Tuesday, September 22, 2015

Apakah Para Ulama Atjeh Yang Mengumandangkan Perang Sabil Melawan Penjajah Belanda Adalah PARA ULAMA WAHABI??

Bismillahirrohmanirrohim. o

Apakah Para Ulama Atjeh Yang Mengumandangkan Perang Sabil Melawan Penjajah Belanda Adalah PARA ULAMA WAHABI


Nasihat untuk Ahlus Sunnah Aceh dan Seluruh Negeri (Disertai Jawaban Ilmiah Atas Fatwa Sesat dari MPU Aceh)
Kadis Syariat Islam Aceh: Siapa Salafi Wahabi? Tunjukkan!
Fatwa MPU Aceh No. 9 Tahun 2014 Terkait Manhaj Salaf Tampak Janggal Dan Terkesan Tidak Ilmiyyah, Bertentangan Dengan Dalil Alquran Dan Sunnah. Berseberangan Dengan Fatwa Yang Pernah Dikeluarkan Oleh MUI Jakarta Utara Tentang Salafi. Tidak Jujur Menyalin/Memahami Manhaj Salaf Dari Tokoh-Tokoh Salafi Aceh, Dilakukan Tanpa Proses Peradilan Di Mahkamah Syar’iyah Dan Terkesan Ada Vested Interested.
Index ”Ahlus Sunnah Wal Jama’ah”

(SEKEPING SEJARAH MAKLUMAT BERSAMA ULAMA SERAMBI MEKAH TERUNTUK PEMBENCI DAKWAH TAUHID)

Berikut ini salinan dokumen maklumat bersama para ulama SERAMBI MEKAH yang mengumandangkan perjuangan suci Perang Sabil, jihad fi sabilillah melawan penjajah Belanda:
maklumat bersama para ulama SERAMBI MEKAH 00
Dan berikut ini adalah salinan dokumen maklumat bersama ulama Atjeh tatkala berjuang menjaga kemurnian syariat Islam dari kebid’ahan dan praktek-praktek menyimpang yang diatasnamakan kepada Islam:


IMG-20150625-WA0003

maklumat bersama para ulama SERAMBI MEKAH 02

Copy salinan Maklumat Bersama yang beredar saat ini:

maklumat bersama para ulama SERAMBI MEKAH 04
Itulah gambaran riil dari salinan dokumen sejarah Maklumat Bersama para ulama Actjeh yang mengumandangkan Perang Sabil melawan penjajah Belanda dan mengumandangkan pula perang melawan Bid’ah dan keyakinan-keyakinan yang bisa merusak keTauhidan kaum muslimin.
Pertanyaannya:
Dengan bukti itu semua apakah mereka akan tetap berupaya menipu dan menutup-nutupi sejarah perjuangan Ulama Atjeh dan menggelari para ulama tersebut sebagai WAHABI (untuk mewujudkan kebencian mereka terhadap dakwah Tauhid dan pemerintah negeri Saudi sebagaimana juga kebencian yang sama yang diteriakkkan oleh jaringan Takfiri Irhabi ISIS, Al Qaidah, NII – Ba’asyiriyun) seperti teriakan para Takfiri Syiah PengKafir Shahabat Nabi Muhammmad shallallahu ‘alaihi wa sallam dan yang semodel budaya beragamanya dengan mereka?!?
JAS MERAH,  JAngan Sekali-kali MEnipu sejaRAH.
====
Berikut salinan isi maklumat bersama para ulama SERAMBI MEKAH:

Maklumat – Bersama

Kami Ulama2 Atjeh, Pengurus2 Agama, Hakim2 Agama dan Pemimpin2 Sekolah Islam Keresidenan Atjeh,  dalam Konperensi Djabatan Agama Keresidenan Atjeh jang berlangsung mulai tgl. 20-24 Maret 1948 di Kutaradja.
MEMPERHATIKAN
Bahwa hal – hal jang tersebut di bawah ini jaitu :
1. Kenduri kematian (kenduri pada hari kematian, kenduri djirat, kenduri seperti seunudjoh dan sebagainya).
2. Kenduri Maulid seperti jang makrup dan banyak dikerdjakan dizaman lampau.
3. Kenduri pada perkuburan (seperti pada perkuburan Tgk. Di Andjuong, Potjut Samalanga, Potjut Dibarat dan sebagainya, kenduri ditepi Laut, dibawah djurung di bawah pohon-pohon jang besar dihutan dan sebagainya), jang menurut anggapan penduduk untuk melepaskan nazar dan tulak bala.
4. Memberi sedekah pada hari kematian (sedekah waktu majat diturunkan dari rumah, setelah sembahjang Djenadjah, pada perkuburan dan sebagainya).
5. Mengawal Perkuburan seperti jang berlaku dan banjak dikerdjakan dizaman jang lampau.
6. Bang (adzan,-ed.) waktu memasukkan majat kedalam kubur.
7. Membina perkuburan (membuat tembok sekeliling kubur, membuat sesuatu bina diatas kubur).
8. Ratib salik dan ratib di perkuburan, seperti jang berlaku dan banjak dikerdjakan dizaman jang lampau.
9. Membaca Qur’an di rumah orang mati seperti adat jang telah berlaku, begitu djuga diperkuburan telah menjadi adat jang menurut anggapan penduduk tidak boleh ditinggalkan, karena disangka termasuk dalam Agama padahal tidak.
MENGETAHUI
Bahwa didalam Agama tidak ada satu alasan atau dalil dari Kitab Allah, Sunnah Rasulullah, Idjma’ Ulama dan Kias jang menunjukkan bahwa pekerdjaan – pekerdjaan itu disuruh atau sekurang kurangnya diizinkan mengerdjakan.
MENIMBANG
Bahwa hal2 tersebut :
a. Sebahagiannja merusakkan tekad ketauhidan kaum Muslimin.
b. Sebahagiannja melemahkan semangat beribadat.
c. Sebahagiannja membawa kepada membuang harta pada bukan tempatnya (tabzir) jang dilarang oleh Agama.
d. Umumnya mentjemarkan nama Islam dan kaum Muslimin dimata Dunia.
MEMUTUSKAN
1. Pekerdjaan-pekerdjaan tersebut tidak diizinkan oleh Agama mengerdjakannya.
2. Setjepat mungkin pekerdjaan – pekerdjaan itu musti ditinggalkan.
Demikian supaya seluruh masjarakat kaum Muslimin mendapat maklum dan mengamalkan keputusan ini.
Kutaradja, 5 Mei 1948
Atas nama : Ulama – Ulama seluruh Atjeh.
d.t.t.o.
(TGK. M. DAUD BEUREUEH)
Atas Nama :
Pengurus2 Agama Seluruh Atjeh.
Kepala Djabatan Agama bhg Islam.
d.t.t.o.
(TGK. ABDURRAHMAN)
Atas nama Hakim – Hakim Agama Seluruh Atjeh.
Kepala Mahkamah Sjar’ijah Kres. Atjeh.
d.t.t.o.
(Tgk. H. Ahmad Hasballah Indrapuri)
Atas Nama : Pemimpin2 Sekolah Islam.
Pemimpin Sekolah Islam Kab. Atjeh Besar.
d.t.t.o.
(IBRAHIM AMIN)
Diketahui dan disetudjui oleh
Wkl. Kepala Pedjabat Agama Kres. Atjeh
d.t.t.o.
(TGK. M. NOER el IBRAHIMI)
Disalin kembali oleh
Kepala Kantor Urusan Agama
Ketjamatan Bukit/Nosar Takengon.
d.t.t.o.
(ABD DJALIL B.H)

3 comments to JAWABLAH (!!) Apakah Para Ulama Atjeh Yang Mengumandangkan Perang Sabil Melawan Penjajah Belanda Adalah PARA ULAMA WAHABI??
abu umar
25/06/2015 at 16:49 · Reply
Bismillah..
Ulama aceh awal berjalan diatas Sunnah.. dan para raja raja aceh dahulu juga berjalan diatas Sunnah Rasulullah.. Seingat ana yg membawa islam pertama keaceh dr kalangan antara Sahabat dan murid2 Sahabat, bahkan termasuk cicit Ali bin abi thalib.. kerajaan islam pertama diaceh adalah jumpa bireun bukan pase (aceh utara). Bagi yg ingin meneliti islam pertama diaceh bisa dtg ke MAA provinsi aceh dan menjumpai abdurrahman kaoy (sejarawan aceh) alhamdulillah beliau mengetahui semuanya bahkan termasuk murid abu daud beureuh rahimahullah.. bahkan soekarno presiden pertama indonesia mengakui dakwah yg dibawa oleh syaikhul islam muhammad bin abdul wahab adalah dakwah pemurnian tauhid.
Ana pernah diuji oleh abdurrahman kaoy (sejarahwan aceh) dirumah beliau.. ketika melihat ana beliau tersenyum dan mengatakan itu ada dokumen (album foto ulama aceh/nasional/internasional) ketika ana lihat ada foto Syaikh al-banni yg beliau dpti digogle. Ketika ana katakan wahai abu.. bukankah ini syaikh al-banni? Beliau mengisyaratkan untuk ana bercerita tentang syaikh.. ketika ana ceritakan beliau kembali tersenyum “tanda kebenaran cerita”
ketika ana bercerita tanpa ragu sedikitpun ALHAMDULILLAH, Allah telah memberikan ana keteguhan hati di Atas Sunnah Rasulullah.
ana bercerita tentang kejahilan/kebodohan pesantren2 skrg diaceh atas fitnah mereka terhadap syaikhul islam maka abdurrahman kaoy hafizhahullah (sejarawan aceh) hanya senyum lagi membenarkan tentang sejarah syaikhul islam bahwa tidak salah.
aceh – pidie – sigli – benteng
Saif As-Salafi (Abu Umar)
abuwildan aljakarty
25/06/2015 at 14:33 · Reply
Semoga Alloh Jalla Sya’nuh memberikan ganjaran pahala yg utama atas sikap dan komitmen para Ulama Atjeh tsb..
Alloohu Akbar.. Alloohu Akbar..!
abu ayman
25/06/2015 at 10:49 · Reply
Masya Allah. baarakallahufiykum ya akhiy. semoga membuka mata para pendengki dakwah tauhid di Aceh. jazakumullahu khairan ya akhiy. antum perhatian juga dengan fakta yang sekarang sedang terjadi di aceh. baarakallahu fiykum ya akhiy.terus lah menyampaikan al haq.
Problematika Idrus Ramli, Jawa dan "Wahabi" Di Aceh

Oleh: Fitra Hudaiya NA
Beberapa hari yang lalu, dunia Islam Aceh dihebohkan dengan acara besar-besaran yang diadakan oleh umat Islam di daerah tersebut, acara itu diberi nama “Parade Ahlussunnah wal Jama’ah”.  Semangat dan antusias masyarakat Aceh pun membuat acara ini semakin meriah.

Tidak lupa pula, acara ini dihadiri oleh seorang tokoh Nahdhatul Ulama (NU) Nasional yaitu Kyai Haji Idrus Ramli Hafizhahullah.  Secara umum  ini merupakan acara yang sangat bagus, yang mana semangat perjuangan masih diwarisi oleh generasi-generasi negri Serambi Mekah itu. Walaupun,  ada hal-hal  yang bagi saya pribadi itu merupakan sebuah keganjilan, diantaranya adalah ketika nama “Wahabi” disandingkan dengan Syi’ah dan PKI.

Jikalau kita mau Inshaf dan jujur, maka akan terlihat di sana perbedaan yang sangat jauh antara  “Wahabi”, Syi’ah dan PKI. Orang yang dituduh sebagai Wahabi adalah mereka yang berusaha kembali ke ajaran Tauhid yang murni, mereka adalah ahlussunnah wal Jama’ah. Adapun Syi’ah dan PKI, mereka jelas-jelas musuh Islam, menghancurkan Islam dari dalam. Sehingga tidak selayaknya tiga “Kelompok” itu disamakan.  Maka benarlah pernyataan seorang tokoh NU, Habib Ahmad Zain al-Kaf bahwa Wahabi itu adalah saudara kita Ahlussunnah wal Jama’ah sedangkan Syi’ah Bukan.

Ikhwati Fillah, Karena dasar cinta yang sangat dalamlah diri ini tergerak untuk  menulis  Risalah yang mungkin memiliki banyak kekurangan ini. Saya mencintai Kyai Idrus Ramli Hafizhahullah, saya mencintai Jawa, dan saya juga mencintai Aceh. Rasa cinta itu dibangun bukan karena Qaumiyah (Nasionalisme) juga bukan karena Fanatik Jahiliyah, melainkan cinta yang dibangun atas dasar Islam.

Banyak  pihak mendukung kedatangan Kyai Idrus Ramli ke Aceh, dan ada sebagian yang menolak. Bagi yang mendukung semoga Allah merahmati mereka semua, adapun bagi yang kontra dengan berdalihkan “Jangan mau dijajah atau dibodohi oleh orang jawa”  atau dalih yang lainnya seperti “Jangan karena satu orang Jawa kita diadu domba”, maka saya berdoa semoga Allah membuka hati kita semua.

Saudaraku tercinta, pada hakikatnya kita dahulu saling berpisah, saling bersekat-sekat dan tidak bersatu. Akan tetapi kedatangan Islam menghapus itu semua, menghilangkan sekat-sekat pembeda serta melenyapkan fanatik kesukuan, sehingga kemuliaan seseorang bukanlah dinilai dari hebatnya suku atau Nasabnya melainkan dari keimanan dan ketakwaan yang tertancap pada dirinya. Ini senada dengan Firman Allah Ta’ala dalam Surat al-Hujurat ayat 13: “Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu…”

Jadi, dalam masalah ini, yang mengadu domba kita bukanlah “Jawa” ataupun yang lainnya, melainkan musuh-musuh Islam dan pihak yang memiliki kepentingan pribadi. Saudaraku yang dirahmati Allah, kuatkan barisan, kokohkan persatuan. Demi Allah, orang Yahudi dan Nasrani tidak akan pernah rela terhadap kita kaum mukmin sampai  kita mengikuti agama mereka. Wal Iyaadzu billah

Saya bangga dengan adanya sosok seperti Kyai Idrus Ramli di tubuh NU, sosok yang sangat getol menjaga warga NU dari serangan musuh. Kita juga melihat bagaimana video beliau berdebat dengan orang Syi’ah dan video diskusi beliau dengan saudara-saudara kita dari kalangan Salafi. Tapi pernahkah kita bertanya “Mengapa yang sering diulang-ulang dan yang paling heboh di media sosial adalah video diskusi beliau dengan “Salafi” atau “Wahabi”, sedangkan video debat denga Syi’ah nyaris jarang dimunculkan di permukaan. Ini kerjaannya siapa?. Maka ingatlah wahai saudaraku, bahwa dibalik perpecahan kita sekarang ini ada musuh besar Ahlussunnah Wal Jama’ah yaitu syetan dari golongan jin dan manusia.

Terakhir, harapan saya yang faqir ini kepada Kyai Idrus Ramli yang terhormat dan tokoh semisalnya agar tidak datang lagi ke Aceh jika itu hanya memecah belah persatuan. Dan kepada saudaraku seiman perlu digaris bawahi bahwa problematika kedatangan Kyai Idrus Ramli ke Aceh jangan menjadikan kita yang kurang setuju beranggapan serta mengatakan ini adalah “Jawa” yang mengadu domba masyarakat kita, saya pribadi jujur kurang setuju dengan kehadiran beliau dalam acara itu, karena cenderung membuat musuh tertawa melihat perpecahan yang semakin meruncing. Ala Kulli Hal semoga Kyai Idrusl Ramli juga Inshaf dan tidak gagal memahami sejarah sehingga kesatuan umat Ahlussunnah wal Jama’ah bisa tercapai. Salam Ukhuwah  Akhukum Fillah Fitra Hudaiya NA.

Pengikut Sunnah Kok Dicap ‘Wahabi’

Penulis: Ust. Fitra Hudaiya, NA
Melihat realita akhir-akhir ini, rasa sedih itu kembali muncul. Ketika umat Islam diadu sesama mereka. Perbedaan pendapat dijadikan oleh musuh sebagai bahan untuk terus mengobok-obok benteng pertahanan umat yang mulia ini. Terkhusus isu yang sering diangkat oleh pendengki Islam adalah isu “Wahabi”. Iya, isu “Wahabi”. Entah mengapa, isu ini sangat laku di masyarakat kita. Padahal isu busuk ini diciptakan oleh musuh Islam, akan tetapi malah yang menyebarkannya adalah kita sendiri.
Apakah kita tidak takut dilempar ke dalam neraka sejauh 70 tahun perjalanan disebabkan perkataan kita yang tidak kita sadari, terlebih lagi jika perkataan itu kita sadari, bahkan mungkin memang sengaja kita ingin menyebarkannya. Wal Iyaadzu billah.
Mari buka hati dan mata kita, jangan sampai kita menilai sesuatu dimulai dengan prasangka buruk, apakah kita sudah benar-benar mengetahui siapa yang kita sebut-sebut dengan “Wahabi” itu, sehingga tidak jarang dari kita ada yang mendiskreditkan mereka.Seolah-olah mereka adalah musuh utama kita, musuh yang lebih keji daripada Yahudi dan Nasrani.Nastaghfirullah, Belum tentu kita lebih baik dari mereka, bahkan jujur Demi Allah saya mendapatkan dalam tubuh mereka kesungguhan yang sangat kuat dalam mengikuti sunnah, ukhuwah Islamiyah serta persaudaraan yang kuat di Jalan Yang Maha Pemilik rahmah. Allah Akbar.
Perlu diperhatikan bahwa mereka adalah saudara kita, landasan mereka dalam beragama sama seperti landasan kita. Kitab mereka adalah Al-Quran sebagaimana kitab kita juga al-Quran. Rujukan mereka dalam masalah hadits juga sama seperti rujukan kita. Rukun Iman dan Rukun Islam kita sama, hanya saja mungkin kita berbeda pendapat dengan mereka dalam beberapa hal, akan tetapi perbedaan itu bisa ditoleransi.
Saya tidak akan bosan-bosan mengajak saudara-sadaraku yang saya cintai untuk membuka hati dan mata, memandang saudara kita dengan pandangan rahmat dan jangan memandang dengan padangan laknat. Mari kita sudahi pertikaian ini. Sudah cukup kiranya kita menjadi santapan empuk musuh. Kita bertikai hanya disebabkan perkara kecil yang dibesar-besarkan. Apakah kita rela melihat musuh-musuh tertawa bertepuk tangan sambil menginjak kepala kita?????  Sudahlah wahai saudaraku, mari kita bersatu dan menyusun kekuatan.
Benarlah sabda Rasul saw, bahwa umat ini kelak bagaikan makanan dalam nampan yang diserbu oleh musuh dari segala penjuru. Bukan karena jumlah mereka yang sedikit, bahkan jumlah mereka banyak akan tetapi bagaikan buih yang tidak berkutik.
Tidak kita pungkiri juga, bahwa sebagian saudara-saudaraku dari kalangan yang mengatakan diri mereka Salafi/Muwahhid (yang dituduh “Wahabi”) terkadang berlaku mudah menyalahkan dalam berdakwah. Mari kita berlaku lembut serta memahami realita.  Kita sama-sama Inshaf dan mengakui kesalahan kita, ini semua untuk mengokohkan benteng kita dari serangan musuh.
Demi Allah saya menulis tulisan ini dari hati yang paling dalam, karena saya mencintai semua saudara-saudara seiman. Walaupu masih banyak kekurangan, setidaknya bisa melengkapi tulisan-tulisan yang lain.  Saya hanya tidak ingin generasi kita larut dalam pertikaian ini dan menjadi santapan empuk musuh. Oleh karenanya, mari  kita bersatu demi menegakkan Islam di muka bumi ini.

Salam ukhuwah Akhukum fillah al-Faqir Fitra Hudaiya NA

JERITAN PUTRA ACEH UNTUK IDRUS ROMLI

Tulisan ini aku tujukan ke hadapan Yang Mulia Kiyai Haji Muhammad Idrus RamliHafizahullah. Anggap saja tulisan ini sebagai “surat cintaku” kepadamu. Bukannya aku tidak mengenal kantor Pos, bukan pula aku tak punya ongkos, tapi sengaja kutulis surat ini di sini, agar saudara-saudaraku dan juga saudara-saudaramu dapat membaca surat ini. Meskipun surat ini kutujukan kepadamu, tapi tidak ada secuil rahasia pun dalam surat ini.

Idrus Ramli yang dirahmati Allah, sebelum berpanjang kalam, izinkan aku untuk memperkenalkan diriku padamu. Bukan berarti aku begitu penting untuk engkau kenal, tapi aku hanya menjalankan firman Tuhanku, bahwa kita diciptakan bersuku-suku dan berbangsa-bangsa untuk saling mengenal. Sama halnya seperti dikau yang tak mengenal diriku, pada hakikatnya aku pun tidak mengenal dirimu, aku cuma tahu sedikit saja tentang dirimu. Baiklah, perkenalkan, Aku ini orang Aceh yang lahir di Aceh dan bernenek-moyang Aceh.

Idrus Ramli yang berbahagia, kemarin (10 September 2015) orang-orang di “negeriku” telah melaksanakan satu acara yang mereka sebut sebagai “Parade Ahlussunnah Waljama’ah”. Dalam surat ini, aku tak hendak mengomentari acara tersebut, tersebab aku tahu bahwa itu adalah hak mereka sebagai warga negara. Mereka mau buat parade, karnaval, maraton, jalan santai atau apapun namanya, itu tidaklah menjadi urusanku. Cuma saja, aku “dengar-dengar”, dikau turut hadir dalam acara itu.

“Sayangku” Idrus Ramli, aku menulis surat ini singkat saja, karena aku tahu engkau tidak punya cukup waktu untuk berlama-lama membaca surat ini. Aku sangat paham akan jadwalmu yang “super sibuk”, hari ini engkau diundang ke Aceh, mungkin besok lusa engkau di undang ke Papua. Kesibukanmu dapat kumaklumi karena engkau adalah “Singa Aswaja” di Asia Tenggara, demikian khabaran yang kudengar dari kawan-kawanmu.

Begini Idrus Ramli, dalam acara “parade” itu, aku melihat beberapa spanduk yang berisikan penolakan terhadap Wahabi, PKI dan Syi’ah. Seperti aku katakan di atas, itu bukan urusanku, karena spanduk itu milik mereka dan yang menulis pun mereka. Cuma saja, aku merasa heran kepada dirimu yang turut memposting foto-foto itu di akunfacebookmu. Engkau nampaknya sangat setuju dengan tulisan-tulisan itu. Secara tidak langsung, engkau telah ridha jika Wahabi disederajatkan dengan PKI dan Syi’ah. Meskipun engkau paham, bahwa Wahabi bukanlah Syi’ah, dan Syi’ah pun bukan Wahabi. Aku yakin seyakin yakinnya bahwa dikau juga paham bahwa Wahabi bukanlah PKI, dan PKI bukanlah Wahabi. Tapi engkau terlihat sangat berbahagia memposting foto-foto itu di facebookmu.

Idrus Ramli yang berbahagia. Soal kedatanganmu ke Aceh, pada prinsipnya tidaklah menjadi urusanku, karena engkau memakai biayamu sendiri. Aku juga paham bahwa kedatanganmu bukanlah “murni” kehendakmu, tapi hanya sekedar memenuhi undangan. Tapi, kemarin engkau pasti telah mendengar dan membaca di spanduk-spanduk bahwa Wahabi tidak layak hidup di Aceh. Dalam hal ini, aku melihat keterlibatanmu sudah terlalu jauh. Engkau telah turut campur dalam urusan rumah tangga kami (Aceh) yang semestinya bisa terselesaikan tanpa kehadiranmu.

Idrus Ramli yang dimuliakan Allah, terkait kebencianmu terhadap Wahabi, itu adalah hakmu, tiada yang mampu melarangmu untuk menebar kebencian terhadap Wahabi. Silahkan dikau membenci Wahabi, tapi lakukan itu di tanahmu sendiri (Jawa), jangan engkau “tebar kebencian” di tanah kami (Aceh). Jika pun Wahabi ingin diusir dari Aceh, maka biarlah itu menjadi urusan masyarakat Aceh, tanpa perlu engkau melibatkan diri.

Idrus Ramli “sayangku”, saat ini kaum muslimin di Papua tengah diuji. Engkau tentu ingat beberapa waktu lalu mesjid mereka dibakar. Datanglah ke sana untuk memberi peringatan kepada pihak-pihak yang telah “mengganggu” saudara-saudara kita. Engkau juga pasti tahu, bahwa kaum muslimin di Suriah juga hidup dalam kesusahan dan terpaksa mengungsi menghidari perang akibat kekejaman si Basyar yang telah melampau batas. Datangilah mereka, bantu mereka, semangati mereka, karena mereka adalah saudara-saudara kita seiman. Dan yang terpenting, lupakanlah Aceh!

Sebelum aku mengakhiri surat ini, aku pertegas kembali bahwa surat ini aku tujukan kepada engkau seorang wahai Idrus Ramli “tersayang”, bukan untuk yang lain. Idrus Ramli “cintaku”, di akhir surat ini, aku berharap agar engkau tidak lagi “mengusik” kebersamaan kaum muslimin di tanah kami (Aceh). Biarkan Aceh kami hidup damai. Kami sudah lelah berperang. Pergilah, pergilah, dan pergilah engkau, pulang ke “negerimu”.