Thursday, August 6, 2015

Perhatikan ! Para Penghina Allah Azza wa Jallah ( Al Wahhab/Wahabi) dan Penghujat Saudi, Dihinakan dan Diberantakan !

Pelecehan Asma Allah ''Al-Wahhab'' dalam Tudingan ''Wahabi''
Oleh: Badrul Tamam
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta'ala. Rabb pencipta alam semesta yang mengetahui segalanya, yang tersembunyi maupun terang-terangan. Dia yang akan menghisab semua perbuatan hamba-hamba-Nya, yang besar maupun yang kecilnya.
عَالِمِ الْغَيْبِ لَا يَعْزُبُ عَنْهُ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ فِي السَّمَاوَاتِ وَلَا فِي الْأَرْضِ وَلَا أَصْغَرُ مِنْ ذَلِكَ وَلَا أَكْبَرُ إِلَّا فِي كِتَابٍ مُبِينٍ
"Demi Tuhanku Yang mengetahui yang gaib, sesungguhnya kiamat itu pasti akan datang kepadamu. Tidak ada tersembunyi daripada-Nya seberat zarrah pun yang ada di langit dan yang ada di bumi dan tidak ada (pula) yang lebih kecil dari itu dan yang lebih besar, melainkan tersebut dalam Kitab yang nyata (lauhul Mahfudz)." (QS. Saba': 3)
Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada baginda Rasulillah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, keluarga dan para sahabatnya yang telah mengagungkan Allah dengan sebenarnya, beriman kepada-Nya dan kepada Rasul-Nya dengan jujur dan benar. Semoga shalawat dan salam juga dilimpahkan kepada siapa saja yang mengikuti mereka dengan baik hingga akhir zaman.
Istilah Salafi-Wahabi terus digulirkan dan dikampanyekan oleh Said Agil Siraj untuk mendiskreditkan kelompok yang tidak sejalan dengan pemikirannya. "Wahabi" distigmakan sebagai kelompok sesat dan menyimpang yang harus diwaspadai. Bahkan, Said menuduh, gerakan Wahabi sebagai penebar benih radikal dan teror yang mengajarkan doktrin pengeboman. Lebih dari itu, dengan jelas Sa'id menyebutkan beberapa lembaga-lembaga dan tokohnya yang disebutnya sebagai Salafi-Wahhabi.
Walaupun sudah mendapatkan berbagai kritik penggunaan istilah "Wahabi" yang salah kaprah, nampaknya tak dipedulikan. Tak bergeming dan terus menyemburkan bisa beracun yang akan membinasakan persatuan umat Islam secara pelan-pelan. Meminjam ungkapan Al-Qur'an terhadap Bal'am bin Abar, seorang laki-laki dari Bani Israil yang diberi pengetahuan agama tinggi namun sengaja menyimpang darinya karena dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, "Maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga)." (QS. Al-A'raf: 176)
Sesungguhnya penetapan istilah "Wahabi" yang dinisbatkan kepada Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab At-Tamimi An-Najdi, saja sudah tidak tepat menurut kaidah bahasa Arab. Apalagi isi dakwahnya, jauh tuduhan dari hakikatnya. karena ulama ini menyeru kepada pemahaman Islam yang bersumber dari Al-Qur'an dan al-Sunnah sesuai pemahaman para ulama salaf. Beliau menyeru untuk memurnikan tauhid dari noda syirik, kufur, nifak dan khurafat. Dalam ibadah beliau bermazhab Hambali, mengikuti pendapat Imam Ahmad bin Hambal, murid istimewa Imam al-Syafi'i rahimahullah, yang berusaha mendasarkan ibadah kepada Sunnah Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam.
Dalam menjalankan dakwahnya, Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab yang hidup di abad 18 Masehi, tak pernah menyebut kiprah dakwahnya dengan penamaan dakwah "Wahabi" atau tak pernah mendirikan organisasi dakwah bernama Wahabi. Para ulama yang menjadi murid-muridnya secara langsung atau tidak yang mereka telah mensyarah kitab-kitab beliau dan mengambil perkataan-perkataannya juga tak ada yang menamakan diri dengan Wahabi. Kenapa? Karena istilah "Wahabi" adalah cacat secara bahasa. Sementara Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dan para murid-muridnya orang Arab asli yang berbicara dengan bahasa Arab, tentunya tak wajar kalau sampai salah kaprah dalam menetapkan peristilahan.
Penisbatan "Wahabi" kepada Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab tidak sesuai dengan kaidah bahasa Arab. Semestinya bentuk penisbatannya adalah ‘Muhammadiyyah’, karena sang pengemban dan pelaku dakwah tersebut bernama Muhammad, bukan ayahnya yang bernama Abdul Wahhab (hamba Allah yang Maha Pemberi). Lebih para lagi, kata wahabi diambil dari Nama Allah "Al-Wahhab" (Maha Pemberi). Sehingga akan berakibat, orang yang termakan dengan propaganda anti "Wahabi" akan membenci nama Allah al-Wahhab.
Al-Wahhab disebutkan sebanyak tiga kali oleh Al-Qur'an. Pertama, menerangkan tentang al-Rasikhuna fi al-'Ilmi (Orang-orang yang dalam ilmu agamanya) yang mereka berdoa,  
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ
"Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia)." (QS. Ali Imran: 9)
Kedua, bantahan dari Allah terhadap kesombongan kaum musyrikin untuk mentauhidkan Allah dan memusuhi utusan-Nya.
أَمْ عِنْدَهُمْ خَزَائِنُ رَحْمَةِ رَبِّكَ الْعَزِيزِ الْوَهَّابِ
"Atau apakah mereka itu mempunyai perbendaharaan rahmat Tuhanmu Yang Maha Perkasa lagi Maha Pemberi?" (QS. Shaad: 9)
Ketiga, doa Nabi Sulaiman kepada Allah agar memberikan kekuasaan kepada beliau yang tidak diberikan kepada manusia sesudahnya,
قَالَ رَبِّ اغْفِرْ لِي وَهَبْ لِي مُلْكًا لَا يَنْبَغِي لِأَحَدٍ مِنْ بَعْدِي إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ
"Ia (Sualiman) berkata: "Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorang jua pun sesudahku, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Pemberi"." (QS. Shaad: 35)
Al-Wahhab bermakna: Yang Maha luas pemberiannya, banyak berbuat baik yang meliputi semua makhluk-Nya, yang taat maupun yang jahat. Pemberian-Nya meliputi seluruh alam dengan limpahan kebaikan, karunia dan kemurahan-Nya.
Allah dengan nama-Nya Al-Wahhab, senatiasa memberi tanpa mengharap ganti. Memberi apa yang dikehendaki kepada siapa yang dikehendaki oleh-Nya tanpa pamrih. Memberi orang yang membutuhkan tanpa diminta dan mengabulkan permintaan kepada siapa yang berdoa kepada-Nya dengan lisan maupun perbuatan. Dia memberikan kenikmatan di dunia sebagai cobaan dan melimpahkan kenikmatan di akhirat sebagai balasan bagi makhluk-Nya.
Kewajiban Terhadap Nama Allah
Pada dasarnya, setiap nama Allah harus diagungkan dan dimuliakan kaum muslimin. Mereka diwajibkan untuk mengetahuinya, beriman kepadanya, bersungguh-sungguh memahaminya, dan diperintahkan untuk beribadah dan berdoa kepada Allah dengan menyebut nama-nama-Nya, sebagaimana firman Allah Ta'ala:
وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى فَادْعُوهُ بِهَا
"Hanya milik Allah asmaulhusna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut Asmaaul Husna itu" (QS. Al-A'raf: 180)
Namun jika nama Allah diambil dan digunakan untuk me-lebel-i sesuatu yang harus disesatkan dan dimusuhi, maka ini termasuk menghinakannya. Sehingga kaum muslimin (khususnya yang awam) tidak suka dengan nama Al-Wahhab. Sementara membenci salah satu dari Nama Allah yang jelas petunjukkan dari Al-Qur'an dan al-Sunnah itu menyebabkan kekufuran.
Pada saat perjanjian Hudaibiyah antara Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam dan Musyrikin Quraiys, maka beliau memerintahkan kepada juru tulis untuk menuliskan Bismillahirrahmanirrahim. Namun kaum musyrikin melalui perwakilan mereka Suhail bin 'Amr menolaknya, ia berkata, "Adapun ar-Rahman al-Rahim kami tidak mengetahuinya." Karena itulah Allah menurunkan firman-Nya,
وَهُمْ يَكْفُرُونَ بِالرَّحْمَنِ
"Padahal mereka kafir kepada Tuhan Yang Maha Pemurah." (QS. Al-Ra'du: 30)
Kaum musyrikin Makkah bukannya tidak mempercayai Allah, karenanya mereka masih menerima dengan nama Allah. Tapi mereka kufur kepada nama Allah al-Rahman, yang karenanya Allah mengafirkan mereka dengan pengingkaran tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa menolak atau ingkar kepada salah satu atau dua nama Allah yang jelas petunjuknya dari Al-Qur'an dan Sunnah itu menyebabkan kekufuran.
Oleh sebab itu,  kami berkeyakinan bahwa istilah ini sengaja dimunculkan bukan dari orang beriman yang baik, menguasai bahasa Arab yang dalam, dan memiliki kecintaan kepada Islam yang sesungguhnya. Wallahu Ta'ala A'lam. [PurWD/voa-islam.com]

Muktamirin: “Dalam LPJ, Said Aqil Ingatkan Waspada pada Wahabi, tapi tidak terhadap Syiah”


Rabu, 19 Syawwal 1436 H / 5 Agustus 2015 07:44
Penyampaian pandangan umum tersebut menurut Mudzakir adalah hal penting. Sebab banyak hal yang perlu dikritisi, di antaranya adalah tidak disebutnya MoU antara PBNU dengan Mustafa University Qom Iran yang dilakukan oleh Kiai Said.
“Padahal MoU dengan Iran juga telah terindikasi sangat membahayakan bagi NU, mengingat kerjasama tersebut terfokus pada kerjasama pendidikan dan tsaqofah keislaman yang sangat mungkin akan mempengaruhi penyebaran Syiah di Indonesia. Dalam LPJ ketua umum, juga mengingatkan tentang kewaspadaan terhadap perkembangan Wahabi di Indonesia, tapi yang menjadi pertanyaan kenapa Kiai Said Aqil tidak menyatakan kewaspadaan terhadap Syiah,” paparnya.

Muktamar NU
Kiai Said Ingin Kaum Muda NU Lawan Radikalisme (?) dengan Aswaja

Kamis, 06 Agustus 2015, 13:01 WIB
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj berjanji  mengutamakan generasi muda nahdliyin untuk memperjuangkan ahlussunnah wal jamaah (Aswaja) sebagai tameng melawan kelompok radikal dan ekstrem yang mengatasnamakan agama Islam.


"Itulah tantangan kita kedepan yang sangat riil. Selain itu, juga ada tantangan ekstrem kiri, liberal, sekuler, dan seterusnya," kata Kiai Said, Kamis (6/8).

Syiah ( sesat/super ekstrim ) tidak disebut ?? why ?

Ia berjanji akan selalu mengawal Aswaja, yaitu Islam yang bersifat moderat, dan toleran. Agar NU bermanfaat, bukan saja bagi warga NU, tetapi juga bangsa Indonesia, bahkan dunia.

Al Wahhab itu adalah nama Allah, hati-hatilah ?

Assalaamu alaikum ! 

Nama Allah Al-Wahhab adalah berarti Dia sebagai Yang Maha Memberi. 

Arti nama ini adalah bahwa Dia sebagai sumber utama yang sering atau banyak memberi kepada makhluk-makhluk ciptaanNya di alam semesta ini. 

رَبَّنَا لاَ تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنتَ الْوَهَّابُ 

Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami. Karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu. Sungguh, hanya Engkau yang Maha Memberi 

أَمْ عِندَهُمْ خَزَائِنُ رَحْمَةِ رَبِّكَ الْعَزِيزِ الْوَهَّابِ 

Atau apakah mereka itu mempunyai perbendaharaan rahmat Tuhanmu Yang Maha Perkasa lagi Maha Memberi? 
قَالَ رَبِّ اغْفِرْ لِي وَهَبْ لِي مُلْكاً لَّا يَنبَغِي لِأَحَدٍ مِّنْ بَعْدِي إِنَّكَ أَنتَ الْوَهَّابُ 
Ia berkata, “Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorang juapun sesudahku, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Memberi” 
Salah satu bukti keikhlasan tauhid seorang hamba adalah menjauhkan Allah dari segala celaan, 
would you ?

Update: @mahameru, ada segerombolan orang yang menisbatkan Al Wahhab kepada hal2 yang tercela.
Alloh Ta’ala berfirman: 

قُلْ إِنَّمَا حَرَّمَ رَبِّيَ الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَاْلإِثْمَ وَالْبَغْىَ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَأَن تُشْرِكُوا بِاللهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ سُلْطَانًا وَأَنْ تَقُولُوا عَلَى اللهِ مَا لاَ تَعْلَمُونَ 

Katakanlah: “Rabbku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak maupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa saja yang tidak kamu ketahui (berbicara tentang Allah tanpa ilmu)” (Al-A’raf:33) 

Syeikh Abdul Aziz bin Abdulloh bin Baaz rohimahulloh berkata: “Berbicara tentang Allah tanpa ilmu termasuk perkara terbesar yang diharamkan oleh Allah, bahkan hal itu disebutkan lebih tinggi daripada kedudukan syirik. Karena di dalam ayat tersebut Alloh mengurutkan perkara-perkara yang diharamkan mulai yang paling rendah sampai yang paling tinggi. 

Dan berbicara tentang Alloh tanpa ilmu meliputi: berbicara (tanpa ilmu) tentang hukum-hukumNya, syari’atNya, dan agamaNya. Termasuk berbicara tentang nama-namaNya dan sifat-sifatNya, yang hal ini lebih besar daripada berbicara (tanpa ilmu) tentang syari’atNya, dan agamaNya.” [Catatan kaki kitab At-Tanbihat Al-Lathifah ‘Ala Ma Ihtawat ‘alaihi Al-‘aqidah Al-Wasithiyah, hal: 34, tahqiq Syeikh Ali bin Hasan, penerbit:Dar Ibnil Qayyim] 

Wallahu A'lam....

Maka siapakah yang lebih lalim daripada orang yang membuat-buat dusta terhadap Allah dan mendustakan kebenaran ketika datang kepadanya? Bukankah di neraka ....... tersedia tempat tinggal bagi orang-orang yang kafir? Surat 39. Az Zumar 32 

Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, pada hal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar. Surat 2. Al Baqarah 9 

Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta. Surat 2. Al Baqarah 10



Wakil Ketua Lembaga Bahtsul Masail Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Cholil Nafis, Ph.D mengungkapkan bahwa Nahdlatul Ulama (NU) menjadi pasar utama bagi paham seperti Syiah.

Mengenai caranya, Syiah menggunakan strategi seolah-olah ajaran Syiah dan NU itu dekat, tak ada perbedaan.
”Padahal secara ushul (akidah/teologi) Syiah dan NU jelas berbeda,” ungkap Cholil dalam rilisnya sebagaimana dilansir ROL, Selasa (4/8). 
Sehingga, Ketua MUI Bidang Dakwah  ini menilai, beberapa pimpinan NU, baik di PBNU maupun di daerah banyak yang tertarik dengan ajaran Syiah dan beberapa kelompok diluar NU seperti HTI Liberal dan lain-lain. 
”Saya lihat di Jawa Barat, di Jawa Tengah, di Jawa Timur sudah ada semua,” katanya. 
Menurut dia, kalau ketertarikan pengurus NU kepada Syiah, HTI, dan Liberal ini terus terjadi, maka tak mustahil NU nanti akan habis. Apalagi Syiah, dan lainnya memang punya target untuk menghabisi ajaran NU.
”Mereka menargetkan, tahun 2050 NU akan habis,” katanya. 
Bahkan, ia menuturkan Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj membuat nota kesepahaman (MoU) dengan Universitas al-Musthafa al-’Alamiyah, Qom, Iran. 
Qom menjadi sebuah kota suci bagi penganut Islam Syiah. Kota ini merupakan pusat pendidikan Syi'ah terbesar di dunia. 
Menurut Cholil, dokumen kerjasama di bidang pendidikan, riset dan kebudayaan itu dilakukan tanpa sepengetahuan dan persetujuan Rais Am Syuriah PBNU yang saat itu dijabat KH A Sahal Mahfudz. Dokumen tertanggal 27 Oktober 2011 itu dibuat dalam dua bahasa, Persia dan Indonesia.
”Saya kopi yang berbahasa Indonesia karena saya gak begitu paham bahasa Persia. Di PBNU ada, di Universitas al-Mustafa juga ada,” tegas dosen Universitas Indonesia (UI) itu ketika ditanya dapat darimana dokumen tersebut. 
Ia mengaku pernah sekali berkunjung ke Universitas al-Mustafa al-‘Alamiyah. ”Saya kesana mewakili UI dalam urusan akademik,” katanya. 
Menurut dia, kerjasama itu berlaku selama empat tahun. "Kalau tak ada pembatalan, kerjasama itu akan terus dan diperpanjang dengan sendirinya," katanya.  (nisyi/syiahindonesia.com)


KH. Idrus Romli: "Kalau ada orang NU yang bela Syiah itu oknum”
Dalam pertemuan terbatas para ulama dan panitia acara serta diikuti pula oleh sejumlah jurnalis, usai acara tabligh akbar dan sinergi umat dengan tema “Umat bersatu kokohkan ASWAJA (Ahlusunnah wal Jamaah),” Bogor, Ahad (22/2/2015), Pengasuh Pondok pesantren Sidogiri Pasuruan, Jawa Timur, KH Idrus Ramli didaulat menceritakan beberapa pengalamannya dalam menghadapi kelompok pendusta, Syiah.
Kiai getol menjelaskan dengan gamblang bagaimana Ormas Islam Nahdhatul Ulama (NU) sejak awal berdirinya menjadi benteng Ahlussunnah wal Jamaah secara aqidah, intelektual dan ilmiah dalam menghadapi aqidah sesat Syiah di seluruh penjuru Nusantara. Secara institusi NU anti Syiah.
“Kalau ada orang NU yang membela Syiah itu adalah oknum,” jelas anggota Dewan Pakar ASWAJA Center PWNU Jawa Timur ini.
Pernyataan Kiai itu diutarakan menjawab pertanyaan Ustadz Abdullah Robbani dari Majelis Mujahidin, bagaimana sikap NU sesungguhnya terhadap Syiah. Ini pertanyaan yang sama juga di benak banyak warga masyarakat terkait hal itu. Apalagi dalam tayangan di Youtube ada pernyataan ketua Umum PBNU Aqil Siradj yang membela Syiah dan menghina warga Nahdliyyin.
“Hadratus Syaikh (KH. Hasyim Asyari-red) telah menegaskan bahwa syiah sesat dan sebagian ajarannya kafir,” tambah KH. Idrus Ramli.
Anggota Bahtsul Masail NU ini juga mengungkapkan bahwa kultur muslim Indonesia adalah menolak Syiah. Hanya Syiah memutar balikkan informasi dan membuat dusta seputar umat Islam Indonesia dan NU.
Dia juga mengungkapkan dalam banyak perdebatan ilmiyah dengan Syiah di berbagai tempat dari sabang sampai Merauke yang telah di ikutinya, Syiah berdusta dan ngeles saat sudah terpojok dengan ditunjukkan kitab-kitab mereka sendiri. Biasanya mereka ngeles dengan mengatakan “Hadits dalam kitab itu tidak mu’tabar” dan “Itukan syiahnya Ijabi, ABI tidak demikian,” dan lain lain.
“Kalau bukan taqiyah bukan Syiah namanya,” simpul Kiai .(azmuttaqin/arrahmah.com)

Warga NU: Bersihkan NU dari agen-agen Liberal, Syiah, mata-mata Zionis!