Sunday, July 5, 2015

[ IT ] Azab Para Da’i yang Tidak Menjalankan Nasihatnya Sendiri,

[IT] : Interlude of Topics
Kamis 8 Ramadhan 1436 / 25 Juni 2015 17:20
SIAPA yang tahu di akhirat nanti kita akan termasuk ke dalam penghuni neraka atau bahkan penghuni surga. Semua amal perbuatan yang telah dilakukan di dunia akan diperhitungkan dengan adil. Di neraka nanti tidak dapat ada yang mengetahui siapa yang akan menjadi penghuninya, tidak menutup kemungkinan untuk para da’i. Bisa saja orang yang sudah shaleh setingkat da’i masuk ke dalam neraka. Mengapa bisa demikian?
Bukankah para da’i selama ini yang selalu menasihati kita, dan memberitahu perkara yang baik? Mengapa orang-orang shaleh juga ikut masuk neraka? Ternyata, para da’i yang masuk neraka itu dikarenakan mereka yang selalu memberi nasihat, namun mereka sendiri yang tidak menjalankannya. Astaghfirullahalaziim… Agar kita juga tidak ikut terjebak dalam api neraka, berikut ini penjelasannya agar tidak terjadi kekeliruan.

1. Dari Abu Hurairah RA, ia pernah meriwayatkan tentang hadits isra’ bahwa Rasulullah SAW telah melihat suatu kaum yang memotong lidah dan mulut mereka sendiri dengan menggunakan gunting dari besi. Setiap kali dipotong, lidah-lidah mereka tumbuh kembali dan utuh seperti semula. Tidak ada waktu sebentar pun bagi mereka untuk berhenti melakukannya. Rasulullah SAW bertanya perihal identitas mereka, dan mengapa mereka mendapat siksaan seperti itu. Kemudian malaikat menjawabnya, bahwa mereka adalah para khatib fitnah.
2. Imam Bukhari dan Muslim juga pernah meriwayatkan sebuah hadits dari Usamah bin zaid yang mendengar bahwa Rasulullah SAW bersabda:

“Kelak di hari kiamat, ada seseorang yang didatangkan lalu dilemparkan ke neraka. Seisi perutnya tiba-tiba keluar dalam neraka. Laki-laki tersebut berputar-putar seperti halnya seekor keledai yang berputar-putar di padang rumputnya. Para penghuni neraka kemudian berkumpul dan bertanya, ‘Kenapa engkau ini? Bukankah engkau dulu selalu memerintahkan kami untuk mengerjakan kebaikan dan melarang kami mengerjakan kemungkaran?’ Laki-laki tersebut menjawab, ‘Aku pernah memerintahkan kalian untuk mengerjakan kebaikan namun aku sendiri tidak mengerjakannya. Aku juga melarang kalian untuk tidak mengerjakan kemungkaran namun aku sendiri mengerjakannya’,” (HR. Bukhari). []

Sumber: Misteri Malam Pertama di Alam Kubur/Jubair Tablig Syahid/Cable Book/Juni 2012.


Bagi seorang Muslim, dakwah merupakan kewajiban yang tidak bisa ditawar. Kewajiban dakwah merupakan suatu yang tidak bisa dihindarkan dari kehidupan. Dakwah melekat erat bersamaan dengan pengakuan dirinya sebagai seorang Muslim. Orang yang mengaku sebagai Muslim, dia menjadi seorang juru dakwah.

Sebagaimana yang diajarkan Nabi Muhammad saw dalam sabdanya, “Sampaikan apa yang kamu terima dariku walaupun hanya satu ayat”.  Atas dasar ini, dakwah merupakan bagian penting dalam kehidupan seorang muslim. 

Ada empat tipe dakwah.

Pertama, seperti Air hujan, berdakwah ke tempat manapun, tidak memilih-milih lokasi; kaya miskin, pejabat rakyat, tua muda, muslim kafir dan sebagainya.

Allah SWT berfiman :”Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh berbuat yang makruf, dan mencegah dari yang munkar dan beriman kepa Allah…”(QS.Ali Imron: 110).
Lihat juga surat Annahl 82 dan 125, Al Ghasiyah 21-22, Ali Imron 104, Annisa 95-96, Yusuf 108, Fusshilat 33, as-shaf 10-13).

Dalam hadis Rasulullah saw bersabda : “Apabila umatku sudah meninggalkan amar ma’ruf nahi munkar maka tercabutlah bagi mereka keberkahan wahyu (HR.Hakim dan Tirmidzi ).

Kedua, seperti air sumur, orang-orang mendatangi ulama untuk mendapatkan ilmu, hikmah, faedah. Firman Allah dalam Surat Fathir ayat 28: “Diantara hamba-hamba Allah yang takut kepadaNya, hanyalah para ulama…”

Lihat juga Surat Attaubah : 122, Al Ahzab 39, Al Haj 54. Rasulullah saw bersabda :”Ulama itu para penerima amanah Rasul selama tidak bergelimang dengan kekuasaan, dan tidak menjadikan dunia sebagai tujuan. Apabila mereka dikendalikan oleh kekuasaan dan menjadikan dunia sebagai tujuannya, sungguh mereka telah berkhianat pada para Rasul. Hati-hatilah menghadapi mereka. “(HR.Uqaily dari Anas).

Ketiga, seperti air pam, berdakwah jika dibayar, jika tidak dibayar dia tidak mau berdakwah, seperti air pam yang mampet. Allah SWT berfirman :”Mengapa kamu menyuruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedang kamu melupakan dirimu sendiri, padahal kamu membaca kitab ? Tidakkah kamu mengerti. ”(Al-Baqarah :44 ).

Lihat juga Al Baqarah :174-175 dan Ali Imron : 187.  Rasulullah saw bersabda : “barangsiapa yang mencari ilmu (yang dengan ilmunya tersebut ) hanya untuk pandai mendebat (beragumentasi) dengan para ulama atau untuk membodohi/mengelabui orang-orang bodoh, atau hanya ingin mendapatkan kemuliaan manusia (dengan menjadi terkenal) maka Allah akan memasukkannya ke dalam api neraka.”(HR.Tirmidzi).

Keempat, seperti air kotor, dakwah bercampur dengan maksiat,  dia berdakwah tapi juga melakukan perbuatan dosa, maksiat dan kezholiman.

Firman Allah dalam Al Quran Surat As Shaf :2-3  menjelaskan, :”Wahai orang-orang beriman, mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan ? (Itu ) sangatlah dibenci disisi Allah jika kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan”.
Rasulullah saw bersabda : “Jika seorang alim tidak mengamalkan apa yang diketahui orang alim tersebut akan masuk neraka” (HR.Dailamy).

Dari Ibnu Umar, Rasulullah saw bersabda :”Sesungguhnya Allah swt tidak mencabut ilmu secara langsung dari hati hamba-hambaNya, akan tetapi Allah mencabut ilmu itu dengan cara mewafatkan para ulamanya, sehingga tidak ada seorangpun yang tertinggal di kalangan mereka. Dan pada waktu itu umat manusia menjadikan pemimpin mereka dari orang yang bodoh; yang apabila mereka ditanya, maka mereka memberikan fatwa tanpa didasari ilmu, sehingga mereka tersesat dan menyesatkan.”(HR.Bukhari dan Muslim).

Jika kita merujuk apa yang diucapkan Ali bin Abi thalib karramallahu wajhah, saya pernah mendengar Rasulullah saw bersabda :Pada akhir zaman akan datang suatu kaum yang muda usia dan lemah akal. Mereka mengutip ucapan manusia terbaik (Nabi SAW ), tetapi tidak melewati tenggorokan mereka (tidak di amalkan). Mereka  tercabut dari agama sebagaimana anak panah tercabut dari busurnya. Ketika Rasulullah isra mi’raj melihat orang-orang yang dipotong lidah mereka dengan pemotong dari api.

Lalu aku bertanya, siapa mereka itu ya, Jibril? ”Mereka adalah para da’i dari umat Anda yang menyuruh berbuat kebajikan tetapi lupa diri mereka sendiri, jawab jibril. Semoga kita dijauhkan dari tipe da’i air pam dan air kotor. (Ustaz A Saefullah MA dikutip dari ROI/Dz)

RIYA' MEMBUAT USTADZ DAN PEMBACA AL-QUR'AN INI MASUK NERAKA
Disebutkan dalam hadits Rasulullah bahwa di hari Kiamat kelak akan ada orang orang yang semasa hidupnya mati dalam perang untuk membela agama tapi ditolak amalnya oleh Allah, ada juga seorangUstadz yang telah mengajarkan ilmunya tapi Allah tidak menerima amalnya sebagai seorang Ahli Ilmu, ada juga orang yang selalu membaca Al-Qur'an namun apa yang telah dilakukannya menjadi sia-sia dihadapan Allah. Ada apa mereka? Mereka adalah orang-orang yang melakukan amal ibadah, akan tetapi semuanya dilakukan agar mendapat pujian dari orang lain (riya)

Riya adalah merupakan sebuah aktifitas hati yang sangat berbahaya namun kedatangannya sering tidak disadari oleh seseorang, bahkan penyakit hati ini sering menjadi dasar bagi seseorang dalam menjalankan amal ibadah, yang diburu bukan ridlo Allah melainkan pujian dari sesamanya.

Mestinya dalam melakukan ibadah hanya ada satu tujuan yaitu pengabdian terhadap Allah yang telah memberikan segalanya kepada kita sekalian, dan bukan dengan tujuan lain. Melakukan ibadah dengan riya akan membuat seseorang terjerumus dalam kemusyrikan tanpa disadarinya. 
Riya' Membuat Ustadz Dan Pembaca Al-Qur'an Ini Masuk Neraka

Sahabat Ibnu Abbas ra berkata, bahwa ada seorang lelaki menghadap Rasulullah saw seraya berkata: "Ya Rasulallah, aku berhenti di suatu tempat dengan maksud mencari keridhaan Al­lah, Ian agar diperlihaikan kepadaku tempat tinggalku." Rasulul­lah tidak menjawab ucapan lelaki tersebut, hingga kemudian turun ayat: "Barangsiapa berharap untuk bertemu dengan keri­dhaan Tuhannya, maka hendaklah selalu beramal saleh dan nada menyekutukan dengan sesuatu dalam beribadah kepada Tuhan­nya." (HR. Hakim, dan termasuk hadis shahih yang juga diri-wayatkan deh Imam Bukhari dan Muslim).
Riya' Membuat Ustadz Dan Pembaca Al-Qur'an Ini Masuk Neraka

22. Sahabat Jundub bin Abdillah ra berkata, bahwa Rasulul­lah saw telah bersabda: "Barangsiapa memperlihatkan amal ke-baikannya, maka Allah akan menggugatnya kelak di hari kiamat Dan barangsiapa memperlihatkan amal kebagusannya kepada umat manusia dengan maksud agar disanjung serta dipuji, maka Allah akan memperlihatkan semua kejelekannya kepada seluruh umat manusia." (HR. Bukhari dan Muslim).
Riya' Membuat Ustadz Dan Pembaca Al-Qur'an Ini Masuk Neraka
Sahabat Abi Sa'id bin Abi Fadhalah telah berkata: Aku mendengar Rasulullah saw bersabda: "Ketika Allah mengumpul-kan umat yang terdahulu dan umat yang terakhir pada hari ki­amat, yakni suatu hari yang tiada diragukan lagi kedatangannya, maka terdengar suara yang mengumandang: Barangsiapa ber­amal disertai penyekutuan terhadap Allah, maka hendaklah dia meminta pahala amalnya kepada sesuatu yang telah disekutukan-nya. Sebab sesungguhnya Allah adalah terlepas dari segala per-sekutuan." (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Riya' Membuat Ustadz Dan Pembaca Al-Qur'an Ini Masuk Neraka
Sahabat Abi Hurairah ra telah berkata, bahwa Rasulullah saw telah bersabda: "Allah swt telah berfirman: Aku adalah terhindar dari persekutuan. Barangsiapa mengerjakan suatu amal untuk mencari keridhaan-Ku, sedangkan dalam melaksanakan amal itu disertai penyekutuan kepada selain Aku, maka sesungguhnya Aku tidak bertanggung jawab atas amal tersebut Sedangkan amal perbuatan itu adalah milik barang yang disekutukan kepada-Ku." (HR. Ibnu Majah, dan perawinya dapat dipercaya).    
Riya' Membuat Ustadz Dan Pembaca Al-Qur'an Ini Masuk Neraka     
Sahabat Abi Hurairah ra telah berkata: Aku mendengar Rasulullah saw bersabda: "Manusia yang pertama kali dihisab amalnya kelak pada hari kiamat adalah seorang lelaki yang seakanr akan mati syahid. Allah kemudian memperlihatkan ber-bagai macam kenikmatan kepadanya, seraya berfirman: "Apakah amal yang engkau lakukan sehingga mendapatkan kenikmatan yang besar itu?" Lelaki itu menjawab: "Aku berperang karena mencari keridhaan-Mu, hingga kemudian aku gugur sebagai syu-hada." Kemudian Allah berfirman: "Engkau. bohong. Engkau berperang hanya agar dikatakan sebagai seorang pemberani. Dan harapanmu itu pun sudah terlaksana." Lalu lelaki itu ditarik mu-kanya, dan dilemparkan ke dalam siksa neraka. Selanjutnya yang termasuk golongan pertama kali dihisab pada hari kiamat adalah orang yang belajar dan mengajarkan ilmu pengetahuan, serta yang ahli membaca_Al-Qur*ah. Dan Allah memperlihatkan ke­nikmatan yang luar biasa kepadanya, seraya berfirman: "Apakah yang engkau perbuat hingga meihperoleh kenikmatan sebesar itu?" Lelaki itu menjawab: "Aku belajar, mengajar serta mem-baca Al-Qur'an karena mencari'keridhaan-Mu." Lalu Allah ber­firman: "Engkau bohong. Engkau belajar dan mengajar agar dikatakan sebagai orang yang alim, dan engkau membaca Al-Qur'an hanyalah agar dikatakan sebagai orang yang jago baca. Maka segala apa yang engkau harapkan sudah terlaksana." Ke­mudian lelaki itu ditarik mukanya, dan dilemparkan ke dalam siksa neraka. Selanjutnya yang termasuk golongan pertama kali dihisab kelak pada hari kiamat adalah orang yang diberi kekayaan melimpah oleh Allah swt. Kemudian Allah memperlihatkan segala ragam kenikmatan kepadanya, seraya berfirman: "Apakah yang engkau perbuat sehingga mendapatkan kenikmatan sebesar itu?" Orang itu menjawab: "Aku tidak pernah meninggalkan sedi-kit pun perkara-perkara yang Engkau ridhai dalam menasarufkan harta yang telah Engkau limpahkan kepadaku." Kemudian Allah berfirman: "Engkau bohong. Engkau mendermakan hartamu hanya karena agar dikatakan sebagai orang yang dermawan. Maka segala apa yang engkau harapkan kini sudah terlaksana." Lalu orang tersebut ditarik mukanya, dan dilemparkan ke dalam siksa neraka." (HR. Muslim dan Nasa'i).