Sunday, April 19, 2015

Jelas Sudah, Ini Sikap Resmi Muhammadiyah Tentang Syiah, Bagaimana Dengan NU ?

MAKLUMAT MUHAMMADIYAH


Sikap Resmi Muhammadiyah Terhadap Aliran Syiah

Beberapa bulan ini Syi’ah Indonesia senantiasa menjadi pemberitaan di media, baik cetak, elektronik, hingga daring. Pemberitaan mengenai pertikaan Syi’ah dan Sunni di sejumlah daerah membuat sebagian kuli tinta mencari informasi mengenai Syi’ah pada beberapa tokoh Islam tanah air dari berbagai organisasi masyarakat.

Sebagian menyatakan bahwa Syi’ah bukanlah Islam, sebagian menyatakan bahwa Syi’ah merupakan aliran sesat, sebagian lagi menganggap bahwa Syi’ah merupakan salah satu mazhab Islam sebagaimana 4 mazhab Sunni yang lain.

Para tokoh yang dimintai pendapatnya seringkali berbicara atas nama pribadi, bukan atas nama organisasi masa yang menaunginya, namun media mengabarkan bahwa pernyataan oknum tokoh tersebut sebagai pernyataan resmi organisasi, padahal sebenarnya tidak demikian. Salah satu organisasi massa yang berbeda pendapat dengan oknum-oknum tokohnya mengenai status Syi’ah adalah Muhammadiyah.

Dikutip dari Majalah Tabligh, yang merupakan terbitan Majelis Tabligh dan Dakwah Khusus Pimpinan Pusat Muhammadiyah, edisi No. 7/IX/Jumadal Awal-Jumadil Akhir 1433 H, hal 5, disebutkan bahwa akhir-akhir ini Syi’ah kembali mendapat sorotan, terlebih setelah muncul kasus di Sampang Madura dan yang terakhir di Suriah, dan lain sebagainya. Bahkan di forum-forum pengajian pun persoalan Syiah ini selalu diangkat menjadi tema pengajian.

Hal tersebut juga mendapat perhatian dari Pimpinan Pusat Muhammadiyah, sehingga dalam sidang plenonya telah mengeluarkan sikap yang berhubungan dengan kelompok Syi’ah tersebut. Di antaranya adalah sebagaimana disampaikan Ketua PP Muhammadiyah yang membidangi Tarjih dan Tajdid, Prod. Dr. KH. Yunahar Ilyas, MA yang beliau Ketua MUI/Majelis Ulama Indonesia, bahwa:

BismillahiRRahmaaniRRahiim
Assalaamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh Innal hamdalillahi nahmaduhu wa nasta’iinuhu wa nastaghfiruhu wa na’uudzubillaahi min syuruuri anfusinaa wa min sayyiaati a’maalinaa mayyahdihillaahu falaa mudhillalahu wa mayyudhlilfalaa haadiyalahu, ashadu’allah illah ha illallah, wa ashhadu’anna muhammaddan ‘abduhu wa rasulluh,,,,,Allahumma sholli wa sallam ‘alaa muhammadin wa ‘alaa alihii wa ash haabihi wa man tabi’ahum bi ihsaani ilaa yaumiddiin. Yaa ‘ayyuhhannasu attaqu rabbakumulladzi,,,khalaqakumminnaffsin wa hidah, wa khalaqa minha zau zaha wa bassa min humari jala katsira wa ni sha’a, wattaqullahalladzi ta staa’aluna bihi wal arham, innallaha kaana ‘alaikum raqiiba,…

Yaa ayyuhalldzi na’amanuttaqullah,..wa kullu kaulan tsadida,…yuslih lakum ‘a’malakum wa ya’firlakum dzunubakum wa man yudiillaha warasullahu, faqadfadza faudjan ‘adzima,..amma ba’du,..
Fainna khairral hadist kitabbulloh, wa khairralhuda, huda Muhammad Rasullulloh Shallallohu ‘alaihi wassallam, washarrall ‘umuri muhdatsatuha, wa kulla muhdatsati Bid’ah, wa kulla Bid’ahti dholalah, wa kulla dhollallati finnar…….

Ma’asyirol muslimin rohimakumulloh,
Segala puji Syukur bagi Alloh Subhanahu Wa Ta’ala yang Maha mengetahui seluruh perbuatan hamba-hamba-Nya. Saya bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak untuk diibadahi dengan benar selain Alloh Subhanahu Wa Ta’ala semata. Saya bersaksi pula bahwa Nabi Muhammad Rasullullah Sholallohu ‘Alaihi Wassallam adalah hamba dan utusan-Nya, penutup para Nabi yang tidak ada nabi setelahnya. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad Rasullullah Shallallahu ‘alaihi wassalam dan beserta keluarganya, serta para sahabat dan seluruh kaum muslimin yang mengikuti petunjuknya.
Kepada seluruh Warga Kehormatan Muhammadiyah dimanapun berada, dan Para simpatisan Muhammadiyah, Dengan ini Muhammadiyah ingin memurnikan Ajaran Agama Islam dan Membersihkan dari Paham Ajaran Sesat & Menyesatkan dari SYIAH RAFIDHOH. Dengan ini Menyatakan =

PERTAMA : Muhammadiyah meyakini bahwa Hanya Nabi Muhammad Rasullullah Shallallohu ‘allaihi was sallam yang Ma’shum. Oleh sebab itu, Muhammadiyah Menolak konsep kesucian Imam-imam 12 (ma’shumnya imam-imam) dalam ajaran Syi’ah.

KEDUA : Muhammadiyah meyakini bahwa Nabi Muhammad Rasullulloh shallallohu ‘allaihi wa sallam tidak menunjuk siapa pun pengganti beliau sebagai Khalifah. Kekhalifahan setelah beliau diserahkan kepada musyawarah umat, jadi kekhalifahan Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Khaththab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib radhiyallahu anhum (Khulafa’arrRasyidin) adalah SAH. Oleh sebab itu, Muhammadiyah MENOLAK Konsep khilafah Rafidhahnya Syi’ah.

KETIGA : Muhammadiyah menghormati Sahabat Ali bin Abi Thalib Radhialloh ‘anhu sebagaimana sahabat-sahabat yang lain, tetapi Muhammadiyah menolak Meng-Kultus-kan individu terhadap Ali bin Abi Thalib dan keturunannya dan menolak Konsep Ahlul Bait versi Syiah.

KEEMPAT : Syi’ah hanya menerima hadis dari jalur Ahlul Bait, ini berakibat ribuan hadis shahih –walaupun diriwayatkan Bukhari Muslim- ditolak oleh Syi’ah. Dengan demikian, banyak sekali perbedaan antara Syi’ah dan Ahlussunnah baik masalah Aqidah, Ibadah, Munakahat, dan lain-lainnya.
Sikap tersebut hendaknya menjadi pedoman bagi Warga Muhammadiyah membersihkan dari dalam dari ajaran dan pengaruh Syiah khususnya dan umat Islam pada umumnya, sehingga dengan demikian kita bersikap waspada terhadap ajaran dan doktrin Syi’ah yang memang sangat berbeda dengan faham Ahlussunnah/Sunni yang banyak dianut oleh mayoritas umat Islam Indonesia. Di samping itu, realitas, fakta dan kenyataan menunjukkan pada kita bahwa di manapun suatu negara di belahan ada Syi’ah hampir dapat dipastikan terjadi konflik horizontal, kerusuhan, anarkis, dan memberontak kepada pemerintahan yang Sah (Kudeta). Hal tersebut tentu harus menjadi perhatian kita semua jika ingin negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tetap utuh dan ukhuwah Islamiyah tetap terjaga. Jangan Sampai terjadi REVOLUSI SYIAH INDONESIA, Seperti yang terjadi di Negara iran dengan Revolusi Syiah Iran.

Demikian sikap resmi Muhammadiyah setelah melalui sidang pleno Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Sehingga pendapat pribadi oknum tokoh Muhammadiyah tidak dapat dijadikan pegangan dan sandaran sikap kaum Muslimin pada umumnya dan warga Muhammadiyah pada khususnya.

Dengan demikian, Alloh Subhanahu wa Ta’ala akan memberikan kehidupan yang baik di dunia serta memberikan balasan pahala yang lebih baik dari apa yang telah diperbuat di akhirat kelak sebagaimana yang telah Alloh Subhanahu wa Ta’ala janjikan. Aamiin.