Monday, May 4, 2015

Berkedok Risalah Amman Syiah Siap Membantai Muslim Indonesia

                                             AKTE PERJANJIAN SETAN
Pada 27-29 Jumadil Ula 1426 H. / 4-6 Juli 2005 M.Konferensi Islam di Amman  telah menghasilkan keputusan sepaktakuler, menyangkut nasib Syiah di Dunia, apakah mereka Islam atau bukan. Hasil konferensi Di Amman bisa disebut juga dengan deklarasi Amman untuk kemaslahatan dunia Islam, dalam rangka membangun tatanan dunia baru Islam, dengan mengakui Syiah sebagai Mazhab, bagian dari Islam.
Pada intinya konferensi Amman hanya bertujuan untuk membuat pengakuan Islam terhadap Syiah, adalah sebuah metodelogi Syiah yang berhasil menyeret tokoh tokoh Islam dunia semua harus mengakui “keberadaan Syiah sebagai Mazhab ke lima dalam Islam”. Tidak main main, yang datang memenuhi undangan adalah jargon jargon intelektual muslim tingkat dunia dan dari berbagai belahan dunia Islam. Diantaranya:” Prof. Dr. Ali Jumu’a (Mufti Besar Mesir); Prof. Dr. Ahmad Muhammad Al-Tayyib (Rektor Universitas Al-Azhar); Prof. Dr. Mahmud Hamdi Zaqzuq (Menteri Agama Mesir); Dr. Yusuf Qardhawi (Ketua Persatuan Ulama Islam Internasional, Qatar); Dr. Muhammad Sa’id Ramadan Al-Buthi (Dai, Pemikir dan Penulis Islam, Syria); Prof. Dr. Syeikh Wahbah Mustafa Al-Zuhayli (Ketua Departemen Fiqih, Damascus University); Shaykh Dr. Ikrimah Sabri (Mufti Besar Al-Quds dan Imam Besar Masjid al-Aqsha); Syeikh Habib ‘Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafiz (Ketua Madrasah Darul Mustafa, Tarim, Yaman); dan lain-lain.
Sosok mereka bisa dibaca sebagai intelektual papan atas di dunia Islam, dan mereka datang ke Amman hanya untuk satu tujuan “mengakui Syiah Sebagai Mazhab Ke Lima dalam Islam”. Dan bisa hidup rukun dalam satu anggapan “kalau pemeluk Agama Syiah sama halnya dengan Islam”. Dunia seolah akan mengakhiri konflik horizontal antara Islam dan kelompok Syiah yang bertebaran dalam Dunia Islam.
Gagasan taqrib oleh para pentolan dunia Islam ini dapat dianggap sebagai jalan damai seiring dengan kemajuan Iran dan perannya di dunia Internasional di bidang senjata, juga alibi menghadapi wahabi, adalah sebuah pernyataan yang menggugah banyak kalangan tokoh papan atas Islam untuk terlibat dalam duel pengakuan bersama.
Gagasan siapa , dan siapa yang merintis awalnya munculnya Risalah Amman ini. Tentunya adalah orang yang paling berkepentingan dengan dunia Syiah, agar lebih mudah blusukan ke daerah daerah Islam dan memurtadkan umat Islam dari agamanya. Bukan seorang intelektual namanya, kalau tidak mampu menarik empati dan simpati tokoh lainnya bergabung dalam kelompok Amman tersebut.
Peran yang luar biasa orang pertama yang menggagas “taqrib” , pastilah bukan kelas biasa, yang jelas pengaruhnya besar dalam dunia Islam, sehingga mampu menggiring para pakar pada satu kaidah taqrib, menyatukan Syiah dan Sunni’ guna bersama membangun kekuatan menghadapi hegemoni barat“Baratlah” alasannya yang menjadi pemicu lahirnya “syiah sebagai Mazhab ke Lima”.
Butir Butir Risalah Amman adalah sebagai berikut :
(1) Siapa saja yang mengikuti dan menganut salah satu dari empat mazhab Ahlus Sunnah (Syafi’i, Hanafi, Maliki, Hanbali), dua mazhab Syiah (Ja’fari dan Zaydi), mazhab Ibadi dan mazhab Zhahiri adalah Muslim. Tidak diperbolehkan mengkafirkan salah seorang dari pengikut/penganut mazhab-mazhab yang disebut di atas. Darah, kehormatan dan harta benda salah seorang dari pengikut/penganut mazhab-mazhab yang disebut di atas tidak boleh dihalalkan.
Lebih lanjut, tidak diperbolehkan mengkafirkan siapa saja yang mengikuti akidah Asy’ari atau siapa saja yang mengamalkan tasawuf (sufisme). Demikian pula, tidak diperbolehkan mengkafirkan siapa saja yang mengikuti pemikiran Salafi yang sejati. Sejalan dengan itu, tidak diperbolehkan mengkafirkan kelompok Muslim manapun yang percaya pada Allah, mengagungkan dan mensucikan-Nya, meyakini Rasulullah (saw) dan rukun-rukun iman, mengakui lima rukun Islam, serta tidak mengingkari ajaran-ajaran yang sudah pasti dan disepakati dalam agama Islam.
(2) Ada jauh lebih banyak kesamaan dalam mazhab-mazhab Islam dibandingkan dengan perbedaan-perbedaan di antara mereka. Para pengikut/penganut kedelapan mazhab Islam yang telah disebutkan di atas semuanya sepakat dalam prinsip-prinsip utama Islam (Ushuluddin). Semua mazhab yang disebut di atas percaya pada satu Allah yang Mahaesa dan Makakuasa; percaya pada al-Qur’an sebagai wahyu Allah; dan bahwa Baginda Muhammad saw adalah Nabi dan Rasul untuk seluruh manusia.
Semua sepakat pada lima rukun Islam: dua kalimat syahadat (syahadatayn); kewajiban shalat;zakat; puasa di bulan Ramadhan, dan Haji ke Baitullah di Mekkah. Semua percaya pada dasar-dasar akidah Islam: kepercayaan pada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitabNya, para rasul-Nya, hari akhir, dan takdir baik dan buruk dari sisi Allah. Perbedaan di antara ulama kedelapan mazhab Islam tersebut hanya menyangkut masalah-masalah cabang agama (furu’) dan tidak menyangkut prinsip-prinsip dasar (ushul) Islam. Perbedaan pada masalah-masalah cabang agama tersebut adalah rahmat Ilahi. Sejak dahulu dikatakan bahwa keragaman pendapat di antara ‘ulama adalah hal yang baik.
(3) Mengakui kedelapan mazhab dalam Islam tersebut berarti bahwa mengikuti suatu metodologi dasar dalam mengeluarkan fatwa: tidak ada orang yang berhak mengeluarkan fatwa tanpa keahlihan pribadi khusus yang telah ditentukan oleh masing-masing mazhab bagi para pengikutnya. Tidak ada orang yang boleh mengeluarkan fatwa tanpa mengikuti metodologi yang telah ditentukan oleh mazhab-mazhab Islam tersebut di atas. Tidak ada orang yang boleh mengklaim untuk melakukan ijtihad mutlak dan menciptakan mazhab baru atau mengeluarkan fatwa-fatwa yang tidak bisa diterima hingga membawa umat Islam keluar dari prinsip-prinsip dan kepastian-kepastian Syariah sebagaimana yang telah ditetapkan oleh masing-masing mazhab yang telah disebut di atas.
(4) Esensi Risalah Amman, yang ditetapkan pada Malam Lailatul Qadar tahun 1425 H dan dideklarasikan dengan suara lantang di Masjid Al-Hasyimiyyin, adalah kepatuhan dan ketaatan pada mazhab-mazhab Islam dan metodologi utama yang telah ditetapkan oleh masing-masing mazhab tersebut. Mengikuti tiap-tiap mazhab tersebut di atas dan meneguhkan penyelenggaraan diskusi serta pertemuan di antara para penganutnya dapat memastikan sikap adil, moderat, saling memaafkan, saling menyayangi, dan mendorong dialog dengan umat-umat lain.
(5) Kami semua mengajak seluruh umat untuk membuang segenap perbedaan di antara sesama Muslim dan menyatukan kata dan sikap mereka; menegaskan kembali sikap saling menghargai; memperkuat sikap saling mendukung di antara bangsa-bangsa dan negara-negara umat Islam; memperkukuh tali persaudaraan yang menyatukan mereka dalam saling cinta di jalan Allah. Dan kita mengajak seluruh Muslim untuk tidak membiarkan pertikaian di antara sesama Muslim dan tidak membiarkan pihak-pihak asing mengganggu hubungan di antara mereka.
Dari risalah Amman tersebut dapat ditegaskan ada beberapa point penting yang dilaksanakan oleh umat Islam
1, Mengakui Mazhab Syiah sebagai bagian dari Islam
2. Mengakui Asy’ariyah [ paham yang ditolak Ahlussunah Waljaman]
3. Mengakui Sufiyah [ Paham yang bertentangan dengan Ahlussunah
4. Mengakui perbedaan Syiah itu sebagai permasalah furu’ belaka
5. Mengakui Asy’ariyah sebagai persolan furu’ belaka
6. Mengakui Sufiyah beraqidah benar.
7 Mengakui kelompok Islam yang meng-agungkan hanya Allah dan Rasulnya, dan percaya pada ketentuan Rukun Iman dan Islam menurut Islam.
8. Tidak mengkafirkan Salafi murni dan Islam lainnya.
9. Tidak mengeluarkan fatwa tanpa metodelogi Mazhab 5
10, Menjaga ukhuwah Islamiyah
Itu buti butir risalah Amman, pada hakikatnya ingin “membangun kerukunan dan ukhuwah antar mazhab yang ada” Sehingga membuat wilayah pemikiran Islam dengan mengandalkan hasil risalah “Amman”.
TELAAH KRITIS TERHADAP RISALAH AMMAN
Butir butir yang disebutkan sebenarnya bermuatan kontradiktif antara poin satu dan lainnya. Pada poin satu disebutkan “mengakui mazhab lima” , 4 dari sunni dan satu dari Syiah. Ada isyarat bahwa Syiah meng-agungkan kitab yang sama dengan Islam. Seolah perbedaan Syiah dengan Sunni itu hanya menyangkut furuiyah belaka. Sedangkan satu sisi harus mengakui poin ketujuh , dapat diungkapkan bahwa Syiah prinsipnya dalam poin ketujuh itu “berbeda” baik rukun Islamnya atau rukun Imannya, hal ini menunjukkan kalau Syiah perbedaannya dengan “sunnah sangat prinsip”.
Di satu sisi lagi disebutkan tentang Asy’ariyah dan sufiyah, dalam pandangan ulama ulama salaf , keduanya tidak lepas dari sorotan mereka. Dalam kontek pemikiran salaf baik Asy’ariyah dan Sufiyah berada pada peringkat kesesatan dan penyimpangan, terutama dalam konsep ghuluw aqidah Asy’ariyah dan ritual ibadah dalam sufiyah yang paternalistic sufiisme, ajaran ajarannya datang dari syaik syaikh mereka. Dalam Aqidah Asyairah dan Ahlussunah memiliki prinsip perbedaan tentang Allah dan sifatnya, antara ta’wil dan haqiqat sifat.
Disisi lain Pertemuan Amman adalah pertemuan orang orang yang tak berminat menjalankan Islam yang benar, dan orang orang yang mencari cela cela penyatuan umat Islam, sebagai testimony, supaya  Islam Islam yang berbicara kesalahan Asy’ariyah dihentikan. Dan menempatkan Asy’ariyah sebagai bagian dari konsep tahuid Islam. Disampin ritual sufiyah dan aqidah sufiyah, apapun jenisnya akhirnya dihalalkan begitu saja menjadi pilihan umat Islam. Pendapat Risalah Amman ini sama halnya dengan konsep pemikiran “jaringan Islam Liberal” menghalalkan segala cara. Meskipun orang orang yang datang memenuhi undangan “Amman” tergolong kelas tinggi dan selera tinggi, namun tataran pemikiran mereka justru berlawanan dengan ulama ulama Mazhab , termasuk menentang ulama ulama Ushul, Tafsir dan Fiqih yang mengkafirkan Syiah Rofidah dan beranggapan sesat terhadap asy’ariyah dan sufiyah. Risalah “amman” mengesankan sebuah keputusan yang tergesa gesa, tanpa ada penelitian mendalam dan bersifat otentik dari aqidah generasi pertama.  Penegasan Risalah “Amman” sangat Prematur, meskipun di dukung ulama ulama seantero dunia.
Sebenarnya Konferensi “Amman” yang mengahasilkan risalah “Amman

lebih bersifat dominasi dari sebuah kelompok yang berusaha menyudutkan wahabi yang berusaha gigih menjelaskan kesesatan Asy’ariyah dan Maturidiyah, disamping penyimpangan Syiah dalam hal Aqidah tak bisa disamakan dengan ahlussunah, tak sedikitpun menyentuh aqidah ahlsunnah , juga ibadahnya yang tidak sejalan dengan rukun Islam.

Konferensi “Amman” hanya sebuah paguyuban Syiah untuk melebarkan Sayapnya dan tidak menyentuh aspek teologis secara menyeluruh, karena teologi Syiah bukanlah teologi Islam, jauh berbeda antara teologi Syiah dan Islam. Untuk membuktikan keberadaan Syiah sebagai agama dan bukan Islam, didapat di simak pernyataan tokoh tokoh Syiah berikut ini:
1.      Syeikh Musa bin Jarullah Al Turkistani Al Qazani Ar-Rusi, seorang ulama Ahlus Sunnah asal Rusia :” ajaran Syiah sangat bertentangan dengan dasar-dasar akidah Ahlus Sunnah; mereka meyakini Al-Qur`an telah diubah. (Baca Khawarij dan Syiah dalam Timbangan Ahlus Sunnah wal Jamaah, karya Prof.Dr. Ali Muhammad Ash-Shalabi, Maret 2012, hlm. 466-470).
2.      Abdul Qahir Al Baghdadi, yang kitabnya menjadi rujukan Asy’ariyah, Maturidiyah, Salafiyah, Berkata : ““Sedangkan para pengikut hawa nafsu dari kalangan Al Jarudiyah, Al Hisyamiyah, Al Jahmiyah, dan Al Imamiyyah yang mereka itu telah mengkafirkan sebaik-baik Sahabat…maka kami mengkafirkan mereka, di kalangan kami tidak diperbolehkan menshalatkan mereka (kalau mati –pen.) dan tidak boleh shalat di belakang mereka (menjadi makmum –pen.).” [dalam Al Farqu Bainal Firaq, hlm. 357].
3.      Prof. Dr. Ali Ahmad As-Salus, seorang pakar fikih di Universitas Syariah, Qatar.:” “Tetapi setelah melakukan penelitian dan kajian, dimana saya membaca secara intensif karya-karya dan buku-buku mereka, lalu saya mendapatkan suatu hal yang amat berbeda dari apa yang diilustrasikan oleh para penganjur dan pendukung upaya pendekatan madzhab Ahlus Sunnah dan Syiah. Kepercayaan Syiah terhadap konsep Imamah dan semua yang dibangun di atas itu, pada dasarnya menghambat dan menghalangi suatu (upaya) pendekatan. Karena akidah mereka tidak lain kecuali memfitnah dan menistakan manusia-manusia terbaik yang dilahirkan untuk manusia, yaitu para Sahabat.” [Ensiklopedi Sunnah-Syiah, karya Prof. Ali Ahmad As-Salus, jilid 1, hlm. 1-7. Jakarta, Pustaka Al Kautsar, Agustus 2011. Judul kitab asli, Ma’as Syi’ah Al Itsna Al ‘Asyariyah fil Ushul wal Furu’: Mausu’ah Syamilah]. Tulisan beliau itu membantah taqrib Syaikh syaik Al Azhar masa lalu seperti Mahmud Syaltut, Syeikh Al-Azhar Dan, Syeikh Muhammad Abu Zahrah, seorang ulama terkemuka universitas Al-Azhar  . Dan beliau melakukan penelitian terhadap kitab syiah selama 30 tahun.
4.      Semua Ulama yang hadir Amman itu tidak bisa melampaui keudukan Imam Bukhari dalam menghadapi Syiah, karena para professor itu bukan apa apa bila di bandingkan dengan Imam Bukhari, beliau berkata :” “Aku tidak bedakan apakah aku shalat di belakang seorang Jahmi atau Rafidhi, atau aku shalat di belakang Yahudi dan Nashrani. Mereka tidak diberikan salam, tidak didatangi (undangannya), tidak dinikahkan (dengan wanita-wanita kaum Muslimin), tidak dijadikan saksi, tidak dimakan sembelihannya.” [Khalqu Af’alil Ibad, hlm. 125].
5.      Abdul Qahir Al Baghdadi :” “Bahwasanya Nabi menjelaskan tentang firqah tercela, yaitu firqah pengikut hawa nafsu yang menyelisihi Firqah An Najiyyah, dalam bab keadilan dan Tauhid; atau dalam janji dan yang dijanjikan; atau dalam qadar dan kemampuan; atau dalam masalah takdir baik dan buruk; atau dalam bab hidayah dan kesesatan; atau dalam bab keinginan dan kehendak; atau dalam bab penglihatan dan pencapaian; atau dalam bab Sifat-sifat Allah , Nama-nama dan Sifat-sifat-Nya; atau dalam bab di antara bab-bab seputar pujian dan pembolehan; atUau dalam bab di antara bab-bab seputar kenabian dan syarat-syaratnya; atau dalam bab-bab semisal itu yang telah bersepakat Ahlus Sunnah wal Jama’ah, dari kalangan Ahlul Ra’yi dan Ahlul Hadits, di atas pokok yang satu. Menyelisihi mereka dalam hal itu, para pengikut hawa nafsu dari kalangan Qadariyah, Khawarij, Rafidhah, Najariyah, Jahmiyah, Mujassimah, Musyabbihah, dan siapa yang mengikuti firqah sesat. Maka sesungguhnya kaum yang menyimpang dalam bab keadilan dan Tauhid, masalah kubur dan islaf (pinjaman), yang mendefinisikan ru’yah dan shifat, pujian dan pembolehan, dan syarat-syarat kenabian dan imamah; mereka satu sama lain saling mengkafirkan.” [Al Farqu Bainal Firaq, hlm. 3]].
6.      6.    Demikian juga dengan Dr. Mustafa As-Siba’i, seorang ulama Ikhwanul Muslimin di Libanon. Pada mulanya beliau sangat antusias dengan ide At-Taqrib. Berbagai usaha sudah beliau lakukan untuk merealisasikan ide pendekatan madzhab. Namun saat muncul buku Al-Murajaat karya Sharafuddin Al Mausawi, beliau merasa sangat terkejut ketika dalam buku itu terdapat hujatan-hujatan terhadap Abu Hurairah ra, bahkan beliau disebut kufur dan munafik , kata beliau  : “Ide pendekatan madzhab yang dilontarkan oleh ulama-ulama Syiah secara keseluruhan, hanyalah basa-basi dalam sebuah pertemuan. Sementara mereka terus melakukan penghinaan terhadap para Sahabat dan berprasangka-buruk terhadap mereka. Mereka juga sangat meyakini kebenaran riwayat-riwayat yang ada dalam kitab-kitab pendahulu mereka. Mereka yang menyerukan pendekatan madzhab, akan tetapi mereka tidak memiliki jiwa pendekatan. Ide pendekatan itu sama sekali tidak ada pengaruhnya bagi ulama-ulama Syiah di Iraq dan Iran. Sehingga kelompok-kelompok Syiah di masing-masing daerah tetap berpegang-teguh kepada kitab-kitab para pendahulu mereka, yang berisi pencemaran nama baik dan gambaran penuh kebohongan terhadap para Sahabat. yang berselisih pendapat. Seolah-olah, ide pendekatan madzhab dalam versi mereka, adalah mendekatkan golongan Ahlus Sunnah kepada ajaran Syiah. ” (Khawarij dan Syiah dalam Timbangan Ahlus Sunnah wal Jamaah, hlm. 464-466)
Dari pernyataan Assiba’i ada kalimat mendasar yang menyimpulkan :kalau ide pendekatan oleh Ahlussunah Wal Jamaah terhadapat Syiah itu hanya sekedar kelekar yang mengandung muatan, maksudnya agar kaum sunni berduyun duyun mendekati ajaran Syiah, itulah talbis iblis yang terkandung di dalam Risalah “Amman”, Risalah “Amman” hanya menjadi dasar utama Syiah untuk kian menghancurkan Islam, penipuan atau TALBIS IBLIS yang terang terangan menggunakan dan mengendarai kendaran “Taqrib”, agar lebih cepat menuju cita cita Syiah untuk membantai muslim beriman di negeri ini.
Pada awalnya Yusuf Al-Qaradhawi pro dengan kampanye At-Taqrib antara Ahlus Sunnah dan Syiah. Namun setelah melihat kekejaman kaum Syiah terhadap para pengungsi asal Palestina, beliau mengubah pandangannya. Terlebih dengan kesaksian Yusuf Qoradhawi sekarang dengan pembantaian Syiah terhadap Ahlussunah di Iran, Irak, Yaman Dan Suriah makin membuka mata hati Dr. Yusuf menyesali kesalahannya dengan taqrib yang dilakukannya.
Pada hakikatnya Risalah “Amman’ bertujuan suci, namun kesucian tujuan risalah tersebut penuh dengan onak dan duri pemikiran yang bisa membahayakan kelangsungan Islam di dunia. (Sumber : www.koepas.org )