Wednesday, May 27, 2015

Cara Mudah Kenali Ajaran Syiah

Dalam kunjungannya ke Solo 25 Januari lalu, Ust. Anung Al-Hamat, Lc., M.Pd.I sempat memberikan ceramah di Gedung Islamic Centre Dewan Dakwah Islam Indonesia, Pabelan Kartasura. Pada kesempatan itu, Direktur Forum Studi Sekte-Sekte Islam itu membeberkan cara mudah mengenali ajaran Syiah.
Materi ini penting, mengingat akidah taqiyah yang dilakukan oleh Syiah mengkaburkan jati diri mereka. Akibatnya, banyak yang menganggap mereka adalah Ahlus Sunnah karena yang dikaji adalah kitab-kitab mu’tabar Ahlus Sunnah, padahal itu hanyalah perantara untuk mengenalkan akidah mereka sesungguhnya.
Berikut ini rangkuman ceramah Ust. Anung Al-Hamat, Lc., M.Pd.I yang dikirimkan kontributor kiblat.net di Surakarta:
Metode Syiah dalam mengajarkan pemahamannya
Orang Syiah akan mengajarkan pemahaman Syiah dengan cara bertingkat. Pada tingkat awal belum diajarkan pemahaman Syiah, justru yang diajarkan bagaimana membahas kitab-kitab Ahlussunnah seperti membahas Kitab Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Bulughul Maram, Sunan Abu Dawud dan Kitab Sunnah lainnya. Namun pada setiap sesi pemberian pemahaman kitab-kitab tersebut akan terus digiring untuk diberikan doktrin tentang mazhab Ahlul Bait.
Penggunaan Mazhab Ahlul Bait (Mazhab keluarga Nabi) merupakan ciri tersendiri bagi orang Syiah. Mereka tidak menamakan Mazhab Syiah agar menarik dan tidak membuat gusar orang yang sedang belajar kepada mereka.
Setelah pada tahapan semisal akhir kelas 5, maka mulailah diajarkan perbandingan Syiah-Sunni. Kemudian baru diajarkan hakikat Syiah pada kelas 6. Hal ini seperti yang dinyatakan oleh kalangan yang pernah berinteraksi dengan Pesantren YAPI Bangil atau Yayasan Muthahhari Bandung. Dan metode ini tidak menutup kemungkinan digunakan juga di pondok pesantren yang terindikasi Syiah yang ada di Solo atau daerah lainnya. Meskipun tidak semua santrinya mendapatkan materi seputar pemahaman Syi’ah. Dalam arti hanya santri atau kalangan-kalangan tertentu saja yang diberikan materi tersebut.

Isu Persatuan

Isu persatuan akan terus dikampanyekan oleh orang Syiah sebagaikamuflase manakala mereka belum mempunyai kekuatan secara jumlah dan persiapan sarana pra sarana. Hal ini terjadi pada revolusi Iran dan peristiwa di Iraq. Ketika jumlah mereka sedikit maka kata persatuan terus diucapkan. Tetapi ketika jumlah sudah mencukupi untuk mengalahkan kelompok Ahlus Sunnah, maka isu persatuan akan mereka tenggelamkan dan yang ada memilih: Syiah atau mati. Bahkan tidak tangung-tanggung mereka mengikat kerja sama dalam persenjataan dengan Amerika dan Zionis Israel.

Misionaris Syiah di Indonesia

Di Indonesia ada 2 organisasi besar Syiah
1. Wadah ABI (Ahlul Bait Indonesia) yang menaungi para Habaib dan keturunan Arab Indonesia dengan menjadikan Iran sebagai marja’nya.
2.Wadah IJABI (Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia) dengan salah satu tokoh kuncinya adalah Jalaluddin Rahmat dengan menjadikan Libanon sebagai marja’nya.
Para penyebar Syiah terdapat dua golongan
1.Misionaris Syiah yang jahr, terus terang dihadapan umat bahwa dirinya Syiah seperti Jalaluddin Rahmat, Ahmad Baraqba dan seterusnya. Mereka berani mengatakan di khalayak karena mereka sudah mempersiapkan diri sebagai sebuah bentuk kesatuan.
2.Misionaris Syiah yang taqiyah dan bersifat abu-abu. Misionaris ini lebih berbahaya daripada yang pertama, karena membuat subhat dikalangan umat Muslimin. Golongan kedua ini selalu:
· Memberikan pernyataan bahwa Syiah dan Sunni itu sama, tidak perlu untuk diperdebatkan.
· Syiah itu tidak sesat sebagaimana yang dinyatakan perwakilan IJABI Medan dalam debatnya dengan Prof. Dr. Muhammad Baharun dan Kiyai Idrus Romli.
·  Senantiasa mengangkat isu untuk mencintai Ahlul Bait versi Syiah yakni keluarga Nabi jalur Keturunan Ali bin Abi Thalib RA saja.
·  Mengatakan Sahabat Muawiyah bin Abi Sofyan RA bukan sahabat Nabi saw, seorang munafiq dan berbagai celaan lainnya.
· Menyampaikan bahwa dalam riwayat Imam Bukhari ada para perawi Syi’ah. Siapa yang menghujat atau menyesatkan Syi’ah berarti menghujat Bukhari.
· Mereka berani menyatakan kelompok Ahmadiyah itu sesat bahkan kafir, tetapi kepada Syiah tidak. Padahal Syi’ah dan Ahmadiyah sama-sama sesatnya, bahkan Syiah justru lebih besar dan komplek kesesatannya. Sehingga MUI JATIM menyatakan bahwa 10 kriteria aliran sesat ada semua dalam ajaran Syi’ah dan semuanya diamalkan.
· Tipe Misionaris yang kedua ini bila dikatakan kepadanya bahwa dirinya Syiah, maka dia akan marah dan menyatakan diri bahwa dirinya seorang muslim.
· Dalam pembahasan kajian fikih yang diadakan selalu saja mengangkat pendapat Mazhab Ahlul Bait sebagai pengganti kata Syiah. Kalangan ini akan menyampaikan bahwa pendapat Abu Hanifah, Malik, Syafi’I dan Ahmad demikian. Adapun menurut pendapat Ahlul Bait demikian. Dan yang rajih adalah pendapat Ahlul Bait. Atau menggunakan kalimat yang semisalnya; madzhab keluarga Nabi, pendapat Amirul Mukminin Ali dan seterusnya.

Mubahalah Bekasi

Pernah diadakan peristiwa dialog di Bekasi yang kemudian dilanjutkan dengan mubahalah antara Dr. Haidar Bawazir dengan Habib Husein Alatas karena tidak ada titik temu dalam masalah sahabat Mu’wiyah. Dr. Haidar Bawazir menyatakan Mu’waiyah merupakan sahabat Nabi SAW dengan mempunyai beragam keutamaan lainnya. Sementara Husain Alatas menyatakan Muawiyah bin Abi Sofyan dari sisi istilah bukanlah sahabat Nabi saw, bahkan dia seorang munafiq yang terkutuk.[1]
Padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mendoakan beliau dengan doa yang mulia “Ya Allah, jadikanlah Mu’awiyah sebagai orang yang memberi petunjuk dan mendapat hidayah. Jadikanlah manusia mendapat hidayah melalui dirinya.” (HR. Tirmidzi). Hadits ini, secara sanad ditolak oleh orang-orang Syiah.
Keistimewaan Muawiyah juga disebutkan, yaitu ketika Ibnu Abbas ditanya tentang Muawiyah yang melakukan shalat witir satu raka’at. Ibnu Abbas menjawab, “Dia Benar, dia adalah seorang yang fakih.” (HR. Bukhari).
Sikap seseorang terhadap Mu’awiyah adalah barometer yang menunjukkan sikapnya terhadap para shahabat lainnya. Apabila ia lancang dalam mencela atau merendahkan beliau, maka ia akan lancang pula dalam mencela shahabat lainnya. Abu Taubah Ar-Rabi’ bin Nafi’ rahimahullah berkata, “Mu’awiyah bin Abi Sufyan adalah tirai bagi shahabat-shahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Siapa yang berani menyingkap tirai itu, niscaya ia akan berbuat lancang terhadap yang berada di baliknya.” (Tarikh Dimasyq).
Al-Imam Ibnul Mubarak rahimahullah juga berkata, “Mu’awiyah di sisi kami (Ahlus Sunnah, Ahlul Hadits) adalah tolok ukur. Siapa yang kita lihat ia memandang Mu’awiyah dengan pandangan jelek, kita berprasangka bahwa orang ini juga berpandangan jelek kepada seluruh shahabat Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (Tarikh Dimasyq).
[1]Lihat juga kalangan Syiah lainnya dalam menghujat Mu’awiyah;  

Acara “Mubahalah” Haidar dengan Husein bin Hamid Alatas di Radio Silaturrahim

Acara

Bermula dari sebuah artikel di situs Voa-Islam.com terkait pernyataan aktivis dakwah Haidar Abdullah Bawazir yang menyatakan ustadz Husein bin Hamid Alatas dalam ceramah-ceramahnya di Radio Silaturrahim sering menyampaikan dan menyebarkan fikroh sesat Syiah dan akhirnya kemudian berkembang meluas menjadi “perang dingin” di media.
Haidar Abdullah Bawazir, aktivis dakwah yang juga dokter ahli penyakit dalam ini, menegaskan bahwa dirinya tidak menuduh Husein bin Hamid Alattas sebagai Syiah. Ia hanya mempertanyakan, kenapa Husein menyebarkan fikroh Syiah.
Haidar bahkan menantang mubahalah Husien bin Hamid Alatas, yang merupakan da’i tetap di radio Silaturrahim, di mana melalui media itu, Husien menyebarkan pemikirannya yang dianggap sebagai fikroh Syiah oleh Haidar. Haidar sendiri dengan tegas menyampaikan sikapnya agar Husien menghentikan sikapnya yang menghujat para sahabat serta segera bertaubat.
Masalah kemudian semakin berkembang dengan adanya saling “serang” lewat media antara Haidar dengan kru dari radio Silaturrahim yang memberikan hak jawab dan bantahan atas pernyatan-pernyataan Haidar. Sampai akhirnya keluar lah pernyataan dari pihak radio Silaturrahim yang secara terbuka siap melakukan Mubahalah dengan Haidar Abdullah Bawazir.
Dalam pernyataan terbukanya di situs Rasil (www.radiosilaturrahim.com), pihak rasil menyatakan:
Agar permasalahn fitnah ini cepat selesai dan tidak berlama lama sesuai dengan pernyataan Haidar Bawazir yang SIAP untuk BERMUBAHALLAH DI RADIO SILATURAHIM maka Ustadz Husin telah lama menyetujui. untuk bermubahallah, Adapun yang dikatakan oleh Haidar bahwa Haidar hanya mau bermubahallah dalam kaitan menghujat sahabat, mengajarkan firqoh syiah. Padahal TUDINGAN HAIDAR SANGAT JELAS BERKONOTASI MENUDUH USTADZ HUSIN BERFAHAM SYIAH.
Tuduhan menghujat sahabat adalah tuduhan yang dinisbatkan pada kaum syiah, langsung saja pada tuduhan BERFAHAM SYIAH tanpa perlu beretorika sebagaimana tuduhan yang sudah berlaku selama ini yang sudah beberapa kali dikutip di media online, dijadikan judul berita bahkan menjadi materi ceramah oleh satu dua orang, ditulis dalam blog dll.
Kami management Rasil dan Ustadz Husin berketetapan bahwa Mubahallah dimaksud adalah terkait pada fitnah kepada Ustadz Husin Alatas berfaham Syiah bukan yang lain. Alasan kami tersebut sangat logis dengan bukti-bukti yang terang benderang.
Bahasa hanya mau bermubahallah dalam soal menghujat sahabat, mengajarkan firqoh syiah dan sebagainya adalah dramatisasi dan retorika, tidak ada sedikitpun baik Ustadz Husin maupun seluruh ustadz di rasil am 720, melakukan penghujatan. Kami menolak persepsi demikian yang menjadi alasan Haidar Bawazir dan itu menjadi finah untuk Ustadz Husin Alatas juga untuk RASIl am 720
Bukan hanya Ustadz Husin Alatas tapi kami semua pengelola dan seluruh Ustadz-Ustadz penceramah di rasil am 720, Baik Habib Rizieq Shihab, Ustadz Zaid Bachmid, Ustadz Umar Rasyid, Ustadz Abdul Hakim, Ustadz Abul Hidayat (Pompes Alfatah) dan seluruhnya yang tergabung di radio silaturahim menolak secara tegas tudingan Haidar Bawazir,
Sudah terlalu lama muncul kebiasaan setiap pemikiran yang berbeda dengan mudahnya di VONIS SYIAH, DI VONIS SESAT DIVONIS LIBERAL DIVONIS SEKULER, DIVONIS KHAWARIJH DSB. Termasuk tuduhan MEYEBARKAN FIRQOH SYIAH. Walaupun hanya berbeda dalam PEMIKIRAN dan bukan AQIDAH. Akan menjadi legitimasi ditengah ummat bila setiap yang berbeda lalu dengan mudahnya divonis dan dihakimi, kami tidak ingin Ummat mendapat pelajaran saling memvonis kami menginginkan ummat berada dalam kasih sayang sebagaimana yang Rasulullah contohkan.
Akhirnya pada hari Rabu lalu (27/6) bertempat di Radio Silaturahim, Jl. Masjid Silaturahim no.36, Cibubur, Bekasi, digelarlah acara yang rencana awalnya adalah MUBAHALAH antara dr.Haidar Abdullah Bawazir dengan ustadz Husein bin Hamid Alatas.
Awalnya pihak ustadz Husein tidak terima dengan kehadiran awak media dalam acara tersebut karena dianggap hanya akan memperpanjang masalah dan acara pun adalah acara yang tertutup, namun Haidar menegaskan tidak ada masalah dengan kehadiran media. Eramuslim.com, Arrahmah.com, Voa-islam.com adalah media online yang hadir dalam acara itu. sebagai media kami hadir karena memang informasi acara Mubahalah ini diumumkan secara terbuka di situs resmi Rasil.
Acara kemudian berlanjut dengan paparan Haidar terkait keberatan dirinya atas ceramah-ceramah ustadz Husein yang dianggapnya menghujat sahabat nabi Muamiyah Ra dan dia minta ustadz Husein menanggapi pernyatan yang dia sampaikan. Dan ustadz Husein sendiri memberikan jawaban-jawaban atas keberatan dari Haidar. Dan dalam menanggapi Haidar, Husein dengan tegas mengakui bahwa dirinya tetap dengan pendiriannya bahwa boleh menghujat Muawiyah Ra karena banyaknya “kesalahan” dari sosok sahabat ini dan ia menegaskan bahwa Muamiyah Ra sahabat nabi hanya dalam konteks “lughowi” (bahasa) tapi dalam tataran syar’i ia tetap menyatakan bahwa Muawiyah bukanlah sahabat. (Baca: Husein bin Hamid Alattas Akui Muawiyah Ra Bukan “Sahabat” Nabi )
Acara sebenarnya berlangsung sangat ilmiah, saling memberikan dalil-dalil serta argumen untuk memperkuat masing-masing pendapat antara dokter Haidar dengan ustadz Husein. Namun sayangnya, acara yang harusnya menjadi ajang untuk mencari kebenaran tersebut harus sedikit “dirusak” oleh banyaknya komentar atau tanggapan dari tim ustadz Husein terhadap penjelasan-penjelasan yang disampaikan oleh Haidar. Bahkan Haidar sampai mengeluh, dia baru mau menanggapi apa yang disampaikan ustadz Husein sudah langsung disela, dipotong oleh timnya ustadz Husein. Seharusnya menurut kami sebagai media yang hadir dalam acara tersebut, biarkan saja mereka berdua yang saling berargumentasi dan setelah selesai masing-masing memberikan paparan, barulah masing-masing pihak memberikan masukan ataupun tanggapan. Toh, yang menjadi pokok acara adalah antara dokter Haidar dengan ustadz Husein.
Belum lagi ada tanggapan dari tim ustadz Husein yang menolak adanya Mubahalah dengan alasan bahwa Mubahalah antara dokter Haidar dengan ustadz Husein adala Bid’ah dan Sunnah Sayyi’ah. Pernyataan ini jadi aneh karena dengan jelas di situs resmi Radio Silaturrahim, tim Rasil dengan tegas menyatakan siap bermubahalah, yang artinya ustadz Husein sendiri tidak ada masalah dengan Mubahalah dan siap untuk melakukannya.
Acara yang berlangsung lebih kurang tiga jam ini sempat “memanas” dan kemudian reda kembali, akhirnya berakhir sekitar pukul 2 siang di mana dokter Haidar dan ustadz Husein tetap dengan pendirian mereka masing-masing. Bahkan Haidar menegaskan dia akan tetap mengkritisi ustadz Husein selama masih menyampaikan ceramah-ceramahnya yang menghujat beberapa sahabat Nabi yang dianggapnya menyebarkan fikroh Syiah dan ustadz Husein sendiri tetap berpegang teguh dengan sikapnya bahwa bolehnya menghujat Muawiyah Ra.
Kedepannya, mungkin sebaiknya acara mencari “kebenaran” ini berlangsung secara terbuka untuk umum dan dialog hanya antara dokter Haidar dengan ustadz Husein, sehingga masyarakat bisa menilai dengan obyektif.

KALAU Ustadz Husen Alatas salah satu narasumber Radio Silaturahim AM720 selalu menyangkal bahwa dirinya berpaham sesat Syi’ah, itu amat sangat biasa. Semua misionaris paham sesat Syi’ah juga selalu menggunakan alasan itu. Namun, ibarat kata pepatah never judge a book by its cover, untuk menilai sebuah buku jangan lihat sampulnya tapi bacalah isinya.
Oleh karena itu, perhatikanlah isi ceramah mereka. Pasti ada saja pesan-pesan atau pemikiran-pemikiran sesat Syi’ah yang mereka munculkan. Namun berhubung sebagian (besar) audiensnya tidak paham, akibatnya para pendengar itu kurang menyadari. Sehingga, membuat sasaran dakwah paham sesat Syi’ah yang mereka bawakan tidak efektif sama sekali. Subhanallah.
Kenyataanya, para misionaris Syi’ah yang punya kesempatan berdakwah di media publik (seperti TV dan Radio), tidak melepaskan peluang untuk menyampaikan misi Syi’ah, misalnya Ustadz Omar Shihab di Trans TV, Husen Alatas di Rasil AM720. Bau sesat paham Syi’ah yang ditebarkan melalui frekwensi AM720, selain dilakukan oleh Ustadz Husen Alatas, juga oleh Ustadz Zen Al-Hady. (lihat tulisan berjudul Radio Silaturahim Pro Syi’ah? di http://nahimunkar.com/10988/radio-silaturahim-pro-Syi’ah/)
Mengenai Ustadz Zen Al-Hady, masyarakat sudah lama mengenali beliau sebagai misionaris Syi’ah, antara lain melalui kedudukannya sebagai Dewan Pembina di Yayasan Fathimah yang bermarkas di Jalan Batu Ampar III No.14, Condet, Jakarta Timur 13520. Yayasan Fathimah adalah salah satu dari sekian puluh Yayasan Syi’ah yang bertebaran di Indonesia (http://fatimah.org/pengurus/).
Indikasi syi’ah yang bisa ditemukan pada diri Ustad Husen Alatas antara lain ketika Ustadz Husen Alatas menjawab sebuah pertanyaan dari pendengar yang dibacakan pembawa acara Rasil AM720, yang terjadi pada Selasa malam (sekitar jam 23:00 wib) tanggal 25 Oktober 2011 (28 Dzulqa’dah 1432H), ia menggunakan kesempatan itu untuk melampiaskan syahwat paham sesat Syi’ah yang cenderung meremehkan Imam Bukhari dan Muslim yang diakui otoritasnya oleh ummat Islam di dunia sebagai perawi hadits shahih.
Ustadz Husen Alatas kala itu pernah mengatakan salah satu hadits riwayat Muslim dengan tudingan sebagai hadits palsu. Yaitu, hadits yang isinya antara lain mengatakan bahwa “orang tua Nabi di neraka”. Juga, ada satu hadits riwayat Bukhari yang dikatakannya menjijikkan. Yaitu, salah satu hadits yang mengatakan bahwa “Fathimah datang ke Nabi Muhammad dan berkata agar Nabi bersikap adil kepada istri-istrinya sebagaimana kepada Aisyah, dan ketika Fathimah datang kepada Nabi Muhammad, beliau sedang berada di pangkuan Aisyah”.
Bahkan, ustadz Husen Alatas seperti tidak mengakui eksistensi dan otoritas Imam Bukhari dan Muslim dengan seolah-olah memposisikan keduanya sebagai bukan termasuk ulama yang berhak menilai shahih tidaknya hadits. Karena menurut Husen Alatas, Bukhari dan Muslim hanya mengumpulkan riwayat. Sedang yang menentukan shahih atau tidaknya hadits adalah ulama rabbaniyyin berdasarkan Al-Qur’an dan akal. Husen Alatas mereduksi otoritas Imam Bukhari dan Muslim hanya sebagai pengumpul riwayat (hadits). Ini salah satu ciri khas watak penganut paham sesat Syi’ah yang senantiasa menentang hadits Bukhari dan Muslim. Bila dia menolak dianggap sebagai orang Syi’ah atau bermisi Syi’ah, faham yang disuntikkannya kepada pendengar Rasil itu sendiri sama sekali tidak menghargai ulama hadits paling terpercaya, sekaligus manafikan ilmu hadits dalam menentukan shahih tidaknya hadits. Hingga untuk menentukan shahih tidaknya hadits, yang dianggap berhak adalah ulama rabbaniyyin berlandaskan Al-Qur’an dan akal. Padahal kitab-kitab ulama hadits sendiri sering merujuk kepada persyaratan dua syaikh (Syaikhani – Bukhari dan Muslim) ini dalam menentukan shahihnya hadits.
Dari pernyataan Husen Alatas itu, kalau diikuti, berarti Imam Bukhari dan Muslim pun tidak termasuk apa yang dia sebut ulama rabbaniyyin. Ketika hadits shahih Bukhari dan Muslim ditolak oleh Husen Alatas dengan alasan seperti itu, berarti Imam Bukhari dan Muslim dianggapnya tidak mengerti Al-Qur’an, dan akalnya juga tidak bisa dipakai, makanya Husen tolak. Atau dengan kata lain, Husen Alatas secara tidak langsung berarti mendudukkan dirinya sebagai ulama rabbani (karena tidak dia sebutkan siapa ulama rabbaniyyin yang dia maksud), dan dia mengerti betul isi Al-Qur’an dan akalnya memenuhi syarat yang dia bikin, sehingga berani menolak hadits shahih Bukhari dan Muslim seperti tersebut.
Tidak usah disifati apa-apa, itu sudah jelas. Hanya orang bodoh saja yang mau untuk dibodohi.
Bila di Rasil AM720 Ustadz Husen Alatas meremehkan Imam Bukhari dan Muslim, di tempat lain ia pernah menghujat Abu Hurairah secara terang-terangan. Padahal Abu Hurairah adalah salah satu perawi hadits terkemuka. Hujatan itu kemudian mendapat bantahan dari ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat, seorang guru hadits.
Menurut ustadz Farid Ahmad Okbah, ternyata landasan ustadz Husen Alatas di dalam menghujat Abu Hurairah adalah buku karya Abu Rayyah berjudul Adhwau ‘alas Sunnatil Muhammadiyah (Sorotan Terhadap Sunnah Muhammadiyah) yang telah dibantah oleh Dr Musthafa As Siba’i dengan judul As Sunah wa Makaanatuha fit Tasyri’il Islami.
Selain As Siba’i masih ada sekitar sepuluh ulama terkemuka lainnya yang membantah Abu Rayyah. Antara lain Shalih Abdul Mun’im dengan bukunyaDifa’an Abi Hurairah yang merupakan sanggahan terbagus.
Contoh lain yang mempertegas kaitan ustadz Husen Alatas dengan Syi’ah adalah sebagaimana diungkap dalam buku berjudul Aliran dan Paham Sesat di Indonesia yang terbit sejak 2002, bahwa ustadz Husen Alatas cukup aktif menghadiri acara-acara yang diselenggarakan kalangan syi’ah di gedung Darul Aitam, Tanah Abang,  Jakarta Pusat.
Ketika Imam Bukhari, Imam Muslim, dan Abu Hurairah –sahabat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang didoakan khusus untuk mendapatkan karunia dari Allah Ta’ala sehingga hafal banyak hadits– itu semua telah diremehkan sama sekali oleh Husen Alatas, maka pihak Rasil yang mengusung Husen Alatas untuk menceramahi Ummat Islam mesti bertanggung jawab. Ummat Islam mestinya yang menuntut pihak mereka, bukan sebaliknya. Karena mereka sudah melukai dan menjerumuskan Ummat  Islam. (haji/tede/nahimunkar.com)

Kontroversi adanya media-media khusus sebagai corong atau sarana propaganda syi’ah kali ini menimpa Radio Silaturahim (Rasil), sebuah radio berlabel Islam yang mengudara pada frekwensi AM 720. Radio Silaturahim atau yang biasa disingkat Rasil, dinamakan demikian,karena beralamat di jalan Masjid Silaturrahim No. 36 Halimanggis, Cibubur, Bekasi.
Kontroversi mencuat ketika artikel berjudul “Radio Rasil Pro Syiah?” tulisan Ustadz Hartono Ahmad Jaiz yang dikirim ke situs Eramuslim dimuat di situs tersebut. Tulisan itu mengundang pihak Rasil AM 720 melayangkan bantahan dan klarifikasi melalui Geisz Chalifah, Manager Humas Radio Silaturahim (Rasil AM 720).
Isi bantahan dari fihak Rasil maupun tanggapan dari fihak Eramuslim bisa dibaca lebih detail di http://www.eramuslim.com/suara-kita/suara-pembaca/bantahan-dan-klarifikasi-radio-silaturahim.htm
Artikel berjudul “Radio Rasil Pro Syiah?” bisa dibaca lengkap di situs nahimunkar.com, tepatnya di http://nahimunkar.com/10988/radio-silaturahim-pro-syiah/ Dalam artikel tersebut, Ustadz Hartono Ahmad Jaiz, mengkritisi siaran Rasil yang bermoto “Untuk Islam Yang Satu” khususnya Tausiah Sore, dengan nara sumber Ustadz Zen Al-Hady, yang berlangsung sejak pukul 16.00 WIB hingga menjelang adzan magrib, di edisi 02 Februari 2011.
Dalam tulisan tersebut, Ustadz Hartono Ahmad Jaiz menangkap kesamaan pandangan Ustadz Zen Al-Hady, dengan pendukung syi’ah sebelumnya, seperti Said Agil Siradj, Umar Shihab, yang mengatakan syi’ah sudah ada sejak dulu, dan mereka bagian dari Islam karena orang Syi’ah diizinkan ber-Haji ke tanah suci. Alasan lainnya, Republik Syi’ah Iran merupakan anggota OKI dan anggota Rabithah Alam Islami (Liga Muslim Sedunia).
Banyak lagi yang diungkapkan oleh Ustadz Hartono Ahmad Jaiz, mengomentari Ustadz Zen Al Hady, yang menurutnya ingi membentuk sebuah opini yang bagus, namun klise. Kesimpulannya menyesatkan!
Dari sinilah Ustadz Hartono Ahmad Jaiz merasakan bahwa Radio Silaturahim (Rasil) pro syi’ah. Dan menurutnya hal ini bukan hanya didasarkan pada pernyataan ustadz Zen Al-Hady saja, tetapi selama ini di Rasil ada sosok narasumber bernama ustadz Husin Alatas yang oleh umat Islam diidentifikasi sebagai salah satu misionaris Syi’ah.
Menurut Ustadz Hartono, indikasi syi’ah yang bisa ditemukan pada diri Ustad Husen Alatas antara lain ketika Ustadz Husen Alatas menjawab sebuah pertanyaan dari pendengar yang dibacakan pembawa acara Rasil AM720, yang terjadi pada Selasa malam (sekitar jam 23:00 wib) tanggal 25 Oktober 2011 (28 Dzulqa’dah 1432H), ia menggunakan kesempatan itu untuk melampiaskan syahwat paham sesat Syi’ah yang cenderung meremehkan Imam Bukhari dan Muslim yang diakui otoritasnya oleh ummat Islam di dunia sebagai perawi hadits shahih.
Ustadz Husen Alatas kala itu pernah mengatakan salah satu hadits riwayat Muslim dengan tudingan sebagai hadits palsu. Yaitu, hadits yang isinya antara lain mengatakan bahwa “orang tua Nabi di neraka”. Juga, ada satu hadits riwayat Bukhari yang dikatakannya menjijikkan. Yaitu, salah satu hadits yang mengatakan bahwa “Fathimah datang ke Nabi Muhammad dan berkata agar Nabi bersikap adil kepada istri-istrinya sebagaimana kepada Aisyah, dan ketika Fathimah datang kepada Nabi Muhammad, beliau sedang berada di pangkuan Aisyah”.
Bahkan, ustadz Husen Alatas seperti tidak mengakui eksistensi dan otoritas Imam Bukhari dan Muslim dengan seolah-olah memposisikan keduanya sebagai bukan termasuk ulama yang berhak menilai shahih tidaknya hadits. Karena menurut Husen Alatas, Bukhari dan Muslim hanya mengumpulkan riwayat. Sedang yang menentukan shahih atau tidaknya hadits adalah ulama rabbaniyyin berdasarkan Al-Qur’an dan akal. Husen Alatas mereduksi otoritas Imam Bukhari dan Muslim hanya sebagai pengumpul riwayat (hadits). Ini salah satu ciri khas watak penganut paham sesat Syi’ah yang senantiasa menentang hadits Bukhari dan Muslim.
Contoh lain yang mempertegas kaitan ustadz Husen Alatas dengan Syi’ah adalah sebagaimana diungkap dalam buku berjudul Aliran dan Paham Sesat di Indonesia yang terbit sejak 2002, bahwa ustadz Husen Alatas cukup aktif menghadiri acara-acara yang diselenggarakan kalangan syi’ah di gedung Darul Aitam, Tanah Abang,  Jakarta Pusat.
Sementara itu, mengenai Ustadz Zen Al-Hady, yang juga pernah menjadi nara sumber di Rasil AM 720, masyarakat sudah lama mengenali beliau sebagai misionaris Syi’ah, antara lain melalui kedudukannya sebagai Dewan Pembina di Yayasan Fathimah yang bermarkas di Jalan Batu Ampar III No.14, Condet, Jakarta Timur 13520. Yayasan Fathimah adalah salah satu dari sekian puluh Yayasan Syi’ah yang bertebaran di Indonesia.
Dengan keberadaan Ustadz Zen Al-Hady, dan Ustadz Husen Alatas yang track recordnya telah dikenali sebagai misionaris faham sesat syi’ah, dan jika keduanya dijadikan nara sumber oleh Rasil AM 720, maka munculah pertanyaan apakah Radio Silaturrahim Pro Syi’ah?
Wallahu’alam bis showab!
(M Fachry/arrahmah.com)

Mubahalah Atas Pemikiran SYIAH Husein bin Hamid Al Attas
               
Haidar: Saya Tak Menuduh Syiah,Tapi Pertanyakan Kenapa Sebarkan Syiah?

Haidar Abdullah Bawazir, aktivis dakwah yang juga ahli penyakit dalam, hendak mengklarifikasi pernyataan sebelumnya di Voa-Islam, bahwa dirinya tidak menuduh Husein bin Hamid Alattas sebagai Syiah. Ia hanya mempertanyakan, kenapa Husein menyebarkan fikroh Syiah.
Haidar bahkan menantang mubahalah Husien bin Hamid Alatas, yang merupakan da'i tetap di radio Silaturrahim, dan melalui media itu, Husien menyebarkan pemikirannya. Haidar dengan sangat jelas menyampaikan sikapnya agar Husien menghentikan sikapnya yang menghujat para sahabat serta bertaubat. 
Haidar mengaku kenal dengan Husein al Attas sejak lama, bahkan Haidar pernah mengagumi dan menjadi penggemarnya (Husein). Haidar bahkan ketika itu pernah berkunjung ke rumahnya, dari pagi hingga sore. Itu dulu, tapi belakangan, Haidar baru “ngeh”, bahwa Husein memiliki kecenderungan terhadap Syiah. Wallohu’alam.
“Saya mengenal beliau sudah lama, sempat menjadi penggemarnya. Ketika itu Husein sering ceramah di Matraman (Ummahat). Belakangan, ketika saya tinggal di Jawa Timur, saya banyak mengoreksi statemen-statemen beliau yang menyimpang. Banyak hal-hal subhat yang Husein sampaikan, seperti halnya kaum Syiah dan oritentalis yang suka menyampaikan hal yang subhat,” kata Haidar.
Menurut Haidar, apa yang disampaikan Husein adalah sebuah perkara yang penting, menyangkut hal yang prinsip dalam agama (Din). Husein sendiri tidak pernah mengakui bahwa ia Syiah, bahkan ia menantang untuk mubahalah kepada orang yang menuduh dirinya Syiah.
“Persoalannya, bukan karena dia Syiah atau bukan Syiah. Bagi saya itu tidak penting. Namun, yang saya pertanyakan, kenapa Husein menyerukan pemikiran dan mendakwahkan Syiah di tengah Ahlus Sunnah. Sekali lagi, saya tidak masuk ke area apakah Husein itu Ahlusunnah atau Syiah. Yang saya permasalahkan adalah kenapa beliau menyerang Abu Hurairah ra, Muawiyah ra, Abu Sofyan ra yang mereka semuanya adalah sahabat,” ungkap Haidar.
Haidar berkali-kali mendengar statemen Husein, katanya, kalau ada orang yang mengatakan Muawiyah sebagai sahabat, saya (kata Husein) akan tuntut di Yaumil Kiamah. Kalau ada pejahat di Indonesia, maka Muawiyah lebih jahat.
Padahal, Muawiyah adalah salah satu sahabat Rasulullah Saw yang diberi amanah untuk menulis wahyu, pernah berjihad bersama Rasulullah, ia pernah didoakan Rasululah agar diberi hidayah. Bahkan, dimasa Umar ra dan Utsman ra, Muawiyah pernah diangkat sebagai Gubernur di Syam. Tapi, kenapa Husein malah melaknat dan mencerca Muawiyah?
Lebih lanjut Haidar pun mengatakan, Husein menjadi ikon untuk membawa pemikirannya, dan berusaha membentuk masyarakat dengan pemikiran dia yang sangat berbahaya. “Memang Husein tidak mengkaji dengan tema atau topik tertentu tentang sahabat yang dihujat. Tapi ketika pembahasan soal Tafsir atau pertanyaan dari jamaah, Husein akan membelokkannya ke arah sana.”
Yang lebih bahaya lagi, selain menghujat sahabat, adalah Husein kerap membuat tasykik atau membuat upaya keragu-raguan terhadap sunnah, dengan mengatakan bahwa sunnah tidak bisa dipercaya 100% walau pun shahih sanadnya. Juga dikatakan, sunnah itu harus diukur dulu dengan akal dan Al-Qur’an, itu statemen secara umum.
“Tapi ketika dibawa kasus per-kasus, yang ngukur adalah akalnya dia, bukan ulama, dan itu bahaya. Husein memberi subhat dengan mengatakan, walaupun hadits itu shahih, tapi hadits itu ditulis seratus sekian tahun, setelah meninggalnya Rasulullah. Katanya lagi, kendati shahih tidak bisa dipercaya 100%. Ini namanya menimbulkan keragu-raguan terhadap sunnah, padahal kita berpegang pada Qur’an dan Sunnah Rasul.”
Sanad Lebih Penting Daripada Tulisan
Dikatakan Haidar, logika yang disampaikan Husein bagi orang awam sepintas memang masuk akal, tapi sangat lemah hujjahnya. Karena pada masa Rasullah ada yang menulis, bukan tidak ada yang menulis, seperti sahabat Abdullah bin Amru bin Ash. “Pertanyaanya, mana yang lebih penting, tulisan atau sanad. Yang jelas, sanad itu lebih penting daripada tulisan. Itulah sebabnya, para ulama meneliti sanad satu persatu, bagaimana si fula ihwal daya ingatnya maupun akhlaknya.”
Lalu kenapa Husein menyerang Abu Hurairah, Muawiyah, Marwan Bin Hakam, dan Abu Sofyan? “Tujuannya adalah bukan pada Abu Hurairahnya, tapi pada sunnahnya. Bisa jadi, ujung-ujungnya yang diserang adalah sunnah, atau lebih dari itu menyerang Islam. Pada hakekatnya, apa yg dilakukan Husein terkait penyerangannya kepada sahabat adalah sebuah penistaan terhadap agama juga. Abu Hurairah yang telah meriwayatkan ribuan hadits, kenapa dihujat?”
Haidar mengingatkan, bahwa yang dibawa Husein itu bukan barang baru, tapi sudah disampaikan oleh orang Syiah dan Orientalis. Sahabat yang dicela, seperti Abu Hurairah, Muawiyah, sesungguhnya ditemukan dalam bukunya oleh Abu Roiyya, orang Mesir yang liberal pemikirannya. Semua pemirannya diambil dari Syiah dan orietalis , tujuannya untuk menyerang Islam, seperti halnya orang Liberal.
Para ulama sudah selesai membahas tentang subhat tersebut. Sebab itu, Husein diminta agar membaca buku yang ditulis Mustofa as-Sibai yang berjudul “Sunnah dan kedudukannya dalam Syariat Islam. Mungkin Husein sudah tahu. Tapi masih saja membuat tasykik.  Husein mengatakan, Abu Hurairah pernah dicambuk oleh Umar, padahal riwayat yang dipakai itu penuh dengan kedustaan.
Dihimbau untuk Bertobat
Sebetulnya, sudah banyak pihak yang mengingatkan Husein, tapi ia tetap dengan keyakinannya. Tidak soal, jika keyakinannya untuk dirinya sendiri. Tapi kalau diulang-ulang disampaikan ke depan publik, maka ia telah menyampaikan hal yang subhat.  “Yang dihujat Husein ini bukan masyarakat awam, tapi sahabat dan tabiin. Saya menyerukan kepada Husein untuk tobat dan berhenti menebarkan subhat. Kembalilah pada ahlusunnah yang benar. Jika tidak, ia seperti berada di satu parit dengan orang-orang libera yang suka menyesatkan orang,” kata Haidar.
Hingga berita diturunkan, pihak perantara Husein Al Attas kepada Voa-Islam mengatakan, akan memberi hak jawab untuk menanggapi pernyataan Haidar Abdullah Bawazir. Husein juga mengajak dialog Haidar, bahkan Mubahalah yang disaksikan oleh sejumlah tokoh dan media Islam.