Friday, August 7, 2015

Singkirkan Benalu-Benalu di NU, Kembalikan Ke Ajaran Awal Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari

Oleh: Ust Munir Sokheh*
Sangat berbahaya bagi kelangsungan masa depan NU. Sosok-sosok elit NU seperti Prof Said Agiel Siradj, Masdar F Mas’udi (sosok menyamakan Zakat dengan Pajak), Gus Mus (Penasehat LibForAll), Ulil Abshar abdalla (Mantan kordinator JIL, mantunya Gus Mus), Abd Moqsith ghazali (pemuja Pluralisme agama), Zuhairi Mishrawi, Siti Musdah mulia (anti poligami, tetapi bela kaum homo-lesbi), Nuril Arifin (pemuja Gus dur), Alawi Nurul Alam (Pro Syiah) dan lain sebagainya adalah sederetan orang-orang yang sangat berbahaya bagi kelangsungan masa depan NU.
Mereka mendukung dan menyebarkan ajaran Syiah dan paham Liberal bahkan menjadi Misionaris-misionaris “bayaran” yang mengatasnamakan nama besar NU.

Jika tanaman benalu mulai tumbuh di sebuah pohon, maka akan terus tumbuh dan menjalar ke berbagai sisi pohon, lalu mengikis habis dan merusak pohon tersebut. Tentu bagi pemilik pohon yang ingin pohonnya tetap bersih dan sehat, dia akan segera bertindak cepat membersihkannya dari benalu-benalu tersebut sebelum pohon itu menjadi rusak. Sifat dasar benalu yang bersifat perusak itulah yang selalu tidak disukai oleh semua orang sehingga harus disingkirkan dan dibuang agar tidak mendatangkan kerusakan sehingga pohon tetap selalu sehat dan bermanfaat. Nahdlatul Ulama (NU) yang telah didirikan oleh para ulama besar Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari adalah laksana pohon besar yang tumbuh berkembang dan berbuah. Buahnya selalu bermanfaat bagi umat. Memberikan keteduhan serta kedamaian bagi umat. Ini semua berkat keikhlasan hati dan bersihnya niat dengan landasan takwa dari para pendirinya.
Sebagai Ormas Islam dengan jumlah pengikut sekitar 80 juta orang, NU telah banyak berjasa menyokong umat Islam dalam kehidupan sosial maupun bernegara. Hiruk pikuk perjuangan dan jihad fi sabilillah oleh umat Islam Nahdliyin dalam merebut kemerdekaan RI tidak bisa dilupakan dan dipisahkan dari sejarah bangsa indonesia. Sumbangsih NU dalam peran serta bernegara dan berbangsa serta bermasyarakat memang tak lepas dari Visi dan Misi berdirinya NU dalam merealisasikan Amanah Allah SWT bagi hamba-hambanya-Nya untuk menjadi khoirul ummah yang menjalankan fungsinya dalam melaksanakan kewajiban AMAR MA’RUF dan NAHI MUNGKAR. Itulah kunci utama keberadaan NU di Indonesia.
Dibangun dengan landasan ussisa ‘alat taqwa, sehingga lebih layak dan pantas untuk diikuti dan diteladani, karena di dalamnya banyak sekali orang-orang salih yang bertakwa kepada Allah SWT sebagaimana layaknya sebuah masjid yang dibangun atas dasar takwa kepada Allah, sehingga memiliki kredibilitas dan kepatutan untuk menjadi tempat beribadah kepada Allah. Sebagaimana difirmankan oleh Allah SWT dalam surah At-taubah: 108. ” …Sesungguhnya masjid yang didirikan atas dasar takwa (masjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu shalat di dalamnya. Di dalamnya ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan Allah menyukai orang-orang yang bersih”.
Sayangnya, dalam perkembangan kehidupan NU sekarang telah banyak mengalami perubahan. Kebanyakan elit-elit NU telah melupakan asas-asas NU, melupakan wasiat-wasiat para pendirinya khususnya Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari yaitu MENEGAKKAN dan MELESTARIKAN AQIDAH AHLUSSUNAH WAL JAMA’AH. Inilah yang tidak dilaksanakan secara konsekuen, bahkan sebaliknya yaitu mendukung dan menyebarkan ajaran-ajaran yang sangat bertentangan dengan ajaran Ahlussunah Waljamaah.
Sosok-sosok elit NU seperti Prof Said Agiel siraj, Masdar F Mas’udi (sosok menyamakan Zakat dengan Pajak), Gus Mus (Penasehat LibForAll), Ulil Abshar abdalla (Mantan kordinator JIL, mantunya Gus Mus), Abd Moqsith ghazali (pemuja Pluralisme agama), Zuhairi Mishrawi, Siti Musdah mulia (anti poligami, tetapi bela kaum homo-lesbi), Nuril Arifin (pemuja Gus dur), Alawi Nurul Alam (Pro Syiah) dan lain sebagainya adalah sederetan orang-orang yang sangat berbahaya bagi kelangsungan masa depan NU. Mereka sudah tidak setia lagi dengan ajaran-ajaran luhur NU. Mereka telah membelot dari para pendahulunya. Mendukung dan menyebarkan ajaran Syiah dan paham Liberal bahkan menjadi Misionaris-misionaris “bayaran” yang mengatasnamakan nama besar NU.
Banyak dari kaum awam yang terpesona dengan propaganda mereka, bahkan menjual aqidah demi meraup pundi-pundi Dolar dan jabatan. Mereka telah menjadi corong Syiah dan corong liberal, sehingga membuat NU saat ini ternoda.
Mereka ini BENALU-BENALU yang harus segera disingkirkan sebelum meracuni generasi-generasi muda NU. Sungguh suatu kebodohan manakala orang-orang seperti itu masih dibiarkan eksis di tubuh NU pasca Muktamar ke 33 di Jombang. Masih belum ada kata terlambat untuk menyelamatkan NU.
Akhirul kalam, Semoga Allah senantiasa memberikan rahmat kepada para Kyai dan Santri. Wallahu’allam bisshowwab

*(Member Grup Telegram “Pejuang Aswaja” yang diasuh Gus Luthfi Bashori)
(nahimunkar.com)