Sunday, July 19, 2015

Sejarah Istilah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah: Meluruskan Pemahaman Habib Rizieq Shihab

Ahlus Sunnah wal Jama’ah adalah orang yang mempunyai sifat dan karakter mengikuti Sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dan menjauhi perkara-perkara yang baru dan bid’ah dalam agama.
Karena mereka adalah orang-orang yang ittiba’ (mengikuti) kepada Sunnah Rasulullah dan mengikuti Atsar (jejak Salaful Ummah), maka mereka juga disebut Ahlul Hadits, Ahlul Atsar dan Ahlul Ittiba’. Di samping itu, mereka juga dikatakan sebagai ath-Thaa-ifatul Manshuurah (golongan yang mendapatkan pertolongan Allah), al-Firqatun Naajiyah (golongan yang selamat), Ghurabaa’ (orang asing).1
Ahlus Sunnah wal Jama’ah dikatakan juga as-Salafiyyuun, karena mereka mengikuti manhaj Salafush Shalih dari Sahabat, Tabi’in dan Tabi’ut Tabi’in. Kemudian setiap orang yang mengikuti jejak mereka serta berjalan berdasarkan manhaj mereka –di sepanjang masa-, mereka ini disebut Salafi, karena dinisbatkan kepada Salaf.2
Penamaan Ahlus Sunnah wal Jama’ah telah ada pada generasi pertama umat Islam pada kurun yang dimuliakan Allah, yaitugenerasi Sahabat, Tabi’in, dan Tabi’ut Tabi’in.3
Allah Ta’ala berfirman:
يَوْمَ تَبْيَضُّ وُجُوهٌ وَتَسْوَدُّ وُجُوهٌ فَأَمَّا الَّذِينَ اسْوَدَّتْ وُجُوهُهُمْ أَكَفَرْتُمْ بَعْدَ إِيمَانِكُمْ فَذُوقُوا الْعَذَابَ بِمَا كُنْتُمْ تَكْفُرُونَ
“Pada hari itu ada wajah yang putih berseri, dan ada pula wajah yang hitam muram. Adapun orang-orang yang berwajah hitam muram (kepada mereka dikatakan): ‘Mengapa kamu kafir setelah beriman? Karena itu rasakanlah adzab disebabkan kekafiranmu itu.’” (QS. Ali Imran: 106).
وقوله تعالى: { يَوْمَ تَبْيَضُّ وُجُوهٌ وَتَسْوَدُّ وُجُوهٌ } يعني: يوم القيامة، حين تبيض وجوه أهل السنة والجماعة، وتسودّ وجوه أهل البِدْعَة والفرقة، قاله ابن عباس، رضي الله عنهما4
Ibnu Abbas berkata, “Yakni pada hari kiamat, ketika menjadi putih wajah-wajah Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Dan menjadi hitam wajah-wajah ahlul bid’ah dan perpecahan.”5  
Kemudian penggunaan istilah Ahlus Sunnah ini diikuti oleh kebanyakan ulama, di antaranya:
1. Ayyub as-Sikhtiyani (wafat th. 131 H), ia berkata, “Apabila aku dikabarkan tentang meninggalnya seorang dari Ahlus Sunnah seolah-olah hilang salah satu anggota tubuhku.”6
2. Sufyan ats-Tsaury (wafat th. 161 H) berkata, “Aku wasiatkan kalian untuk tetap berpegang kepada Ahlus Sunnah dengan baik, karena mereka adalah al-ghurabaa’. Alangkah sedikitnya Ahlus Sunnah wal Jama’ah.7
3.Fudhail bin Iyadh (wafat th. 187 H) berkata, “… Berkata Ahlus Sunnah:Iman itu keyakinan, perkataan, dan perbuatan.”8
4. Imam Ahmad bin Hanbal (hidup th. 164-241 H), beliau berkata dalam muqaddimah kitabnya, As-Sunnah, “Inilah madzhab ahlul ‘ilmi, ash-haabul atsar dan Ahlus Sunnah, yang mereka dikenal sebagai pengikut Sunnah Rasul Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dan para Sahabatnya Radhiyallahu ‘anhum, dari semenjak zaman para Sahabat hingga pada masa sekarang ini…”9
5. Imam Ibnu Jarir ath-Thabari (wafat th. 310 H), “… Adapun yang benar dari perkataan tentang keyakinan bahwa kaum Mukminin akan melihat Allah pada hari Kiamat, maka itu merupakan agama yang kami beragama dengannya, dan kami mengetahui bahwa Ahlus Sunnah wal Jama’ahberpendapat bahwa penghuni Surga akan melihat Allah sesuai dengan berita yang shahih dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam.”10
Faedah: Kami sengaja mencantumkan tahun hidup dan wafat ulama. Dan ini adalah kebiasaan Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas (semoga Allah menjaganya) dalam tulisannya. Dengan mencantumkan tahun hidup dan wafat ulama akan diketahui orang yang berbohong dalam sejarah. Akan diketahui juga orang-orang yang dijangkiti kebodohan dalam masalah sejarah -khususnya sejarah istilah Ahlus Sunnah wal Jama’ah-.
Dengan penjelasan di atas, maka jelaslah bagi kita bahwa lafazh Ahlus Sunnah sudah dikenal di kalangan Salaf (generasi awal umat ini) dan para ulama sesudahnya. Istilah Ahlus Sunnah merupakan istilah yang mutlak sebagai lawan kata Ahlul Bid’ah. Para ulama Ahlus Sunnah menulis penjelasan tentang Aqidah Ahlus Sunnah agar umat faham tentang aqidah yang benar dan untuk membedakan antara mereka dengan Ahlul Bid’ah. Sebagaimana telah dilakukan oleh Imam Ahmad bin Hanbal, Imam al-Barbahari, Imam ath-Thahawi serta yang lainnya.
Dan ini juga sebagai bantahan kepada orang yang berpendapat bahwa istilah Ahlus Sunnah pertama kali dipakai oleh golongan Asy’ariyyah, padahal Asy’ariyyah muncul pada abad ke-3 dan ke-4 Hijriyyah.11
Pada hakikatnya, Asy’ariyyah tidak dapat dinisbatkan kepada Ahlus Sunnah, karena beberapa perbedaan prinsip yang mendasar, di antaranya:
1.Golongan Asy’ariyyah menta’wil sifat-sifat Allah Ta’ala, sedangkan Ahlus Sunnah menetapkan sifat-sifat Allah sebagaimana yang telah ditetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya, seperti sifat istiwa, wajah, tangan, al-Qur’an Kalamullah, dan lainnya.
2.Golongan Asy’ariyyah menyibukkan diri mereka dengan ilmu kalam, sedangkan ulama Ahlus Sunnah justru mencela ilmu kalam, sebagaimana penjelasan Imam asy-Syafi’i ketika mencela ilmu kalam.
3.Golongan Asy’ariyyah menolak kabar-kabar yang shahih tentang sifat-sifat Allah, mereka menolaknya dengan akal dan qiyas (analogi) mereka.12

Sekilas tentang Asy’ariyyah dan Maturidiyyah.

Asy’ariyyah.
Mereka adalah pengikut Abul Hasan Ali bin Isma’il al-Asy’ari (wafat th. 324 H). Sebelumnya beliau menganut pemahaman Mu’tazilah selama 40 tahun, kemudian berpindah kepada paham Kullabiyyah yang menetapkan sebagian sifat-sifat Allah dan mentakwil sebagian yang lain. Setelah itu menjelang akhir hayatnya beliau kembali kepada pemahaman Salaf dan menulis kitab al-Ibanah dan Maqalaatul Islamiyyin. Dikedua kitab tersebut beliau menyebutkan bahwa beliau mengikuti pendapat Imam Ahlus Sunnah Ahmad bin Hanbal, dan pendapatnya mengikuti semua pendapat Imam Ahmad. Namun sayang para pengikutnya mengambil pemahaman beliau ketika menganut paham Kullabiyah dan menisbatkan pemahaman tersebut kepada beliau, sehingga mereka menamakan diri mereka dengan al-Asyaa’irah atau al-Asy’ariyyah. Sedangkan beliau sendiri berlepas diri dari mereka.13

Maturidiyyah.
Mereka dinisbatkan kepada Abu Manshur al-Maturidi as-Samarkand (wafat th. 332 H), imam mereka. Di antara pendapat bid’ah mereka adalah:
1. Mereka menafikan sifat fi’liyyah bagi Allah. Sedangkan Ahlus Sunnah menetapkan sifat-sifat Allah sebagaimana yang telah ditetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya.
2. Menafikan keyakinan bahwa kaum mukminin melihat Allah pada hari kiamat. Padahal keyakinan yang benar (keyakinan ahlus sunnah) adalah orang mukmin akan melihat Allah pada hari kiamat. Rasulullah bersabda,“Sesungguhnya kalian akan melihat Rabb (Allah) kalian, sebagaimana kalian melihat bulan pada malam bulan purnama, kalian tidak terhalang (tidak berdesak-desakan) ketika melihat-Nya. (HR. Al-Bukhari dan Muslim).14
3. Mengingkari sebagian besar sifat-sifat Allah Ta’ala. Dan lain-lain.15

BANTAHAN KEPADA HABIB RIZIEQ SHIHAB.

Habib Rizieq berkata:
1. Apalagi umat Islam dari kalangan Asy’ari dan Maturidi yang sudah 1200 tahun lebih secara representatif mewakili Ahlussunnah wal Jama’ah.
2.1000 tahun lebih yang disebut Ahlussunnah itu adalah Asy’ari dan Maturidi.

Bantahan.
Kelirulah Habib Rizieq yang mengatakan Asy’ari (Asy’ariyyah) dan Maturidi mewakili Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Karena yang mewakiliAhlus Sunnah wal Jama’ah adalah para Sahabat Rasulullah, Tabi’in, Tabi’ut Tabi’in, para ulama dan orang-orang yang mengikuti mereka.
Asy’ariyyah dan Maturidi tidak dapat dinisbatkan kepada Ahlus Sunnah karena terdapat perbedaan antara Asy’ariyyah dan Maturidi dengan Ahlus Sunnah.
Wal hasil Asy’ari dan Maturidi bukan wakil Ahlus Sunnah wal Jama’ah, karena Asy-‘ari dan Maturidi berbeda/tidak sama dengan Ahlus Sunnah. Bagaimana mungkin suatu yang berbeda dikatakan sama.
Apalagi istilah Ahlus Sunnah wal jama’ah telah dikenal jauh sebelum timbul pemahaman Asy’ariyyah dan Maturidiyyah. Pahamilah wahai Saudaraku!
Istilah Ahlus Sunnah telah dikenal pada masa Ibnu Abbas yang lahir tiga tahun sebelum hijrah dan meninggal dunia tahun 68 H. Jauh sebelum masa Abul Hasan al-Asy’ari (wafat 324 H) dan jauh sebelum masa Abu Manshur al-Maturidi (wafat 332 H).
(Bersambung, Insya Allah).
Disusun oleh Abu Aslam bin Syahmir bin Marbawi.
Footnote:
1. Lihat buku “Syarah Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah” karya Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas, halaman 38.
2. Lihat buku “Syarah Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah” halaman 35.
3.Lihat buku “Prinsip-Prinsip Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah” karya Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas, halaman 19. Lihat juga buku “Syarah Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah” karya Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas, halaman 41.
4.Lihat Maktabah Syamilah, Tafsir Ibnu Katsir, surat al-Ma’idah ayat 106.
5.Tafsiir Ibni Katsiir (II/92, cet. Daar Thayyibah) dan Syarah Ushuul I’tiqaad Ahlis Sunnah wal Jama’ah (I/79, no. 74). Lihat buku “Prinsip-Prinsip Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah” halaman 20. Lihat juga buku “Syarah Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah” halaman 42.
6.Lihat buku “Syarah Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah” halaman 42.
7. Syarah Ushuul I’tiqaad Ahlis Sunnah wal Jama’ah (I/71, no. 49 dan 50). Lihat buku “Syarah Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah” halaman 42.
8.Lihat buku “Syarah Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah” halaman 42.
9.Lihat buku “Syarah Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah” halaman 43.
10.Lihat buku “Syarah Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah” halaman 43.
11.Lihat buku “Syarah Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah” halaman 43-44.
12.Lihat pembahasan tentang berbagai perbedaan pokok antara Ahlus Sunnah dengan Asy’ariyyah dalam kitab Manhaj Ahlis Sunnah wal Jama’ah wa Manhajil Asyaa’irah fii Tauhiidillahi Ta’aalaa oleh Khalid bin Abdil Lathif bin Muhammad Nur dalam 2 jilid, cet. I/Maktabah al-Ghuraba’ al-Atsariyyah, th. 1416 H. Lihat buku “Syarah Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah” halaman 44.
13.Al-Milal wan Nihal (hal. 94-103), Wasathiyyah Ahlus Sunnah bainal Firaq(hal. 297-299), dan Mu’jamul Bida’ (hal. 53). Lihat buku “Mulia dengan Manhaj Salaf” karya Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas, halaman 519-520.
14.HR. Al-Bukhari (no. 554) dan Muslim (no. 633 (211)). Lihat buku “Syarah Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah” halaman 218.
15.Al-Maaturidiyyah Diraasatan wa Taqwiiman, karya Awadullah bin Dakhil al-Luhaibi al-Harbi, dan Mu’jamul Bida’ (hal 474). Lihat buku “Mulia dengan Manhaj Salaf” karya Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas, halaman 521.
“Mengetahui Kesesatan Adalah Untuk Menghindarinya”: Menepis Kerancuan Pemikiran Habib Rizieq Shihab

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kepada kita nikmat Islam dan nikmat di atas Sunnah dan menghindarkan kita dari jalan kesesatan. Semoga Allah menetapkan kita di atas kebenaran, di atas jalan yang ditempuh Rasulullah dan Sahabatnya.
Shalawat dan salam kita mohonkan kepada Allah agar tercurah kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, keluarganya dan semua sahabatnya.
Ini adalah tulisan kami yang ketiga yang berkaitan dengan menepis kerancuan pemahaman Habib Rizieq Shihab (semoga Allah memberi petunjuk kepadanya). Kami berharap tulisan ini bermanfaat bagi penulis dan kaum muslimin. Kami juga berharap agar Allah menjadikan kita ikhlash dalam seluruh amalan kita.
Berkaitan dengan pernyataan Habib Rizieq Shihab pada suatu ceramahnya, yang berisi kerancuan yang banyak. Maka mari kita lihat perkataan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Rahimahullah: “Kebenaran itu apabila semakin ditentang dengan syubhat (kerancuan) maka Allah akan membangkitkan kebenaran dan melenyapkan kebatilan dengan bukti-bukti kuat. Kebenaran itu ibaratnya emas murni, semakin teruji semakin tampak keasliannya, sedangkan kebatilan itu seperti emas palsu, semakin diuji semakin tampak kepalsuannya.”1
Dalam buku “Mulia dengan Manhaj Salaf” pada Bab 13, Ustadz Yazid menyebutkan:2 “Penulis bawakan sebagian firqah-firqah sesat, golongan atau aliran-aliran, dan pemahaman-pemahaman sesat agar umat Islam tidak mengikuti pemahaman ini.
Prinsip disyari’atkannya mengkaji tentang firqah-firqah sesat dasarnya adalah al-Qur’an dan as-Sunnah.
Allah Ta’ala menyebutkan tentang keyakinan kufur dari Yahudi, Nasrani, para penyembah berhala dan lainnya, supaya umat Islam berhati-hati tidak mengikuti agama dan keyakinan mereka…
Sebagian Sahabat bertanya kepada Rasulullah tentang kebaikan dan kejelekan karena khawatir jatuh dalam kejelekan. Rasulullah telah memberitahukan kepada Hudzaifah Ibnul Yaman tentang berbagai macam fitnah…
Tidak diragukan lagi bahwa pembahasan tentang firqah, aliran, pemahaman sesat, madzhab-madzhab yang menyesatkan dan menyingkap kesesatan serta penyimpangan-penyimpangan mereka merupakan penjelasan tentang jalannya orang-orang yang berdosa.
Allah Ta’ala berfirman:
وَكَذَلِكَ نُفَصِّلُ الْآَيَاتِ وَلِتَسْتَبِينَ سَبِيلُ الْمُجْرِمِينَ
“Dan demikianlah Kami terangkan ayat-ayat al-Qur’an, (agar terlihat jelas jalan orang-orang yang shalih) dan agar terlihat jelas (pula) jalan orang-orang yang berdosa.” (QS. Al-An’aam: 55).
Imam al-Qurthubi berkata, ‘Apabila sudah jelas jalan orang-orang yang berdosa, maka akan jelas jalan orang-orang yang beriman.’3
Umar bin al-Khaththab berkata, ‘Sesungguhnya tali Islam akan terurai apabila bertambah di dalam Islam orang yang tidak kenal Jahiliyyah.’4
(Sampai di sini perkataan Ustadz Yazid).
Pembahasan tentang firqah-firqah sudah dilakukan oleh ulama sejak zaman dahulu dan terdapat kitab-kitab tantang firqah-firqah tersebut. Di antara ulama yang menulis tentang firqah-firqah adalah Imam Abul Hasan al-Asy’ari rahimahullah (wafat th. 324 H)5. Kitab-kitab yang membahas firqah-firqah:6
1.  Maqaalatul Islamiyyiin karya Imam Abul Hasan al-Asy’ari (wafat th. 324 H).
2.  Al-Fishal fil Milal fil Ahwa’ wan Nihal karya Imam Ibnu Hazm (wafat th. 456 H).
3. Al-Farqu bainal Firaq karya Imam Abdul Qahir bin Thahir bin Muhammad al-Baghdadi (wafat th. 429 H).
4.  Al-Milal wan Nihal karya Abul Fathi Muhammad bin Abul Qasim bin Abdul Karim bin Abu Bakar, yang terkenal dengan asy-Syahrastani (wafat th. 548 H).
5.  Majmu’ Fataawa Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah. Dan kitab-kitab lainnya.
Di antara kitab-kitab para ulama dan masyayikh pada zaman sekarang yang membahas dan menjelaskan firqah-firqah, aliran, dan pemahaman yang menyimpang dari shirathal mustaqim, menyimpang dari pemahaman para sahabat, menyimpang dari aqidah dan manhaj Salafush Shalih adalah:7
1.Dirasat fil Ahwaa’ wal Firaq wal Bida’ wa Mauqifus Salaf minha, karya Dr. Nashir bin Abdil Karim al-‘Aql.
2.Karya-karya Syaikh Dr. Ihsan Ilahi Zhahir tentang bantahan terhadap firqh-firqah sesat.
3.Al-Muujaz fil Adyaan wal Madzahib al-Mu’aashirah, karya Dr. Nashir bin Abdullah al-Qafari dan Dr. Nashir bin Abdil Karim al-‘Aql.
4.Al-Jamaa’aatul Islamiyyah fii Dhau-il Kitab was Sunnah bi Fahmi Salafil Ummah, karya Syaikh Salim bin ‘Ied al-Hilali. Dan kitab-kitab lainnya.
Faedah: Dari pembahasan di atas kita mendapatkan faedah, yaitu:
1.Seorang yang tidak mengenal kesesatan dikhawatirkan dia akan terjerumus ke dalamnya.
2.Memperingatkan manusia dari jalan kejelekan dan kesesatan ada dasarnya dari al-Qur’an dan as-Sunnah.
3.Menjelaskan kesesatan firqah-firqah, golongan, dan aliran telah dicontohkan oleh para ulama, termasuk di dalamnya adalah Imam Abul Hasan al-Asy’arirahimahullah.
4.Menjelaskan kesesatan suatu kelompok bukanlah untuk memecah belah umat, akan tetapi agar kita terhindar dari kesesatan sehingga kita bisa bersatu di atas kebenaran.
Di antara manfaat mempelajari firqah-firqah sesat adalah:8
1.Supaya kita selamat dari kesesatan dan penyimpangan. Sebagaimana disebutkan dalam sya’ir: Aku mengetahui kejelekan, bukan untuk kejelekan, tetapi untuk menjaga diri. Dan siapa saja yang tidak tahu kejelekan, maka dia akan terjatuh padanya.
2.Kita mengajak mereka kepada pemahaman yang benar serta berusaha menyelamatkan mereka dari kesesatan.
3.Kita akan mengetahui cara dan metode menjaga diri kita, keluarga, dan umat Islam supaya terhindar dari kejelekan mereka, rencana-rencana mereka, dan juga konspirasi mereka terhadap Islam dan kaum muslimin.
4.Kita membahas masalah ini dengan tujuan untuk ishlah (memperbaiki) keadaan umat agar kembali kepada agama yang benar.

MENEBAS SYUBHAT HABIB RIZIEQ SHIHAB

Tebasan Pertama.
Di sebagian ocehannya, Habib Rizieq Shihab menggambarkan bahwa membantah atau menjelaskan pemikiran sesat adalah bentuk memecah belah umat. Maka syubhat ini telah terjawab pada pembahasan di atas dan pada tulisan kami sebelumnya. Insya Allah.
Menjelaskan pemikiran sesat adalah bagian dari dakwah kepada kebenaran, bukan memecah belah umat. Bahkan menjelaskan pemikiran sesat adalah untuk menyatukan umat di atas kebenaran.
Kami akan berikan urutan proses bersatunya kaum muslimin:
1. Kaum muslimin mengetahui jalan kesesatan dan jalan kebenaran.
2.Kemudian menghindari jalan kesesatan dan menuju jalan yang benar.
3.Selanjutnya mereka akan berada di atas kebenaran, mereka akan berada dalam satu manhaj, mereka akan berada di atas al-Qur’an dan Sunnah, berada di atas agama Rasulullah dan Sahabatnya.
4.Hasilnya mereka bersatu dalam jalan kebenaran. Maka akan terwujud Ukhuwah Islamiyah. Pahamilah hal ini!
Jika tidak ada yang menjelaskan jalan kesesatan, maka urutannya adalah:
1.Kaum muslimin tidak mengetahui jalan kesesatan.
2.Kaum muslimin akan terjerumus kepada kesesatan yang banyak. Kaum muslimin akan terjerumus ke dalam kubangan kesesatan yang bermacam-macam. Kaum muslimin akan terdiri dari berbagai macam pemikiran sesat yang berbeda-beda.
3.Akibatnya mereka berpecah belah. Pahamilah hal ini!
Tebasan Kedua.
Di sebagian ocehannya, Habib Rizieq Shihab memberikan gambaran kepada kaum muslimin bahwa buku “Mulia dengan Manhaj Salaf”adalah buku yang mengkafirkan sesama muslim dan mengkafirkan ulama.
Maka kami katakan: Kami mempersilahkan kepada Habib Rizieq Shihab dan orang-orang yang sepemikiran dengannya untuk menunjukkan ‘pernyataan’ yang ada dalam buku “Mulia dengan Manhaj Salaf”yang menunjukkan pengkafiran sesama muslim dan pengkafiran ulama.
Jika tidak ada ‘pernyataan’ pengkafiran tersebut, maka jangan sekali-kali mengadakan kebohongan, jangan memberikan gambaran jelek kepada buku yang menjelaskan tentang manhaj salaf. Jangan menipu kaum muslimin! Takutlah kepada Allah!
Jangan menjauhkan kaum muslimin dari kebenaran! Jangan menjauhkan kaum muslimin dari manhaj Rasulullah dan Sahabatnya! Jangan menjauhkan kaum muslimin dari ahli ilmu!
Jangan menjauhkan kaum muslimin dari buku yang bermanfaat!
Bahkan, jika kita mau jujur kita akan mengakui manhaj salaf adalah manhaj yang memuliakan ulama. Kita akan dapati di dalam ceramah dan buku bermanhaj salaf pujian kepada ulama. Kita akan dapati buku yang berisi biografi ulama yang ditulis oleh seorang Salafi. Di dalam buku bermanhaj salaf akan didapati perkataan ulama. Penulis yang bermanhaj salaf mendo’akan ulama dalam bukunya. Jadi, bagaimana mungkin manhaj salaf mengkafirkan ulama?
Segala tuduhan tanpa bukti, maka pelontarnya hanya pembual semata.
Tebasan Ketiga.
Di sebagian ocehannya, Habib Rizieq Shihab memberikan gambaran kepada kaum muslimin bahwa Salafi suka mengkafirkan.
Kami katakan: Ini adalah tuduhan semata! Ini menunjukkan ketidakpahaman Habib Rizieq tentang manhaj Salaf. Maka kami mempersilahkan kepada Habib Rizieq agar membaca buku “Mulia dengan Manhaj Salaf”. Andai saja Habib Rizieq mau meluangkan waktunya untuk membaca buku ini (dari awal sampai akhir), maka (Insya Allah) akan menghilangkan syubhat yang ada pada dirinya.
Manhaj salaf adalah manhaj (metode) yang benar dalam beragama. Manhaj salaf adalah manhaj Rasulullah dan Sahabatnya. Bagaimana mungkin manhaj Rasulullah dan Sahabatnya adalah suka mengkafirkan? Hanya kepada Allah kami adukan kebodohan orang yang bodoh!
Tebasan Keempat (Penyebutan macam-macam firqah sesat).
Pada bab 13 buku “Mulia dengan Manhaj Salaf” disebutkan judul “Firqah-Firqah Sesat dan Menyesatkan”. Di dalam bab 13 ini disebutkan sejumlah firqah sesat.
Ketahuilah wahai Saudara-Saudariku, penyebutan berbagai macam firqah sesat dalam satu bab, bukan berarti setiap firqah sesat adalah sama dalam hal kesesatannya.
Ambil contoh: Di antara firqah sesat yang disebutkan dalam buku ini adalah jama’ah tabligh dan ahmadiyah. Maka penyebutan jama’ah tabligh dan ahmadiyah ini dalam satu bab, bukan berarti kedua firqah ini adalah sama dalam kesesatannya. Mohon diperhatikan!
Jadi jika kita mengatakan Ahmadiyah adalah kafir bukan berarti jama’ah tabligh langsung kita katakan adalah kafir. Karena kesesatan keduanya ada perbedaan. Pahamilah ini!
Begitu juga penyebutan firqah Asy’ari satu bab dengan JIL (Jaringan Iblis) maka bukan berarti kita menyamakan Asy’ari dengan JIL. Karena keduanya ada perbedaan.
Mari kita lihat hadits Nabi tentang pembatal Shalat!
Apabila seseorang shalat, lalu dilewati oleh salah satu dari tiga, maka shalatnya batal, yaitu
1. Wanita yang sudah baligh,
2. Keledai, dan
3. Anjing hitam.
Dari Abu Dzarr al-Ghifari Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “RasulullahShallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, “Jika seorang muslim tidak menggunakan sutrah seperti pelana unta dalam shalatnya maka shalatnya akan terputus jika lewat di hadapannya seorang wanita, seekor keledai, dan anjing hitam.’” Al-Hadits. Dalam hadits tersebut disebutkan: “Anjing hitam itu adalah setan.” (HR. Muslim).9
Di dalam buku Sifat Shalat Nabi karya Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani disebutkan Rasulullah bersabda, “Yang memutuskan shalat seseorang, apabila di hadapannya tidak terdapat sesuatu setinggi kayu yang terdapat pada ujung pelana adalah dilewati perempuan (yang haidh)10, keledai, dan anjing hitam.” Abu Dzar berkata: Aku bertanya: “Wahai Rasulullah! Apa bedanya anjing hitam dengan anjing merah?” “Anjing hitam adalah syaithan,” jawab beliau.11  
Penyebutan wanita yang sudah baligh dan keledai dalam satu pembahasan bukan berarti kita menyamakan wanita dengan keledai. Begitu juga penyebutan Asy’ari, jama’ah tabligh, Ahmadiyah dan JIL dalam satu pembahasan, bukan berarti kita menyamakan keempat firqah tersebut. Karena masing-masing firqah memiliki kesesatan yang berbeda.
Ambil contoh: Jika kita mengatakan Ahmadiyah dan JIL memiliki keyakinan kufur. Bukan berarti kita langsung mengatakan Asy’ari dan jama’ah tabligh juga memiliki keyakinan kufur yang sama dengan Ahmadiyah dan JIL (Jaringan Iblis).
Walhasil, dalam pembahasan kesesatan dan kekafiran hendaklah kita merujuk kepada ahli ilmu. Oleh sebab itu jangan serampangan dalam pembahasan kesesatan dan kekafiran. Allahu a’lam.
Mudah-mudahan bisa dimengerti. Semoga Allah memberikan pemahaman agama kepada kita.
Tebasan Keenam (Penggunaan kata ‘sesat’ dan ‘kafir’).
Penggunaan kata ‘sesat’ dan ‘kafir’ ada perincian. Jika kita katakan suatu firqah adalah sesat bukan berarti firqah itu langsung dikatakan kafir. Maka dilihat dulu apakah kesesatannya menyebabkan kekafiran atau tidak. Akan tetapi jika suatu firqah dikatakan adalah kafir maka tidak diragukan lagi kesesatannya. Jadi ‘sesat’ belum tentu ‘kafir’, dan ‘kafir’ sudah jelas ‘sesat’. Mohon dipahami!
Oleh sebab itu Habib Rizieq Shihab jangan memukul rata istilah ‘sesat’ dan ‘kafir’!!!
Mari kita ambil pelajaran dari perkataan Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah. Beliau berkata, “Siapa saja yang berbicara bukan pada bidangnya, niscaya dia akan melontarkan keanehan-keanehan.” (Fathul Bari).12
Allahu a’lam.
Disusun oleh Abu Aslam bin Syahmir Marbawi
Footnote:
1.Thariqul Wushul hlm. 194 oleh Syaikh Abdurrahman as-Sa’di. Lihat buku “Meluruskan Sejarah Wahhabi” karya Ustadz Yusuf Abu Ubaidah halaman xiii.
2.Lihat buku “Mulia dengan Manhaj Salaf” karya Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas (semoga Allah menjaganya) halaman 497.
3.Tafsir al-Qurthubi (IV/281) cet. Darul Kutub al-Ilmiyyah. Lihat buku “Mulia dengan Manhaj Salaf” halaman 498.
4.Majmuu’ Fataawaa (XV/54), Minhaajus Sunnah (II/398, IV/590), dan Madaarijus Saalikiin (I/373). Lihat buku “Mulia dengan Manhaj Salaf”halaman 498.
5.Lahir pada tahun 260 H. Lihat buku “Al Ibanah, Buku Putih Imam al-Asy’ari” halaman 18. Lihat buku “Mulia dengan Manhaj Salaf” halaman 519.
6.Lihat buku “Mulia dengan Manhaj Salaf” halaman 498-499.
7.Lihat buku “Mulia dengan Manhaj Salaf” halaman 499.
8.Lihat buku “Mulia dengan Manhaj Salaf” halaman 500.
9.Shahih: HR. Muslim (no. 510), Abu Dawud (no. 702), an-Nasa-i (no. 750), dan Ibnu Majah (no. 952). Lihat buku “Sifat Shalat Nabi” karya Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas halaman 66-67.
10.Maksudnya adalah wanita yang sudah baligh. Yang dimaksud dengan putus di sini, shalatnya batal.
11.Diriwayatkan oleh Muslim, Abu Dawud, dan Ibnu Khuzaimah (I/95/2). Lihat kitab Tahdziirus Saajid min Ittikhaadzil Qubuuril Masaajid dan kitabAhkaamul Janaa-iz wa Bida’uha karya Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani. Lihat buku “Sifat Shalat Nabi” karya Syaikh al-Albani halaman 114 (bahasa Indonesia). Lihat juga kitab Shifatu Shalaatin Nabiyyi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam minat Takbir ilat Taslim ka annaka taraahaa karya Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani halaman 74.
12.Fathul Bari 3/466. Kalimatul Haq halaman 131 oleh Syaikh Ahmad Syakir. Lihat buku “Meluruskan Sejarah Wahhabi” karya Ustadz Yusuf Abu Ubaidah halaman xxiii.

Artikel terkait untuk pendalaman :


Hanya Satu Jalan Menuju Allah Azza Wa Jalla
Sebagian Pokok-Pokok 'Aqidah Ahlus-Sunnah wal-Jama'ah - Komparasi Antara Klaim dan Realitas
Siapakah Ahl As-Sunnah
Makna Ahlus Sunnah Wal Jama’ah
Siapakah Ahlussunnah Wal Jama’ah?
Prof. Dr. Kamaluddin Nurdin Marjuni : Siapakah Ahlu Sunnah Wal Jama'ah?
Silsilah Ulama Ahlus Sunnah
As-Sunnah dan Akal
Ciri-ciri Aqidah dan Karakteristik Pengikut Ahlussunnah Wal Jama’ah
Aqidah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab Ahlussunnah Wal Jama’ah [Bukti Otentik Dari Surat Beliau Kepada Penduduk Al-Qashim]
Ushuulus-Sunnah lil-Imaam Ahmad bin Hanbal (9) – Hubungan antara As-Sunnah dan Al-Qur’an
Hakikat Yang Terlupakan Dari Imam Asy-Syafi'i Dan Kesamaan Aqidah Imam Empat
Sebagian ‘Aqidah Para Imam Ahli Hadits
'Aqidah Ahlus-Sunnah wal-Jama'ah dalam Sifat Allah ta'ala
15 Alasan Kokohnya Aqidah Salaf Shalih
Mengapa Harus Manhaj Salaf
54 Hal Yang Bukan Termasuk Manhaj Salaf
Diantara Adab dalam Menerima Kebenaran dan Membantah Kebatilan
Mendahulukan Akidah Sebelum Ukhuwah
Jalan Keluar dari Perselisihan yang Terjadi Diantara Ahlus-Sunnah (Nasehat Asy-Syaikh Muqbil)
Salaf dan Perdebatan
Larangan Berdebat dalam Masalah Agama
Hindari Berdebat dengan Orang Jahil
[ OOT ] Mengapa Kamu Mengatakan Apa yang Tidak Kamu Lakukan ?
[ OOT ] Kaidah dan Landasan Para Juru Dakwah
Meninggalkan Perdebatan dalam Masalah Agama ( Ushuulus-Sunnah lil-Imaam Ahmad bin Hanbal )