Ali.2. Mengingkari dan mengutuk kedua beliau itu.
Pengingkaran dan pengutukan disini menurut golongan Syi’ah termasuk soal prinsip yang harus dilakukan. Ahlus Sunnah berpendapat orang tak boleh mengutuk saudara seagamanya.
Kedudukan Kekhalifahan (Khilafah)
1. Pemimpin umat yang harus memenuhi syarat-syarat kepemimpinannya.2. Siapapun dapat menduduki jabatan ini asal memenuhi syarat dan dengan cara yang sah.
3. termasuk masalah keduniaan dan kemashlahatan.
1. Khalifah atau lebih tepat Imam harus keturunan Ali dan bersifat maksum.2. Mempunyai sifat-sifat Ketuhanan.
3. Kedudukannya lebih tinggi dari manusia biasa, sebagai perantara antara Tuhan dan manusia.
4. Termasuk masalah keagamaan dan menyangkut keimanan (Rukun Iman).
5. Sebagai penjaga dan pelaksana syari’at.
6. Apapun yang dikatakan atau diperbuat dianggap benar, dan yang dilarang dianggap salah.
Ijma’
Sebagai sumber hukum ketiga.
1. Tidak ada Ijma. Ijma dalam pengertian biasa berarti memasukkan unsur pemikiran manusia dalam agama, dan itu tidak boleh.2. Ijma hanya dapat diterima apabila direstui oleh Imam, karena Imam adalah penjaga dan pelaksana Syari’at.
Hadits
1. Sebagai sumber hukum kedua2. Dapat diterima bila diriwayatkan oleh orang yang terjamin integritasnya, apapun golongannya.
Penerimaan hadits dilakukan secara diskriminatif. Hanya hadits yang diriwayatkan oleh Ulama Syi’ah saja yang diterima.
Golongan Syi’ah bersikap diskriminatif. Golongan Ahlus Sunnah bersikap terbuka.
Ijtihad
1. Mengakui adanya Ijtihas sebagai dianjurkan oleh Qur’an dan Hadits.2. Ijtihad adalah sarana pengembangan hukum dalam bidang-bidang keduniaan.
Ijtihad tidak diperkenankan karena segala sesuatu harus bersumber dan tergantung Imam.
Kekuasaan Imam menurut Syi’ah bersifat religius otoriter.
Nikah Mut’ah
1. Tidak boleh.2. Dipandang sebagai menyerupai perzinahan.
3. Dipandang merendahkan derajat wanita.
4. Mentelantarkan anak/keturunan.
Dihalalkan dan dilaksanakan serta merupakan identitas dari golongan Syi’ah Imamiah.
Ahlus Sunnah memandang nikah Mut’ah mengandung segi-segi negatif pada masyarakat.Golongan Syi’ah berorientasi kepada kepentingan dan kesenangan pribadi.
Bahan Bacaan
1. Ashlus Syi’ah wa Ushuluha Kasyiful Githa.
2. Dhuhal Islam Dr. Ahmad Amin
3. Al Islam ‘ala Dhau-it Tasyayyu’ Syeikh Husein al Khurasani
4. Al Kafi al-Kulini
5. Encyclopaedia of Islam Cetakan & Luzac 1927
6. Fathul Qadir al-Syaukani
(Lampiran dari buku Apa Itu Syi’ah? Oleh Prof. Dr. H.M. Rasyidi, Diterbitkan oleh Penerbit Media Da’wah, Jl. Kramat Raya 45, Jakarta Pusat, Cetakan Pertama 1404 / 1984). (nahimunkar.com)