Wednesday, June 3, 2015

Ada yang Mengadu Domba NU dan “Wahabi” Agar Umat Tak Bersatu

Selasa 14 Syaaban 1436 / 2 Juni 2015 10:42
ZIONISME sebagai aliran cara berfikir dan beragama masuk ke berbagai lini kehidupan masyarakat muslim Indonesia dengan tujuan untuk melemahkan kaum muslimin.
Menurut Imam Masjid Istiqlal, Prof Dr. KH. Ali Musthofa Yakub, zionis bergerak untuk membecah belah umat Islam melalui tangan-tangan dari internal kaum muslim itu sendiri.
Dalam susunan rancangan protokol Zionisme nomor tujuh disebutkan kewajiban anggotanya untuk menciptakan konflik baik di Eropa dan belahan dunia lainnya.
Dalam konteks umat Islam, perpecahan ini dilakukan oleh oknum akademisi yang tidak suka kaum muslimin bersatu.
“Yang di akademis itu cenderung menangani masalah dengan emosional bukan dengan akademis, dan itu memang ada peran luar, ya itu jelas sekalipermainan Zionis,” ungkapnya kepadaIslampos di Jakarta, Sabtu (30/05/2015).
Perpecahan di kalangan umat Islam juga rentan terjadi dalam isu pertentangan NU-Wahabi. Padahal hakikatnya, masih menurut KH. Ali Musthofa Yakub, perbedaan yang dicari-cari di kitab-kitab otoritas NU dan Wahabi sebenarnya tidak ada.
“Kalau ada perbedaan, hanyalah pada masalah-masalah yang sifatnya furu’iyah (cabang-cabang agama), yang tidak sampai pada pengkafiran” ujarnya.
Diakuinya, memang ada pihak yang mengadu domba dengan mengatakan NU-Wahabi saling mengkafirkan.
Imam Masjid Istiqlal: KH. Hasyim Asy’ari Juga Merujuk Kitab Ulama “Wahabi”
Senin 13 Syaaban 1436 / 1 Juni 2015 08:34

UNIVERSITAS Islam Malang (UNISMA) bekerjasamama dengan Atase Agama Kerajaan Arab Saudi menggelar Seminar Nasional Kajian Khazanah Islam Nusantara dengan tema “Hadratus Syaikh KH. Hasyim Asy’ari, Pemikiran dan Metodologinya”, Sabtu (30/5/2015) di Malang.
Hadir sebagai pembicara di ataranya, Prof. Dr. KH. M. Tholchah Hasan (Ketua Dewan Pembina Yayasan UNISMA), Prof. Dr. KH. Ali Musthofa Yaqub (Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta), KH. Syukron Makmun (Pengasuh Pesantren Darur Rahman Jakarta), Syaikh Dr. Ibrahim S. Al Naghaimshi (Atase Agama Kedutaan Arab Saudi di Jakarta).
Seminar bertujuan untuk menelisik lebih jauh pemikiran KH. Hasyim Asy’ari dan membedah buku-buku karangannya terutama soal persatuan umat Islam.
Menurut KH. Ali Mustofa Yaqub, di antara pemikiran KH. Hasyim Asy’ari adalah tidak mempermasalahkan perbedaan antara NU dan Non-NU. Yang terpenting, bagaimana menjaga kesatuan dan persatuan di antara sesama kaum muslimin. Bahkan anak keturunannya pun tidak dipaksa untuk menjadi aktivis layaknya dirinya.
“Sebagian putranya tidak mengikuti sang ayah dalam artian tidak menjadi aktivis NU,” kata KH. Ali Musthofa Yaqub kepadaIslampos, Sabtu (30/05/2015).
Di antara bentuk dukungan terhadap persatuan Islam adalah dukungan KH. Hasyim Asy’ari terhadap kitab-kitab Ulama rujukan Wahabi. Salah satunya kitab karangan Imam Ibn Taimiyah. “Dalam kitab-kitabnya, beliau merujuk kepada Imam Ibnu Taimiyah,” ujar pakar hadits ini.
Lebih lanjut Imam Besar Masjid Istiqlal ini mengatakan NU-Wahabi memang memiliki perbedaan. Namun perbedaan yang dimaksud oleh KH. Hasyim Asy’ari, menurut KH. Ali Musthofa Yaqub, hanya terletak di cabang agama (fiqh), bukan segi pokoknya (aqidah tauhid).
Ali Musthofa Yaqub mendukung diskusi semacam ini. Karena menurutnya, permusuhan di antara kaum muslimin salah satu sebabnya karena diadu domba oleh pihak-pihak musuh. Seperti dilakukan kelompok Zionis yang memecah belah umat Islam Indonesia dengan mengandalkan akademisi.
“Yang di akademis itu cenderung menangani masalah dengan emosional bukan dengan akademis, dan itu memang ada peran luar, ya itu jelas sekali permainan Zionis,” ungkapnya.

Tokoh NU: Pemerintah Jangan Tunggu Korban Anarkisme Syiah Bertambah

TINDAKAN anarkis sejumlah pengikut Syiah seharusnya dapat membuka mata para ulama tentang bahaya Syiah. Majelis Ulama Indonesia dituntut bersikap untuk mengeluarkan fatwa.
“Kasus Az Zikra hikmahnya membuat melek para ulama, termasuk Majelis Ulama Indonesia (MUI),” tegas Dewan penasehat Nahdatul Ulama (NU) Kota Bogor, KH Dudi Zuhdi Mas’ud kepada Islampos, Ahad (15/3/2015).
Kyai Dudi menilai, selain tugas ulama, masalah Syiah juga harus menjadi perhatian serius pemerintah.
“Saya secara pribadi dan organisasi berdoa semoga pemerintah tidak tinggal diam, jangan tunggu banyak korban. Syiah ini benar-benar melakukan penodaan agama seperti Ahmadiyah,” imbuhnya.
Pemerintah, lanjut Kyai Dudi, segera mungkin mengambil keputusan agar Syiah itu dianggap melakukan penodaan agama seperti Ahmadiyah. “Sehingga bisa lebih mudah dihapus dan diajak bertobat kembali ke Ahlusunnah,” imbuhnya.
Dengan kejadian ini, seharusnya Ahlussunah wal Jamaah dapat bersatu. Ahlussunnah, kata Kyai Dudi, bukan hanya Syafi’i saja tetapi Hanafi, Maliki, Hambali, itu juga Ahlusunnah.
“Kita jangan terlena dengan perbedaan pendapat diantara Ahlusunnah, sedangkan dihadapan kita ada Syiah yang sangat berbahaya,” katanya