Saturday, October 24, 2015

Perayaan Asyuro Syiah Tidak Ada Dalam Riwayat, Hanya Ada Tiga Hari Raya yang Dikenal dalam Islam

Hanya Ada Tiga Hari Raya yang Dikenal dalam Islam
Ustadz Abu Fatiah Al Adnani: Perayaan Asyuro Syiah Tidak Ada Dalam Riwayat

Ajaran Islam yang ada sampai sekarang sudah sempurna. Tidak ada satu bagian pun dalam Islam yang terlewatkan oleh para ulama. Hal ini dikatakan oleh Penulis Buku-buku bertema akhir zaman Ustadz Abu Fatiah Al Adnani.
“Kaitan dengan peringatan asyuro oleh kelompok syiah, maka perayaan asyuro itu sendiri tidak ada dalam riwayat. Pada zama para ulama dahulu saja, orang-orang gila saja dicatat oleh para ulama, apalagi berkaitan dengan perayaan-perayaan yang besar harusnya tercatat, tapi asyuro memang tidak ada riwayatnya,” katanya kepada wartawan usai acara tabligh akbar Huru-Hara Akhir Zaman di Masjid Al-Latiif, Bandung, Ahad (18/10) yang lalu.
...aqidah syiah memang dibangun dengan khurofat majusi seperti juga misalnya mandi dengan kotoran tokoh-tokohnya
Menurut Ustadz Fatiah selama ini, tokoh-tokoh utama syiah tidak ada yang memuku-mukul dirinya sendiri sampai terluka, berdarah-darah.
“Mana ada Khomeini atau Jalaludin Rakhmat mukul-mukul, yang mukul-mukul orang-orang yang awam yang tidak tahu saja, karena mereka dipakasa untuk melakukan kejahatan," ujarnya.
“Karena aqidah syiah memang dibangun dengan khurofat majusi seperti juga misalnya mandi dengan kotoran tokoh-tokohnya,” tambahnya. [syahid/voa-islam.com]

Hanya Ada Tiga Hari Raya yang Dikenal dalam Islam

Menurut Penulis Buku-Buku Akhir Zaman Ustadz Abu Fatiah Al Adnani hari raya yang dikenal dalam Islam itu hanya ada tiga.
“Pertama hari raya idul fitri, kedua hari raya idul adha, dan ketiga hari raya Jumat,” katanya kepada wartawan usai acara tabligh akbar Huru-Hara Akhir Zaman di Masjid Al-Latiif, Bandung, Ahad (18/10) yang lalu.
Adapun dalam Islam, pada 9-10 Muharrom itu kita disunnahkan untuk shaum oleh Rasulullah SAW
Terkait perayaan raya asyuro oleh kelompok syiah, Ustadz Abu Fatiah mengatakan perayaan asyuro itu tidak ada dalam riwayatnya.
“Kaitan dengan peringatan asyuro oleh kelompok syiah, maka perayaan asyuro itu sendiri tidak ada dalam riwayat. Pada zama para ulama dahulu saja, orang-orang gila saja dicatat oleh para ulama, apalagi berkaitan dengan perayaan-perayaan yang besar harusnya tercatat oleh para ulama, tapi asyuro memang tidak ada riwayatnya,” jelasnya.
“Adapun dalam Islam, pada 9-10 Muharrom (asyuro -red) itu kita disunnahkan untuk shaum oleh Rasulullah SAW,” pungkasnya. [syahid/voa-islam.com]

Komisi Dakwah MUI: “Syiah Manfaatkan Ritual-ritualnya untuk Jatuhkan Pemerintahan”

Ahad, 11 Muharram 1437 H / 25 Oktober 2015 06:38
Ritual-ritual yang digelar oleh kelompok Syiah di Indonesia merupakan suatu sarana propaganda ideologis untuk menanamkan kebencian terhadap umat Islam di Indonesia.
“Saya melihat acara-acara Syiah seperti Idhul Ghadir, perayaan Asyuro, ini merupakan suatu sarana propaganda ideologis untuk menanamkan kebencian, seolah menumpahkan kesalahan kepada para sahabat, ke depan ini bisa menjadi alat akumulasi dukungan untuk melakukan revolusi karbala di Indonesia,” ungkap Sekretaris Komisi Dakwah MUI Pusat, Ustadz Fahmi Salim, MA kepadasalam-online, Sabtu (24/10).
Menurut Fahmi Salim, terjadinya revolusi Iran adalah dengan memanfaatkan ritual-ritual Asyuro sehingga bisa menggulingkan rezim Iran sebelumnya.
“Orang-orang Syiah banyak memanfaatkan ritual-ritual Syiah untuk menjatuhkan pemerintahan, itu sudah coba dilakukan di Bahrain, Yaman, bisa jadi Indonesia termasuk akan dijadikan seperti itu,”tuturnya.
Ia juga menambahkan bahwa Syiah merupakan ancaman dari segi politik global. Pengaruh Iran dinilai sangat luar biasa dalam menyebarkan paham Syiah.
“Gerakan Syiahisasi semakin massif disebarkan dari Iran, pemahamannya sudah banyak menyebar luas terutama di Indonesia,” jelasnya.
Terkait hubungan politik Indonesia-Iran, Fahmi menilai harus ada pembatasan yang dilakukan oleh pemerintah.
“Tidak bisa kita menggadaikan Indonesia hanya untuk kepentingan ekonomi investasi dari luar negeri, termasuk dari Cina dan Syiah yang bisa mengganggu keutuhan NKRI, karena mayoritas Muslim di Indonesia adalah ahlusunnah wal jamaah,” terangnya.
Wakil Sekjen Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) ini mengimbau pemerintah agar tidak membuat langkah-langkah yang blunder ke depannya dengan menginvestasikan konflik.
“Jadi konflik ini bisa diinvestasi, mungkin dia tidak muncul sekarang, tapi 10-20 tahun ke depan,” kata alumnus Al Azhar Mesir ini. (EZ/salam-online)

Cegah Kebatilan Syiah di Hari Asyuro, Kementerian Wakaf Mesir Tutup Makam Imam Hussein

Cegah Kebatilan Syiah di Hari Asyuro, Kementerian Wakaf Mesir Tutup Makam Imam Hussein
Makam Hussein di Mesir

Jum'at, 23 Oktober 2015 - 04:51 WIB
Tahun lalu terjadi bentrokan antara jama’ah Salafi dan Syiah yang berada di sekitar area masjid Hussein
Direktorat Wakaf Kairo memutuskan penutupan makam Imam Hussein mulai hari Kamis (22/10/2015) sampai Sabtu depan untuk mencegah kebatilan-kebatilan Syiah yang terjadi pada Hari Asyuro (10 Muharram).
Kementerian Wakaf Mesir mengatakan dalam sebuah pernyataannya sebagaimana dikutip laman youm7.com berbahasa Arab, Kamis (22/10/2015) bahwa keputusan menutup makam Imam Hussein sebagai upaya pencegahan atas ‘apa yang biasa dilakukan oleh orang-orang Syiah dalam ritual-ritualnya yang tidak memiliki dasar dalam Islam’. Dan bisa jadi akan muncul dari hal itu permasalahan-permasalahan.
Pihak kementerian menegaskan ia akan mengambil semua tindakan hukum terhadap setiap penyalahgunaan yang terjadi dalam hal ini.
Sebelumnya, Rabu (21/10/2015) Kementerian Wakaf sudah memberikan peringatan terhadap Syiah dari segala bentuk ritual yang menyimpang di Masjid Imam Hussein.
Sebagaimana yang disampaikan oleh Syeikh Mohammed Abdel-Razek, Wakil Kementrian Wakaf dan kepala sektor keagamaan, bahwasanya kementerian telah melihat Hari Tasuu’a dan Hari ‘Asyuura (9 dan 10 Muharram) di mana di dalamnya orang-orang Syiah berupaya untuk melakukan sejumlah ritual yang melanggar kesucian masjid dan Ahli Sunnah Wal jama’ah.
“Kami telah memperingatkan para pekerja di masjid untuk waspada dan memantau pengunjung masjid yang melakukan ritual atau tindakan aneh. Begitu juga keamanan terhadap seluruh area masjid telah ditingkatkan, untuk mengantisipasi berkumpulnya orang-orang Syiah. Kami tidak akan pernah memenuhi keinginan mereka. Mesir dijaga oleh Allah, ia adalah Negara Al-Azhar yang mulia, mimbar moderasi,” tambahnya sebagaimana dilansir laman youm7.com.
“Kementerian Wakaf tidak menutup masjid. Dan masjid akan tetap buka untuk shalat. Tahun lalu, kementrian menutup masjid setiap setelah shalat dan makam sepanjang hari karena khawatir terjadi bentrokan antara jama’ah Salafi dan Syiah yang berada di sekitar area masjid,” tambahnya lagi.*
Rep: Jundi Iskandar
Editor: Cholis Akbar