Friday, October 9, 2015

Huru-Hara Akhir Zaman Di Suriah

huru_hara_syam
Suriah dalam Sejarah
Negeri Syam yang dikenal dahulu sekarang terbagi menjadi empat negara. Yordania, Libanon, Palestina dan Suriah yang beribukota Damaskus. Sejarah bumi Syam adalah sejarah yang penuh dengan masa keemasan dan kemuliaan. Negeri tersebut merupakan negeri para Nabi dan Rasul, negeri sahabat, para ulama dan penuntut ilmu dan menjadi tempat hijrah manusia-manusia pilihan di akhir zaman. Sejak Islam masih dini, Damaskus terkenal sebagai kota pelajar. Karena banyaknya sekolah yang ada di sana. Pada masa Salahuddin Al-Ayubi jumlah sekolah mencapai 20 buah, di antaranya; Sekolah Adiliah, Sekolah Dhahiriah, Sekolah Jamqumiah, Sekolah Rawahiah, Sekolah Shalahiah, Sekolah Asadiah, Sekolah `Ashruniah, Sekolah `Aziziah dan lain-lain. Juga terkenal dengan sejumlah perpustakaan. Yang paling terkenal adalah Perpustakaan Sekolah Adiliah. Pada zaman dahulu, Damaskus juga terkenal dengan banyaknya rumah sakit milik lembaga pendidikan kedokteran tertentu dan banyaknya sekolah-sekolah kedokteran.
Sepanjang sejarah kekhalifahan Islam yang silih berganti, Damaskus telah banyak menelorkan ulama besar, seperti; Hafiz Abdul Aziz At-Timiy, Hafiz Abu Zar`ah tokoh hadis terkemuka Syekhul Islam Ibn Taymiah, Ibn `Asakir, Abu Syamah, Ibn Katsir, Ibn Malik, Ibn Syathir, Rashid, Ibnu Baythar dan Ibnu Nafis. Mesjidnya yang paling terkenal adalah mesjid Umawi dan peninggalan sejarahnya yang paling tersohor adalah benteng Damaskus.
Kota para nabi ini terkenl dengan keamanan dan keramahan penduduknya. Ulamanya terkenal dengan keilmuwan dan ketakwaan. Masjid Umawi yang dibangun pada periode Muawiyah menjadi pusat pendidikan islam di zamannya. Dari negeri ini, lahirlah Imam Nawawi, Ibnu Qudamah, Ibnu abidin, Ibnu Taimiyah, Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, Ibnu Katsir dan Imam al-Mizzi. Para penerus mereka seperti Dr. Mustafa az-Zarqa, Syaikh Syuaib Arnauth, Syaikh Abdul Karim Rifai dan Syaikh Usamah Rifai, Prof. Wahbah az-Zuhaili, Dr. Mustafa Dib al-Bugha, adalah para pewaris mereka.
Suriah Kini
Kini, penduduk Suriah juga merasakan beratnya hidup di bawah 2 rezim diktator yang kekejamannya menyamai Namrudz dan Fir’aun. Selama lebih dari 40 Tahun, kaum muslimin ahlussunnah hidup di bawah rezim Asadain(dua Asad), Hafidz Asad dan Basar Asad. Selama masa itu, berbagai penderitaan melanda mereka. Hingga kini tidak kurang dari 4 juta warga Suriah mengungsi ke negeri Tetangga. Libanon, Yordania, Turki hingga ke Eropa, seperti Islandia dan Yunani. Puncaknya, masyarakat dunia ditarik perhatiannya pada Alain Kurdi. Sosok balita yang ditemukan di pinggiran Pantai Turki dalam keadaan tidak bernyawa.
Di masa Hafidz Asad, umat islam ahlussunnah merasakan kekejaman militernya, saat membantai lebih dari 30.000 orang dalam satu hari. Dan kini, dalam waktu kurang dari tiga Tahun, sudah lebih dari 165.000 kaum musli yang menjadi korban kekejaman Basyar Asad. Lebih dari 100.000 orang yang dipenjarkan dengan penyiksaan.
Selama 40 Tahun itu, para Tangan Besi ini memerintah dengan berbagai aturan yang membungkam Syariat Islam dan menjauhkan kaum muslim dari Kitabullah. Para pegawai negeri, dan anak-anak muda dilarang berjamaah di masjid. Setiap khutbah, Khatib harus melaporkan materi khutbahnya sebelum naik ke mimbar. Dan jika terdapat materi yang menyinggung kekuasaan, maka mereka akan merasakan jeruji besi. Akhirnya, mereka sama sekali jauh dari al-Qur’an. Tidak mengetahui kaidah membaca dan tilawahnya. Padahal mereka adalah orang Arab.
Secara logika sebuah bangsa yang mengalami penjajahan fisik dan mental selama 40 Tahun, dengan tingkat kesukaran yang luar biasa, maka tidak mudah bagi mereka untuk bangkit seketika dan mengganti rezim yang ada. Namun yang terjadi sekarang sungguh sangat diluar perkiraan. Sebab, saat angin revolusi Arab Springberhembus, negeri ini justru berubah menjadi tanah Jihad, dan Syaikh Usamah ar-Rifai menyebut bahwa revolusi Suriah sebagai Tsaurah al-Mubaarakah (Revolusi berberkah). Pasalnya, pemuda-pemuda Suriah berubah menjadi angkatan mujahid yang menginginkan tegaknya syariat Islam di Suriah.
Saat ini konflik telah terjadi antara Pasuka Rezim Basyar dengan aliansi Mujahidin seperti Jabhah Nusrah, Liwa’ Al-Ummah, Liwa’ Al-Haq di Idlib, Jundul Aqsha, Liwa’ Umar radhiyallahu ‘anhu, aisy al-Islam, Jabhah as-Syamiyyah, Fastaqim Kama Amarat, Ahrar as-Syam, Fajr al-Khilafah, Tsuwar as-Syam dan Faylaq as-Syam, yang telah bergabung dalam Aliansi Jays al-Fath. Meskin kini kehadiran ISIS di Suriah menjadi fitnah. Sebab beberapa sumber menyebutkan bahwa ISIS kini menjadi lawan dari para Mujahidin Suriah. Mereka dianggap sebagai bentukan rezim Basyar untuk memecah belah Mujahidin di sana.
Perjuangan Mujahidin Suriah membuahkan hasil yang sangat signifikan. Sekitar 75 % wilayah Suriah kini dikuasai Mujahidin Selebihnya dikuasai ISIS dan rezim Basyar. Diantara keberhasilan para Mujahidin tersebut adalah, Bulan Maret 2015 lalu Mujahidin Jaisyul Fath saat mereka berhasil memaksa pasukan militer rezim Assad kabur meninggalkan salah satu wilayah kunci pertahanan militer mereka, yaitu ibukota Idlib. Beberapa wilayah yang baru dibebaskan dan dibersihkan tersebut berada di dekat kota Jisr al-Syughur dan kota Ariha yang telah terlebih dahulu dibebaskan sebelumnya. Kota-kota dan pedesaan yang telah berhasil direbut oleh Jaisyul Fatih tersebut di antaranya: ‘Ayn al Hamra, Basnaqul, Muhambel, dan Sanqara, termasuk sejumlah checkpoint (pos-pos pemeriksaan) milik pasukan rezim Assad, sebagaimana dirilis kiblat.net sekitar empat bulan yang lalu.
Basyar yang semakin terdesak membuat ia kelabakan menghadapi kekuatan tentara Mujahidin. Beberapa waktu yang lalu kita sempat mendengar penggunaan bom dan senjata kimia oleh pesawat-pesawat tempur rezimnya. Dan akhirnya, negara-negara Barat dan Rusia harus turung tangan untuk tetap mempertahankan posisi politik dan ekonomi mereka di Timur Tengah. Baru-baru ini, Iran telah mendaratkan pasukannya untuk membantu Basyar, Perancis yang sudah melakukan serangan udara, dan sebelumnya Rusia, telah lama mensupport dengan pasukan, senjata dan amunisi.
Kini, Suriah yang dulunya adalah negeri para Nabi dan Ulama. Bahkan Damaskus pernah menjadi Ibukota Kekhalifan Islam saat dinasti Umawiyah. Kini menjadi daratan perang. Bumi yang menghampar ribuan bom, serta peluru setiap harinya mendengung di udara dan pemukiman.
Nubuwah
Berdasarkan analisis dan perhatiannya dari seumber-sumber berita Timur tengah, Abu Fatiah menyimpulkan bagaimana relasi antara fakta-fakta di Suriah dengan nubuwah akhir zaman dari hadits-hadit RasulullahShallallahu alaihi wasallam. Ia menuturkan “Nampaknya ada rencana Allah yang amat dahsyat yang sedang disiapkan-Nya. Sebagai sebuah negeri yang dipersiapkan untuk menyambut kedatangan Imam Mahdi dan turunnya Nabi Isa, juga menjadi tempat berlangsungnya perang dahsyat al-Malhamah al-Kubra di akhir zaman. Berdasarkan analisisnya terhadap hadits-hadits tentang Imam Mahdi, turunnya Nabi Isa dan tegaknya Khilafah Rasyidha di bumi Syam, dan membandingkan dengan kondisi masyarakat Suriah kini, maka semakin terlihat benang merah, kebenaran nubuwah Nabi Shallallahu alaihi wasallam.”
Konflik Suriah adalah sebuah refleksi ilahiah yang akan melahirkan generasi Tha’ifah al-Manshurah di akhir zaman, sekaligus menyeleksi kebenaran iman para penduduknya. Dalam hadits disebutkan, Akan senantiasa ada sekelompok dari ummatku yg menegakkan perintah Allah, tak ada yg membahayakannya orang yg menghinakan atau menyelisihi mereka sampai datangnya hari Kiamat, & mereka akan selalu menang atas manusia. [HR. Muslim No.3548]. Begitu pula dalam hadits yang lain bahwa, Agama ini akan senantiasa menang selagi masih ada sekelompok kaum Muslimin yg berperang (di jalan Allah) hingga datang hari Kiamat. [HR. Muslim No.3546].
Para ulama menjelaskan diantara ciri-ciri Thaifah Al-Manshurah dapat digambarkan secara umum bahwa mereka menegakkan Kebenaran, melaksanakan Jihad Fi Sabilillah, mempunyai komitmen tinggi, istiqomah dalam kebenaran, bersabar dan senantiasa tawakal kepada Allah Swt, senantiasa mendapatkan pertolongan (Manshurah) dari Allah Swt, meraih kemenangan atas musuh-musuhnya.
Suriah hari ini menjadi Barometer keimanan dan kejujuran seseorang. Konflik Suriah akan membelah manusia menjadi 2 kemah raksasa, kemah keimanan dan kemah kemunafikan. Sebab, bagaimana pun kondisi umat islam, sudah menjadi jaminan bahwa akan selalu ada golongan yang memperjuangkan kebenaran. Dan –boleh jadi- konflik inilah yang akan memicu al-Malhamah al-Kubra sebagai pintu gerbang akhir zaman (Wallohu a’lam).
Maraji : Abu Fatiah al-Adnani, 2014, Huru-Hara Irak, Syria & Mesir, Surakarta: Granada Mediatama
Oleh Syamsuar Hamka
(Mahasiswa Program Kaderisasi 1000 Ulama DDII-Baznas pada FPs Prodi Pend. Islam UIKA Bogor)