Wednesday, May 13, 2015

Agama Syiah adalah Malapetaka Bagi Kaum Muslimin

Kekuatan syiah tidak bisa diremehkan, sejarah membuktikan bahwa pada abad ke-3 hijriyah mereka telah berhasil menguasai negeri-negeri muslimin hingga akhirnya Alloh memunculkan Sulthan Nuruddin Zanky dan disempurnakan dengan kemunculan Sulthan Sholahuddin Al Ayyuby. Saat itulah mereka dihinakan oleh Alloh dalam waktu yang cukup lama.
Dan pada abad ini, negara iran dengan agama syiahnya betul-betul menjadi sorotan dunia. Banyak yang mengatakan saat ini iran adalah kekuatan baru di dunia. Dan jika hal ini menjadi benar, maka betul-betul kaum muslimin berada di dalam bahaya besar.

Syiah dari dahulu hingga sekarang, bahkan mungkin sampai akhir zaman adalah malapetaka besar bagi kaum muslimin. Jika kita mencermati sejarah, maka akan kita dapati bahwa ternyata berbagai keburukan besar yang menimpa kaum muslimin berasal dari ulah syiah.
Dan marilah sekarang kita saksikan episode-episode keburukan akibat ulah syiah, wallohul musta’an.

Malapetaka pada Muharrom 312 H
Al Imam Ibnu Katsir rahimahulloh mengisahkan:
Pada Bulan Muharrom tahun 312 H tokoh syiah qoromithah Abu Thohir Al Husani bin Abi Said Al Janabi (semoga laknat Alloh ditimpakan atasnya dan kepada bapaknya) telah melakukan pembegalan terhadap jamaah haji Iraq, sekembalinya para jamaah haji tersebut dari Baitulloh Al Harom. Mereka telah menunaikan kewajiban terhadap Alloh, namun justru orang-orang syiah qoromithah merampok mereka. Para jamaah haji tentu saja berusaha untuk melawan demi mempertahankan harta, jiwa dan istri-istri mereka, maka Abu Thohir dan para pengikutnya membantai mereka dalam jumlah yang besar, hanya Alloh yang mengetahui jumlah orang-orang yang terbunuh. Kemudian orang-orang syiah qoromithah menawan kaum wanita dan anak-anak (kaum muslimin) yang mereka senangi serta merampok harta bendanya. Harta benda yang mereka rampok senilai satu juta dinar berikut perhiasan-perhiasan serta barang dagangan. Setelah puas, orang-orang syiah qoromithah meninggalkan begitu saja (tawanan) yang tersisa di tengah-tengah padang pasir tanpa persediaan air, tanpa makanan dan tanpa kendaraan tunggangan. (Al Bidayah wa nihayah jilid 6 hal 160)

Malapetaka tahun 317 H
Al Imam Ibnu Katsir menuturkan: Pada tahun 317 H jamaah haji dari Iraq bersama amir mereka, Manshur Ad Dailami tiba di Mekkah dengan selamat dan merekapun bertemu dengan seluruh jamaah haji dari segala penjuru. Tanpa mereka sadari, bertepatan dengan hari Tarwiyyah tiba-tiba muncul seorang syiah qoromithah bersama jamaahnya. Kemudian mereka melakukan perampasan harta jamaah haji serta membantai mereka, maka terbunuhlah jamaah haji dalam jumlah yang banyak di segala penjuru Mekkah baik yang berada di tanah lapang dan perbukitan bahkan yang berada di dalam Masjidil Harom dan yang berada di dalam Ka’bah sekalipun. Dan tokoh mereka, Abu Thohir (semoga laknat Alloh ditimpakan kepadanya) duduk di atas pintu Ka’bah, sementara banyak kaum muslimin sekarat di sekelilingnya. Pedang-pedang terus ditebaskan kepada manusia tanpa henti di dalam Masjidil Harom, di dalam bulan harom dan pada hari tarwiyyah, yang merupakan hari yang paling mulia di dalam Islam, seraya mengatakan; “aku adalah Alloh, aku bersama Alloh, aku yang menciptakan makhluk dan aku pula yang membinasakan mereka.” Orang-orang berusaha lari dari mereka (syiah qoromithah) dan bergelantungan dengan tirai-tirai Ka’bah, namun hal itu tidak memberikan manfaat, mereka tetap dibunuh dalam keadaan seperti itu, orang-orang yang sedang thowafpun dibunuh dalam keadaan thowaf.
Setelah orang-orang syiah qoromithah (semoga laknat Alloh ditimpakan kepada mereka) puas membantai jamaah haji, pemimpin mereka memerintahkan agar jasad-jasad jamaah haji dilemparkan ke dalam sumur Zam-zam dan banyak pula yang dikuburkan di tanah Harom dan di dalam Masjidil Harom. Pemimpin mereka memerintahkan untuk menghancurkan kubah Zam-zam dan mencabut pintu Ka’bah, serta mencabut Kiswah Ka’bah kemudian merobek-robeknya dan membagikan kain robekannya kepada para pengikutnya. Lantas pemimpin mereka menyuruh seseorang untuk naik ke atas Ka’bah dan mencabut pancuran Ka’bah, namun orang tersebut kemudian jatuh dan mati seketika. Maka pemimpin mereka yang buruk, tidak berani berupaya mencabut pancuran Ka’bah. Lalu pemimpin mereka memerintah seorang pengikutnya untuk mencongkel hajar aswad, maka berangkatlah orang tersebut dan memukul hajar aswad dengan kampak yang ada di tangannya, seraya mengatakan: “ Mana burung Ababil?… Mana batu dari sijjil?…” Mereka lalu mengambil hajar aswad dan membawanya ke negeri mereka. Hajar aswad berada di tengah-tengah mereka (syiah qoromithah) selama 22 tahun dan kemudian mereka mengembalikan (hajar aswad) lagi sebagaimana yang akan kami sebutkan yaitu pada tahun 339 H. Fainna lillahi wa inna ilaihi rooji’uun (Al Bidayah wa nihayah jilid 6 hal. 172)

Malapetaka tahun 351 H
Al Imam Ibnu Katsir menuturkan:
Kemudian memasuki tahun 351 H, pada tahun ini tentara Rum menyerang Kota Halb dipimpin langsung Damastaq Raja Rum (semoga Alloh melaknatnya) dengan mengerahkan 200.000 bala tentara. Maka bangkitlah penguasa Halb, Saifud Daulah bin Hamdan beserta pasukannya untuk melawan tentara Rum. Akan tetapi mereka tidak mampu membendung laju tentara Rum dikarenakan besarnya jumlah tentara Rum, sehingga tentara Saifud Daulah banyak yang terbunuh. Adapun Saifud Daulah merupakan pemimpin yang pengecut dan kurang bersabar dalam menghadapi musuh sehingga dia melarikan diri bersama dengan sejumlah kecil dari pasukannya. Maka tentara Rum mengepung benteng kota Halb, penduduk negeri berusaha mempertahankan benteng dengan heroik dan mereka berhasil membunuh tentara Rum dalam jumlah yang besar. Tentara Rum betul-betul menemui kesulitan yang sangat untuk menguasai benteng.
Di tengah-tengah bahaya yang mengancam itu, tiba-tiba kaum muslimin dikejutkan oleh sebuah berita, bahwasanya satuan pengaman pemerintah (polisi) dan pasukan khusus pemerintah (yang saat itu didominasi orang-orang syiah) melakukan keonaran di dalam kota. Mereka (orang-orang syiah) mendobrak rumah-rumah penduduk dan menjarah harta benda, maka kaum musliminpun akhirnya kembali ke rumah-rumah mereka meninggalkan benteng pertahanan untuk memerangai para pembuat onar. Dengan kondisi demikian, akhirnya tentara Rum berhasil dengan mudah menerobos benteng kota dan membunuh kaum muslimin dalam jumlah yang besar, merampas harta benda mereka serta menawan anak-anak dan kaum wanita.
Tentara Rum merobohkan masjid-masjid dan membakarnya serta menghancurkan segala sesuatu yang bisa mereka hancurkan. Mereka tinggal di Kota Halb selama 9 hari sambil melakukan perusakan yang luar biasa dan semua ini bisa dilakukan oleh tentara Rum disebabkan oleh ulah satuan pengaman pemerintah dan pasukan khusus pemerintah (semoga Alloh membinasakan mereka) begitu pula penguasa mereka Saifud Daulah bin Hamdan adalah merupakan seorang penganut syiah rafidhah yang mencintai syiah dan membenci ahlussunnah, maka karenanya terkumpullah bagi penduduk Halb berbagai macam musibah.
Ibnu Katsir melanjutkan penuturan Beliau, pada tahun ini pula di kota Baghdad kalangan awam rafidhah menuliskan di pintu-pintu masjid laknat terhadap sahabat Muawiyah bin Sufyan serta Abu Bakr, Umar dan Utsman serta melaknat sahabat Marwan bin Hakam, semoga Alloh meridhai para sahabat dan melaknat orang-orang yang melaknat para sahabat. Kemudian sampai berita kepada penguasa Baghdad Muizzud Daulah bahwasanya ahlussunnah telah menghapus tulisan tersebut, maka kemudian Muizzud Daulah memerintahkan untuk membuat tulisan pengganti yang berbunyi semoga Alloh melaknat orang-orang yang mendzalimi kelurga Muhammad baik orang-orang yang telah berlalu atau orang-orang yang akan datang dan secara mencolok melaknat Muawiyah bin Abi Sufyan, semoga memburukkan dirinya dan memburukkan syiahnya dari kalangan rafidhah.
Sungguh pasti orang-orang seperti itu tidak ditolong oleh Alloh begitu pula Saifud Daulah bin Hamdan, penguasa Halb, menganut aqidah syiah dan cenderung kepada Rofidhoh, sungguh pasti Allah tidak akan menolong orang-orang seperti mereka, bahkan justru memberikan kemenangan kepada kaum kafir.
Dan oleh karena itu pula tatkala kaum Syiah Fathimiyah berhasil menguasai Mesir dan Syam, maka orang-orang kafir Eropa berhasil menguasai seluruh pesisir Syam dan seluruh negeri Syam, bahkan menguasai Baitul Maqdis. Dan tidak tersisa bagi kaum muslimin, selain kota Halb, Homs, Hawah dan Damsyiq serta sebagian daerah pegunungan. Sedangkan seluruh daerah pesisir dan daerah lainnya berhasil dikuasai oleh orang-orang kafir Eropa. Lonceng-lonceng nasrani serta aturan-aturan injil membahana di ketinggian benteng sementara syiar-syiar Islam tampak redup di tempat-tempat iman, baik di masjid-masjid atau di tempat-tempat mulia. Kaum muslimin di bawah kepemimpinan mereka berada dalam pengepungan hebat dan kesempitan menjalankan agama, para penduduk kota-kota Islam senantiasa di dalam bayang-bayang ketakutan yang sangat dari keganasan tentara Eropa baik di waktu siang dan malam. Innalillahi wa inna ilaihi rojiun. Semua ini merupakan sebagian hukuman Alloh dikarenakan oleh kemaksiatan-kemaksiatan dan dosa-dosa serta merajalelanya celaan-celaan terhadap para sahabat nabi yang merupakan manusia terbaik setelah para nabi (Al Bidayah wa nihayah hal. 257 juz 6 dengan sedikit peringkasan)

Malapetaka tahun 359 H
Ibnu Katsir bercerita kemudian memasuki tahun 359 H, pada tahun ini tentara Rum menyerang kota Inthoqiyyah dan membunuhi penduduknya termasuk para kakek dan nenek serta menawan anak-anak kecil sekitar 10.000 jiwa, fainnalillahi wa inna ilaihi rajiun. Semua itu atas instruksi Naqfur, raja Armenia la’nahulloh. Semua itu terjadi tatkala kaum muslimin berada di bawah kekuasaan raja-raja bumi yang kesemuanya menganut akidah rafidhah. Mereka telah berhasil menguasai negeri-negeri muslimin dan menampakkan kerusakan-kerusakan di dalamnya, semoga Alloh memburukkan mereka semua. (Al Bidayah wa Nihayah hal 284 juz 6)

Oleh Ust. Syamsuri (Pengajar di Islamic Centre Bin Baz, Yogyakarta).