Thursday, June 18, 2015

Karena Yaman Tak Seperti Lebanon

BERTINDAK sebagai kekuatan oportunis, Iran masuk ke dalam krisis Yaman. Militer Iran meyakinkan diri bahwa mereka bisa menambahkan kekuatan untuk pasukan Syiah Houthi yang ingin berkuasa di Yaman.
Keterlibatan ini telah menyeret Iran ke dalam situasi yang kompleks dengan sedikit atau tanpa pengetahuan tentang bagaimana sesuatu bekerja atau tidak di Yaman. Apapun hasil dari percobaan yang dilakukan Iran, hanya 1 hal yang pasti: “Strategi Iran di Yaman telah gagal.” Ada dua alasan untuk kegagalan itu.
Pertama, adalah munculnya fantasi tentang AS yang mulai keluar dari Timur Tengah dan mengakui Iran sebagai hegemon regional. Mungkin, Teheran mengambil pernyataan Presiden AS Barack Obama terlalu serius, di mana ia menyebut Iran sebagai “kekuatan regional” dan mencoba untuk memodulasi kebijakan AS di Lebanon, Suriah dan Irak.
Lama-lama, fantasi ini akan memudar dan menjadi catatan kaki dalam sejarah, AS dan negara-negara demokrasi Eropa mungkin tidak mendukung kebijakan yang dirancang untuk menyerahkan Timur Tengah untuk para pimpinan Syiah dan sekutu mereka yang kebanyakan merupakan mantan KGB di Moskow.
Alasan kegagalan Iran di Yaman berikutnya adalah salinan menyedihkan strategi Iran kepada Lebanon, yang ternyata tak berlaku untuk Yaman. Skema Iran di Lebanon telah bekerja, setidaknya sejauh ini, karena faktor yang berbeda di Yaman.
Lebanon merupakan negara kecil yang menutupi hanya 10.400 Km persegi. Dan dengan demikian relatif mudah untuk mengontrol dengan kekuatan kecil. Sedangkan Yaman, meliputi area seluas 527.000 Km persegi. Meliputi berbagai medan mencakup pegunungan, padang pasir, pantai dan pulau-pulau.
Lebanon memiliki penduduk sekitar 5,6 juta terkonsentrasi di dan sekitar wilayah Beirut yang lebih besar dan daerah perkotaan selusin. Penduduk Yaman hampir 27 juta, namun, tersebar di wilayah yang sangat luas dengan perkiraan 7.000 desa dan sejumlah pemukiman semi-urban dari perbatasan Rub’al Khali ke Laut Merah.
Mereka yang mengenal Aden akan tahu bahwa baik Houthi maupun kelompok bersenjata lainnya, termasuk sisa-sisa Tentara Nasional, tidak memiliki sumber daya lebih untuk menguasai kota seluas itu. Bahkan, pada akhir 1960-an Inggris harus mengerahkan lebih dari 50.000 tentara untuk mengendalikan Aden, namun pada akhirnya tidak berhasil.
Masih ada perbedaan lain antara Lebanon dan Yaman. Di Lebanon, Iran menikmati dukungan dari tetangga terbesarnya seperti Suriah. Dalam kasus Yaman, ada tetangga yang siap untuk bertindak sebagai penghancur dominasi Iran, yakni Arab Saudi dan Oman yang tidak ingin menyaksikan terulangnya skenario Lebanon.
Perbedaan utama lainnya adalah bahwa masyarakat Syiah di Lebanon telah memiliki hubungan sejarah dengan Iran akan kembali hampir 5 abad. Syiah Lebanon selalu dekat dengan Iran, program untuk menata dan memperkuat komunitas Syiah dimulai dengan mengirim misionaris Syiah, yang dipimpin oleh Moussa Sadr dan didukung dengan sumbangan oleh pemerintah Iran. Iran di bawah Shah memiliki 2.400 tentara di Lebanon selatan, seolah-olah untuk melindungi Syiah dari pejuang PLO Yasser Arafat.
Komunitas Kristen Lebanon juga bersimpati kepada Iran karena menjadi oposisi bersama untuk menyaingi pan-Arabisme yang dipimpin oleh Nasser dan gerakan Ba’ath.
Sedangkan di Yaman, presentasi baru-baru ini seperti masyarakat Zaidi – sekitar 42 persen dari populasi – seperti Syiah ini tidak mencerminkan realitas seperti yang dirasakan di Iran. Bahkan ulama Syiah Iran menganggap Zaidi sebagai sempalan dari Syiah yang sebenarnya.
Hal ini mengakibatkan Iran tak akan berhasil membantu milisi Syiah Houthi yang terus berusaha untuk menguasai Yaman. Belum lagi dengan bantuan kekuatan Koalisi Teluk yang dipimpin oleh Saudi untuk membela Sunni Yaman. Tentu saja kekuatan militer Koalisi Teluk juga mumpuni. Iran dan Syiah Houthi hanya akan mengalami 1 kenyataan di Yaman, yaitu ‘kegagalan.’