Thursday, October 8, 2015

Mau Melihat Preman?… Jangan Ke Saudi, Tidak Ada Tukang Palak Di Saudi Arabia, Kenapa?.

saudi arabia
Oktober 7, 2015
Preman di Saudi Arabia?
Heboh tentang kegiatan premanisme di Indonesia,yang kadang malah posisi preman seperti lebih di takuti dibanding penegak hukum atau aparat polisi. Sudah bukan rahasia umum lagi, jika premanisme sudah masuk ke dalam sendi kehidupan di sekitar kita, tak usah jauh-jauh ke ibu kota jakarta, yang kondisi sudah sangat parah.
Dimana hampir semua kegiatan hiburan malam di daerah Kota-Mangga Besar dan sekitarnya dikuasai oleh preman, begitupun sentra bisnis seperti pasar Tanah Abang, Pasar Kramat Jati, maupun Pasar Induknya  semua seolah-olah ada kekuatan tersembunyi yang siap mengacak-ngacak dan minta jatah duit baik perhari maupun perbulan, jika tak di kasih duit jangan harap lokasi bisnis tersebut aman.
Belum lagi masalah sengketa tanah atau pembebasan lahan atau masalah parkir, Debt Colector dan lain-lain. Yang parah lagi adalah preman yang hoby-nya malakin pedagang kaki limaatau warung nasi sekelas warteg-pun tak luput dari yag namanya di palakin oleh preman.
Yang jadi pertanyaan adalah, kemana aparat terkait? Kok bisa-bisanya para preman berkuasa dan merajalela tapi aparat pura-pura buta dan tidak tahu apa-apa? Jangan cuma hanya menunggu laporan dari masyarakat, mestinya ya langsung aktif mencegah bentuk premanisme sekecil apapun-tak ada kompromi dengan segala bentuk premanisme, mau hiburan malam, mau pedagang kaki lima, semua harus aman dibawah payung hukum, idealnya begitu.
Itu baru di Ibu kota Jakarta, bagaimana dengan di daerah-daerah, walau tidak sekeras jakarta tetap saja tumbuh bibit-bibit premanisme biasanya berada di sekitar terminal bus, stasiun kereta api, maupun pusat sentra hiburan ataupun sentra bisnis.
Mestinya aparat terkait bertindak tegas  jangan pernah ada kegiatan bentuk premanisme sampai tumbuh dan membesar, atau malah yang lebih buruk lagi antara petugas dan preman malah saling bekerjasama bagi-bagi hasil dengan dasar saling menguntungkan hasil dari memeras para pedagang kaki lima dan pelaku bisnis lainnya.
Inilah yang sering terjadi di Indonesia, walau katanya presidennya dari militer, maupun gubernur, bupati, camat dan kepala desa dari militer sekalipun tapi kalau tak bisa menjamin keamanan ya buat apa? Mestinya tindak tegas tanpa kompromi dan basmi bentuk premansime sekecil apapun jerat dg UU (nah ini tugas DPR utk menggodoknya).
Kasih apresiasi berupa penghargaan bagi daerah, baik propinsi maupun kabupaten di nominasikan tiap tahun daerah yang paling aman dan layak di kunjungi dan bebas dari premanisme, dan ini perlu publikasi besar-besaran agar dunia usaha-investor tertarik, siapa sih yang tidak tertarik berkunjung ke daerah yg aman dan bebas  dari premanisme ataupun pencopet? Mau seindah dan semenarik apapun jika daerah tersebut tidak aman orang ya tidak tertarik untuk bisnis atau berkunjung ke daerah tersebut.
Itu cerita tentang premansime di Indonesia. Bagaimana di Saudi Arabia?
Adakah premanisme di saudi arabia? Selama bertahun-tahun berkeja di saudi arabia, saya tidak pernah melihat ada premanisme!
Baik itu di sentra bisnis maupun kawasan perdangan lainnya, baik yang di pinggir-pinggir jalan biasa maupun di komplek perdagangan tak ada orang yang datang tiba-tiba nodong minta jatah uang keamanan.
Rebutan parkir dan lain-lain, malah kalau urusan  parkir mobil di saudi gratis dimanapun. Begitupun area sekitar terminal yang beresiko persaingan mencari penumpang sesama sopir angkutan umum.
Apa yang anda pikirkan saat tiba di terminal bus di saudi arabia? Tak perlu kuatir anda di tarik-tarik atau ada copet yg mengincar dompet anda.
Saat di Terminal Bus Saptco-daerah Corniche Jeddah, di sini ada terminal resmi antar kota, caranya jika anda hendak beli tiket cukup mudah tinggal antri di counter yg tersedia, selanjutnya tunjukan iqmah atau ktp Anda maka akan di data dulu  di komputer dan selanjutnya mendapat tiket resmi dengan tiket yg sudah terdata secara resmi di komputer.
Jika tak ingin beli tiket resmi,maka tak perlu kuatir karena di luar sekitar terminal berjibun mobil pribadi orang arab yang menawarkan tujuan dari Jeddah-Madinah, Tabuk, Riyadh, Makkah, Taif, Dammam dan lain-lain. Kalau yang ini tak perlu di data identitas diri kita, tinggal negosiasi harga saja, paling-paling ditanya punya ktp tidak untuk memastikan saja. Jika sudah 4 orang untuk jenis mobil sedan, maka meluncurlah mobil tersebut ketempat yang dituju.
Adakah kegiatan premansime di sekitar terminal itu? Sejauh mata memandang, tak pernah sekalipun saya meliaht sesama sopir arab ribut gara-gara rebutan penumpang, posisi penumpang benar-benar seperti raja, penumpang berhak pindah dan naik ke mobil manapun dan uniknya para sopir taxi gelap itu tak pernah marah, bahwa penumpangnya di serobot dan lain-lain. Pikir mereka rejeki sudah dibagi masing-masing, jadi tak perlu harus baku hantam hanya masalah rebutan penumpang.
Coba kalau di indonesia? Waduh.. Penumpang tidak mau di seret dan dipaksa disuruh naik bus yg tidak kita inginkan.
Intinya di saudi arabia hukum sudah berjalan di jalur yang benar, sangat jarang melihat di saudi arabia orang berantem atau main tusuk. Jika ini terjadi hukumannya siap menanti, yakni di pancung bagi pembunuh orang yg tidak bersalah apapun.
Tak heran karena hukum yang tegas ini premanisme tak pernah tumbuh di saudi arabia dan rakyat bebas merdeka dari ancaman ketakutan dan intimidasi dari para preman.
Salam hangat dari Jeddah-KSA..!
Abu Khansa Salma
sumber: