Thursday, October 8, 2015

Mengungkap Kebodohan Emilia Renita Terhadap Kitab Syiah

Ada sebuah perkataan dari pendeta syi’ah “Ni’matullah Al-jazairy” yang sangat berbahaya. Tapi ternyata perkataan tersebut ingin ditepis oleh Emilia Renita. Perkataan itu ialah:
 “Sesungguhnya kami tidak akan sepakat dengan Ahlussunnah tentang Allah, nabi, maupun Imam. Karena sunni mengatakan: Tuhan kami adalah yang nabinya adalah Muhammad dan khalifah setelahnya adalah Abu Bakr. Dan kami “Rafidhah” tidak akan beriman dengan Tuhan itu begitupula dengan nabiNya. Karena Tuhan yang nabinya adalah Muhammad dan khalifah nabinya adalah Abu Bakr adalah bukan Tuhan kami dan begitu pula nabinya adalah bukan nabi kami” (Al-Anwar An-Nu’maniyyah milik Ni’matullah Al-Jazairy 2/278)
Perkataan diatas sangat berbahaya. Karena Tuhannya syi’ah bukan Allah yang nabinya adalah Muhammad dan khalifah setelahnya adalah Abu Bakr –shallallahu alaa Muhammad wa radhiya an Abi Bakr-.
Tapi yang begitu lucu dan jahilnya si Emilia -ketika ingin menepis perkataan tersebut- dia malah menuding bahwasanya itu hanyalah fitnah karena tidak ada perkataan Ni’matullah Al-Jazairy seperti itu.

Emilia berkata:
 “FITNAH BARU TENTANG SYIAH. Hahahaaa... lucuuuu banget karena TERBUKTI: 1) Babnya ga ada di kitab aslinya. 2) Halamannya juga maximal 266, sementara mereka bilang itu ada di halaman 278. 3) itu Kitab tentang Imam Zamaan afs, dan ga ada urusan sama sunni. Dasaaaar provokator.. !! mungkin karena mazhab khayali, jadi ya, terserah aja mau ngarang bebas juga.. yang penting khayaaal dan fitnah tersebar.. hehehee.. untung orang syiah sabaaaarr.. karena tetap ketawa lucuuuuu.. dasaaar ahlul khayal wal khurafaat.. “ (Lihatdisini)
Thayyib.. Mari kita ungkap kebodohan Emilia Renita tentang ini:
1- Siapa bilang ini adalah fitnah dan dusta? Atau anda wahai Emilia memang orang jahil terhadap kitab ulamanya sendiri?? Kalaupun Emilia tidak tahu dengan kitab para ulama syi’ah, maka kita masih bisa maklumi. Namun, dia malah ketawa ketiwi dan malah menuding itu adalah fitnah.    
Langsung saja mari kita bawa teks dan screenshotnya. Teksnya:
إنا لم نجتمع معهم على إله ولا على نبي ولا على إمام وذلك أنهم يقولون إن ربهم هو الذي كان محمد صلى الله عليه وآله نبيه وخليفته بعده أبو بكر ونحن لا نقول بهذا الرب ولا بذلك النبي بل نقول إن الرب الذي خليفة نبيه أبو بكر ليس ربنا ولا ذلك النبي نبينا
 “Sesungguhnya kami tidak akan sepakat dengan Ahlussunnah tentang Allah, nabi, maupun Imam. Karena sunni mengatakan: Tuhan kami adalah yang nabinya adalah Muhammad dan khalifah setelahnya adalah Abu Bakr. Dan kami “Rafidhah” tidak akan beriman dengan Tuhan itu begitupula dengan nabiNya. Karena Tuhan yang nabinya adalah Muhammad dan khalifah nabinya adalah Abu Bakr adalah bukan Tuhan kami dan begitu pula nabinya adalah bukan nabi kami” (Al-Anwar An-Nu’maniyyah milik Ni’matullah Al-Jazairy 2/191)
Screenshotnya bisa dilihat dengan seksama di bawah ini:
2- Adapun perkataan Emilia: “Halamannya juga maximal 266, sementara mereka bilang itu ada di halaman 278”.
Jawab:  Maka saya kasih keterangan tambahan untuk Emilia agar tsaqafahnya bertambah. Kan malu kalau “seorang tokoh” ternyata “nuduh teriak nuduh”.
Bu, yang namanya dalam bidang ilmu khususnya masalah kitab “kita sudah tahu bahwasanya terkadang beda cetakan dan terbitan maka akan beda halaman”. Bukan berarti tidak ada teks ataupun nashnya.
Yang anda pakai wahai Emilia yang maksimal halamannya sampai hal. 266 itu adalah terbitan “Daar Al-Qari’ Daar Al-Kufah cetakan pertama”. Dan teksnya ada pada hal. 191 pada jilid ke 2 (buku yang Emilia pakai sama dengan screen yang atas). Adapun yang anda katakan bahwasanya itu adalah fitnah, maka anda salah. Justru teksnya memang ada pada hal. 278.
Lihat screenshotnya disini:
 3- Adapun perkataan Emilia: “Babnya ga ada di kitab aslinya”.
Jawab: Maka saya terangkan untuk tambahan bagi Emilia, “bahwasanya teks nash perkataan Ni’matullah Al-Jazairi tersebut, terdapat pada bab Nuur Fii Haqiqah Diin Al-Imamiyyah jilid ke 2 hal. 191 terbitan Daar Al-Qari Daar Al-Kufah ctakan pertama”.
Maka saya sarankan untuk bu Emilia agar tidak melakukan “tuduh teriak tuduh”. Justru, Emilia yang menuduh orang telah buat sebuah fitnah. Padahal, hal itu adalah sebuah fakta dan bukan dusta.
Ternyata tokoh syi’ah pandai juga dalam masalah “tuduh teriak tuduh”.
Semoga pemaparan ini bermanfaat, wa shallallahu alaa nabiyyinaa Muhammad.