Thursday, May 7, 2015

Adakah Fiqh Madzhab Ja'fari ? Sikap Syi'ah Dalam Permasalan Fiqh

Sikap Syi'ah Dalam Permasalan Fiqh

Oleh : Syaikh Musthofa Al ‘Adawy
Dalam permasalahan fiqh mereka tidak berlandaskan kepada hadits-hadits yang shohih dari nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam,akan tetapi mereka berdasarkan pada perkataan-perkataan dusta yang dibuat-buat oleh ulama mereka sendiri,oleh karenanya fiqh mereka bathil,penuh penyimpangan dan tidak boleh dianggap,tetapi kesalahan fatal mereka dalam fiqh tidak sebanding dengan kesalahan dan kesesatan mereka dalam masalah aqidah,oleh karenanya mereka membolehkan menikahi sembilan wanita,mereka berdalil dengan firman Alloh Ta’ala
{ مثنى وثلاث ورباع} ( النساء 3 )

Yang mana mereka artikan kata wawu didalam ayat tadi dengan menggabungkan / menambahkan, yang akhirnya menjadi (2+3+4=9), padahal hal ini menyalahi kaidah bahasa arab,sementara nabi memerintahkan para sahabat yang memiliki istri lebih dari empat,untuk menceraikan istri-istri mereka sampai hanya tersisa empat saja.

Kemudian mereka juga menghalakan nikah mut’ah,sebagaimana hal ini terjadi di Iran, Lebanon, dan Iraq, yang mana si laki-laki menzinahi wanita yang dipilihnya dan memberikan beberapa lembar uang,dan bahkan mereka membuka tempat-tempat nikah mut’ah sedari pagi buta dengan anggapan agar diberkahi transaksi mereka ini,inilah sebagian aqidah mereka,sedangkan Alloh dan rasul-Nya telah mengharamkan nikah mut’ah ini pada hari Khoibar selama-lamanya.
Dan diantara sempalan kelompok Syi’ah yang bernama Al Isma’iliyah (termasuk dari salah satu Syi’ah Al Imamiyah),lantas apa yang mereka katakan? Sebagian mereka -yang ada di Yaman- mengatakan : sholat itu dalam sehari semalam ada 50 kali,karena itulah yang Alloh wajibkan,misalkan kita sholat dzuhur sekali mereka sholat 10 kali,dan bahkan mereka menganggap kalau kita belum selesai sholat mereka sudah sholat 10 kali.
Dan kelompok lainnya mengatakan : tidak,sholat bukan lima kali atau lima puluh kali,melainkan sembilan belas kali dalam sehari semalam,namun apa yang mereka semua katakan ini adalah kedustaan dan kebathilan.
Mereka juga dalam masalah sholat berpendapat orang yang mengucapkan aamiin batal sholatnya,karena ucapan aamiin menurut mereka termasuk dari berbicara,dan berbicara ketika sholat termasuk dalam hal yang membatalkan sholat.Sebagian mereka juga berpendapat kalau bersedekap itu membatalkan sholat,akan tetapi ini semua tidak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan penyimpangan-penyimpangan dan kesesatan mereka dalam hal aqidah. 


Oleh : Budi Marta Saudin
“Saya mengikuti madzhab fiqih imam Ja’far Asshodiq”, begitulah jawaban seorang laki-laki separuh baya kepadaku, setelah kutanya mengapa sholat dzuhur kok membaca qunut di roka’at terakhir?. Kejadian tersebut di tanah kelahiranku tercinta ( Cirebon ) sekitar tahun 2007, saat itu ada acara diskusi antara Prof. Dr. Jalaludin Rahmat ( Gembong Syi’ah Indonesia ) dengan Prof. Dr. Salim Bajri, kulihat saat itu “pengikut madzhab Imam Ja’far Asshodiq” berjumlah ratusan.

Diantara bentuk kekeliruan fatal yang menyebar luas di kalangan kaum Muslimin memberikan julukan Ja’fariyah kepada Syi’ah Imamiyah berdasarkan klaim mereka mengikuti pemahaman fiqih madzhab imam Ja’far Asshodiq – Rohimahulloh-.
Para pembaca yang semoga di muliakan Allah Ta’ala, jika kita teliti dengan cermat, tidak ada satu karya pun dalam bidang fiqih dan hadits yang di tulis oleh Ja’far Asshodiq – Rohimahulloh-, hal tersebut tidak seperti imam madzhab yang empat atau yang lainnya, mereka meninggalkan karya ilmiyah dalam bidang fiqih dan hadits. Imam Abu Hanifah -Rohimahulloh- meninggalkan kitab Al Fiqh Al Akbar , Imam Malik menulis Almuwatho’, Imam Syafi’iy menulis kitab Arrisalah, Al Umm, Imam Ahmad menulis Musnad.
Adapun riwayat yang disandarkan kepada Ja’far Asshodiq -Rohimahulloh- adalah muncul beratus-ratus tahun setelah beliau meninggal dunia. Kitab "Furu’ Al Kafi" karya Al Kulaini adalah kitab fiqih Syi’ah Imamiyah yang di sandarkan kepada Ja’far Asshodiq. Al Kulaini meninggal dunia pada tahun 329 H yaitu setelah 180 tahun meninggalnya Ja’far Asshodiq,kitab fiqih Man Laa Yahdhuruhu Al Faqiih yang di tulis oleh Muhammad bin Ali bin Babawaih Al Qummi yang meninggal tahun 381 H, yaitu setelah 230 tahun wafatnya Ja’far Asshodiq.
Jadi Fiqih Ja’far Asshodiq manakah yang di ikuti oleh Syi’ah??

Fiqh Ja’fari: Khayalan Tingkat Tinggi Syi’ah

Selama ini orang-orang Syi’ah mengklaim mereka bermadzhab fiqh Ja’fari, dan madzhab Ja’fari tak ubahnya seperti madzhab imam-imam lainnya yaitu Abu Hanifah, Malik, As Syafi’i, dan Ahmad bin Hanbal seperti yang mereka dakwakan.
Namun ironisnya, orang-orang Syi’ah tidak memiliki kitab yang ditulis langsung oleh Imam Ja’far As Shadiq, begitu juga tidak akan kita dapati murid-murid Imam Ja’far yang mengumpulkan dan menuliskan madzhab Imam Ja’far dalam masalah fiqh, jikapun ada pasti kitab tersebut akan bergulir dari generasi ke generasi, sebagaimana kitab-kitab para Imam 4 Madzhab. Adapun kitab yang mereka nisbatkan kepada Imam Ja’far dalam permasalahan fiqh adalah kitab yang baru muncul setelah sekian ratus tahun dari wafatnya Imam Ja’far dan tidak memiliki sanad yang shahih dan terpercaya.

Diantara hakekat yang tersembunyi dari kalangan awam Syi’ah adalah Ja’far As Shadiq dan Imam-Imam Syi’ah lainnya yang berjumlah dua belas tidak pernah mengarang kitab baik dalam hal fiqh ataupun hadits.
Padahal empat Imam milik Ahlus Sunnah semuanya memiliki karya tulis dalam disiplin ilmu fiqh dan hadits,berikut ini rinciannya:
-Imam Abu Hanifah mewariskan hadits dalam “Musnad” beliau, adapun fiqh beliau, maka murid-murid senior beliaulah yang menyusunkannya seperti Abu Yusuf dan Muhammad bin Hasan As Syaibani.
-Imam Malik menuliskan hadits dan permasalahan fiqh dalam kitab beliau “Al Muwattho”.
-Imam Syafi’i mewariskan dan menulis hadits dalam “Musnad” beliau, dan fiqh dalam kitabnya “Al Umm”.
-Dan Imam Ahmad bin Hanbal maka kitab “Musnad” beliau sudah sangat masyhur, adapun fiqh beliau telah disusun dan dikarang oleh murid-murid beliau diantarannya Imam Al Khallal.
Alangkah kasihannya orang-orang Syi’ah, Imam mereka Ja’far As Shadiq tidak memiliki karya tulis dalam hadits ataupun fiqh, begitu juga tidak ada yang menyusunnya dari murid-murid beliau.
Adapun riwayat yang dinisbatkan kepadanya yang muncul pertama kali yaitu kitab Furu’ Al Kafiy milik Al Kulaini yang wafat pada tahun 329 H. Dengan kata lain setelah wafatnya Imam Ja’far As Shadiq dengan jarak 180 tahun!
Keanehan fiqh Ja’fari ini mengingatkan kita dengan kepalsuan Injil milik umat Nashrani, karena Injil baru ditulis kurang lebih 175 tahun setelah wafatnya Isa.
(Usthurah Al-Madzhab Al-Ja’fari: Dr. Thaha Hamid Ad Dulaimi)

Artikel terkait :

Kepalsuan Madzhab Ja’fari

http://lamurkha.blogspot.com/2015/03/kepalsuan-madzhab-jafari.html