Saturday, September 26, 2015

Jamaah Haji Indonesia Mematahkan Tudingan Media Pro Syiah tentang Musibah Mina

Askar atau Petugas Keamanan Selalu SiagaNyamanya Perjalanan
Sabtu, 26 September 2015
Oleh : A Humaira
Islamedia – Salah seorang jamaah haji asal Indonesia bernama Salkamal Tan menjawab tudingan media pro syiah tentang musibah Mina yang terjadi pada hari kamis(24/9/2015).
Melalui akun Facebook pribadinya, Salkamal mengungkapkan fakta-fakta yang sangat mencengangkan, bagaimana pelayanan pemerintah Arab Saudi dalam melayani jamaah haji. Fakta ini sekaligus mematahkan tudingan dari para media pro syiah bahwa Pemerintah Saudi tidak memberikan pelayanan bagi jamaah haji.
Berikut ini tulisan lengkap Salkamal Tan yang berjudul SAATNYA SYIAH SERANG SAUDI, yang diunggah ke Facebook, jum’at(25/9/205).
SAATNYA SYIAH SERANG SAUDI
Setelah kejadian musibah di Mina tepat nya di jalan menuju areal pelontaran jumrah lantai pertama yang mengakibatkan syahidnya lebih dari 700 jiwa. Saya sudah tahu tidak lama kaum syiah, simpatisan syiah, yang disupport oleh JIL akan memanfaatkan moment ini untuk menyerang Arab Saudi.
Lewat berbagai corong media fitnah mereka dan media sosial akan terus menyuarakan hingga umat Islam di Indonesia pun akan berubah pikiran. Salah duanya adalah media arrahmahnews.com dan metrotv.
Kini saatnya syiah dan pendukung nya terus menyebar fitnah dengan berbagai cara.
Salah satunya lewat musibah Mina yang terjadi 24 September 2015. Mereka akan menyalahkan kerajaan Arab Saudi sebagai penyebab satu satunya musibah tersebut.
Tapi benarkah demikian?
Akhirnya saya coba menjalani apa yang dilakukan para jamaah dengan melontar jumrah pada waktu yang afdhol di pagi hari.
Perjalanan dari maktab ke lokasi jamarat hingga kembali ke maktab dengan jarak tempuh sekitar 10 km pulang pergi dapat ditempuh dalam waktu 2 jam.
Bayangkan jutaan umat manusia berjalan bersama untuk melontar jumrah. Kami semua berjalan sesuai jalur dan waktu yang ditentukan oleh penyelenggara haji.
Alhamdulillah tidak ada halangan berarti. Fasilitas melontar jumrah telah dibangun hingga 4 lantai agar dapat menampung jutaan jamaah, dibuatkan pembagian jalur di tiap negara itu lah kenapa dalam musibah Mina yang terbanyak menjadi korban dari benua Afrika, karena memang lokasi kejadian adalah jalur khusus jamaah asal Afrika. Jika ada jamaah Indonesia yang menjadi korban diduga karena tersesat dan terjebak di lokasi kejadian atau memang jamaah menganggap melontar jamaah harus melontar di lantai satu (ada sebagian jamaah Indonesia memiliki pandangan demikian).
Jalur menuju jamarat Indonesia bersama negara negara Asia Tenggara, Asia Timur, pecahan Uni Soviet dan beberapa India, Pakistan atau Bangladesh. Bersama jamaah asal negara tersebut membuat perjalanan menuju jamarat menjadi menyenangkan karena terasa seperti jalan santai. Akan berbeda halnya bila bersama dengan jamaah asal Afrika, sudah menjadi rahasia umum seluruh jamaah haji di dunia tahu bahwa karakter jamaah asal Afrika suka terburu buru, tidak suka antri, kurang sabar dan kadang tidak peduli orang lain sehingga beberapa sering menyakiti orang lain.
Sepanjang perjalanan bangunan terowongan Mina sangat membantu mempercepat perjalanan, tidak seperti tulisan salah satu pendukung syiah yang menganggap bangunan tersebut seperti penjara beton, bahkan berhala. Nyaman karena petugas berjaga di sepanjang perjalanan, siap memercikkan air di wajah jamaah yang kepanasan, mengarahkan jamaah agar tidak salah jalur, disediakan jalur eskalator membantu sedikit jamaah yang kelelahan, bahkan ada polisi yang membantu seorang anak kecil untuk melontar jumrah.
Beberapa kejadian yang berpotensi menimbulkan musibah segera diantisipasi petugas, seperti:
1. Jamaah berjalanan berlawanan arah, pasti akan dilarang petugas dan berjalan mengikuti jalur yang ada.

2. Jamaah yang berjalan terburu buru sehingga tidak peduli menabrak orang sekitarnya hingga jatuh. Paling banyak kejadian seperti ini bila berjalan beriringan dengan jamaah asal Afrika. Alhamdulillah jalur Indonesia berbeda dengan mereka.

3. Jamaah, beberapa jamaah, atau rombongan jamaah tiba2 berhenti di tengah jalur sehingga mengganggu perlintasan jamaah lain. Saya saja saat ingin memperbaiki sandal diminta bergeser ke tepi agar tidak mengganggu jamaah lain. Bahkan petugas tidak segan memaksa jamaah untuk segera bergerak agar tidak memicu kebuntuan.
4. Melontar jamrah sembarang tanpa memperhatikan jamaah di sekitarnya karena terkadang saat tidak tepat sasaran akan mengenai atau melukai jamaah lain.
5. Jamaah tidak mempersiapkan diri dengan baik seperti fisik, bawa air minum, pelindung diri padahal sudah disediakan semua.
Jadi dari beberapa hal dapat ditarik beberapa kemungkinan penyebab salah satunya kemungkinan ada satu rombongan berhenti, macet, ditambah karakter jamaah asal Afrika yang tidak sabar dan grasak grusuk terjadilah musibah massal.

Lalu media fitnah satuislam.org menyebut karena salah satu anggota kerajaan dan pasukan ingin masuk ke dalam jalur pelontaran sehingga menyebab kepanikan jamaah.
Itulah fitnah yang disebarkan.
Rasanya tidak masuk logika bila tidak ada jalur khusus keluarga kerajaan yang membuat mereka lebih mudah mencapai lokasi pelontaran. Silahkan tanyakan kepada tamu kerajaan Arab Saudi yang berhaji Apakah sama jalur pelontaran yang dilalui dengan jamaah biasa? Pastinya beda, ada jalur khusus untuk itu.
Lantas bagaimana dengan penanganan korban yang dituduhkan tidak manusiawi.
Issue ini dihembuskan hanya oleh orang orang yang tidak paham evakuasi massal dalam kejadian musibah massal. Prosedur dalam penanganan korban adalah menyelamatkan terlebih dahulu korban yang kondisi nya masih bisa diselamatkan dengan baik dan harapan keselamatan besar.
Saya yakin Kerajaan Arab Saudi sudah berupaya menciptakan sistem kerja dan penanganan musibah dan akan bertanggung jawab atas setiap musibah.
Lantas, masihkah kita menuding Kerajaan Arab Saudi sebagai satu satunya penyebab kejadian musibah tersebut?
Jika ya, berarti mungkin Anda memang syiah, pendukung syiah atau orang yang hanya ikut emosional, atau yang memang tidak tahu apa apa atau malas tahu sehingga enggan untuk konfirmasi.
Berikut foto-foto pendukung yang memperlihatkan pelayanan pihak Pemerintah Arab Saudi dalam melayani Jamaah Haji.

Saksi Mata Insiden Mina: Jemaah Iran Hadang Jalan dan Meneriakkan Slogan Revolusi

Sejumlah saksi mata berpandangan bahwa kecelakaan tragis di Mina terjadi karena ada jemaah haji dalam jumlah besar berkumpul di Jalan 204 di waktu bersamaan.
Hal itu menimbulkan kepanikan yang menyebabkan para korban mati lemas saat mereka berusaha melarikan diri dari kerumunan yang terjadi secara tiba-tiba itu.
Seorang jemaah haji bernama Abdulmunim Al-Safwan mengatakan bahwa sebagian besar korban meninggal adalah orang tua yang berjalan dengan anak-anak mereka. Mereka tak mampu meninggalkan anak-anak mereka di belakang, sehingga mereka bergerak maju dengan cepat dan berdesakan dalam kerumunan, sebuah pekerjaan yang tak mungkin dilakukan.
Penuturan-penuturan dari sejumlah saksi mata mengungkapkan bahwa kerumunan yang berujung pada terinjak-injaknya para jemaah terjadi saat sekelompok jemaah dari Iran yang melintas dari Jalan Souq Al-Arab berbalik arah dan menolak kembali.
Sebagaimana dilansir situs Sabq, mereka mengabaikan arahan dari petugas. Situs itu juga mengutip pernyatan seorang petugas yang mengatakan bahwa, “para peziarah Iran tidak mendengarkan arahan, mengabaikannya dan menghadang kami. Mereka meneriakkan slogan-slogan sebelum insiden terjadi.”
Wakil menteri luar negeri Iran menyatakan bahwa pemerintah Saudi sebagai penyelenggara harus bertanggung jawab atas insiden tersebut. Sejumlah pejabat Iran menyatakan bahwa sebanyak 41 jamaah asal Iran meninggal dalam kejadian itu, dan 60 orang lainnya mengalami luka-luka.
Dalam sejumlah kasus, orang-orang Iran menggunakan kesempatan haji untuk mempromosikan apa yang mereka sebut sebagai revolusi kepada jamaah haji yang lain. Orang-orang Iran berusaha mengubah kesempatan haji sebagai ajang politik mereka, memanfaatkan sejumlah jamaahnya untuk bentrok dengan jamaah lain dan juga petugas keamanan.
Situs itu juga mengungkapkan bahwa baru-baru ini seorang pemimpin kelompok Syiah Hautsi Muhammad Al-Maqaleh menulis pesan di laman Facebooknya.
“Dalam musim haji tahun ini akan ada insiden yang belum pernah disaksikan dalam sejarah. Majulah wahai hamba Allah sebelum musim ini usai, sehingga engkau akan dinobatkan pada hari orang-orang menetap di bukit Arafah,” tulis Al-Maqaleh.
Sejumlah jemaah haji Iran juga pernah menggelar aksi protes yang berujung pada bentrokan berdarah pada musim haji tahun 1987. Setelah itu, Iran diboikot pada musim haji tahun 1988 hingga 1990. Setelahnya, barulah jemaah asal Iran kembali diperbolehkan datang untuk berhaji.
Pada tahun 1987, jamaah asal Iran terlibat dalam kerusuhan dan protes politik. Mereka membawa potret pemimpin mereka Ruhullah Khomeini dan meneriakkan slogan-slogan revolusi Iran serta mengutuk Amerika dan Israel. Mereka juga melakukan penghadangan di jalan-jalan.
Jamaah asal Iran juga pernah berusaha menyerang Masjidil Haram di Mekkah dan memicu bentrokan antara para jamaah dengan petugas keamanan. Insiden terowongan Al-Muaisim menjadi salah satu insiden paling berbahaya yang melibatkan jamaah asal Iran.
Penulis: Imam S.
Sumber: Arabnews