Wednesday, November 25, 2015

Dialog Presiden Charles De Gaulle Dan Raja Faisal Tentang Israel

Charles de Gaulle vs Raja Faishal

Oleh: Ustadz Syafruddin Ramly, Lc
Pernah terjadi, namun akan sangat sulit untuk bisa terulang kembali. Demikianlah mengapa Raja Faisal Bin Abdul Aziz rahimahullah begitu gemilang sejarah kepahlawanannya untuk terus dipelajari oleh generasi selanjutnya. Raja Faisal adalah Raja Arab Saudi mulai tahun 1964 sampai tahun Maret 1975.
Terkait masalah Palestina, pada suatu ketika, Presiden Prancis Charles de Gaulle bertemu dengan Raja Faisal di Prancis. Charles de Gaulle merupakan Presiden Prancis sejak Januari 1959 sampai April 1969.
Mengawali diskusi, Presiden Prancis mengatakan, “Kami dengar Tuan Raja ingin sekali menendang Israel ke laut, sementara keberadaan Israel ini sudah menjadi sebuah realita yang harus diterima, dan tidak seorangpun di dunia ini boleh menolak keberadaannya”.
Kemudian Raja Faisal menjawab, “Saya benar-benar heran dengan pernyatanmu itu Tuan Presiden. Hitler pernah menduduki Paris, dan pendudukan itu sudah menjadi realita yang harus diterima. Waktu itu seluruh Prancis sudah menyerah kalah dan bertekuk lutut. Tapi waktu itu anda tidak menyerah dan terus berjuang melawan apa yang tadi anda sebut sebagai sebuah realita yang harusnya anda terima begitu saja, sampai akhirnya anda sukses. Baik anda maupun bangsa anda tidak pernah mau menerima sebuah realita yang sudah terjadi. Makanya saya sangat heran ketika anda meminta saya untuk menyerah begitu saja menerima realita Israel ini. Anda sudah pernah merasakan bagaimana bangsa lemah dijajah oleh bangsa kuat, wahai Tuan Presiden.”
Merasa kagum dan kaget mendapatkan jawaban super telak tersebut, de Gaulle menurunkan intonasi bicaranya, “tetapi wahai Tuan Raja, orang-orang Yahudi mengatakan bahwa Palestina adalah tanah leluhur asli mereka, dan nenek moyang terdahulu mereka dilahirkan di sana.”
Raja Faisal menjawab, “Tuan Presiden, saya masih belum bisa memahami anda, bukankah anda orang yang taat beragama dan mengimani kitab suci anda. Tentunya anda senantiasa membaca kitab suci anda. Anda tentunya pernah membaca bahwa Yahudi datang dari Mesir lalu mereka menyerang Palestina, membakar kota-kota, membunuh anak-anak, dan wanita, lalu menaklukkan Palestina. Bagaimana mungkin anda bisa mengatakan bahwa Palestina adalah tanah leluhur mereka?”
Raja Faisal melanjutkan, “Palestina adalah tanah asli suku Arab Kan’an, dan Yahudi adalah penjajah. Itu yang tertulis dalam Alkitab anda. Dan anda ingin mengembalikan penjajahan yang pernah diwujudkan Yahudi pada 4000 tahu yang lalu, tapi kenapa anda tidak ingin mengembalikan penjajahan Roma terhadap Prancis yang baru saja terjadi pada 3000 tahun yang lalu?”
“Apakah kita harus menata ulang peta dunia demi kepentingan Yahudi, tetapi kita tidak mau menata ulang peta dunia untuk kepentingan Roma? Anda juga tentunya belum lupa, kalau kami Muslim Arab pernah menduduki Selatan Prancis selama 200 tahun, sementara Yahudi kuno menduduki Palestina cuma 70 tahun lalu kembali terusir ke luar Palestina,” urai Raja Faisal.
“Tapi Yahudi mengklaim bahwa nenek moyang mereka terlahir di sana!” balas de Gaulle.
“Anda ini benar-benar aneh. Sekarang di Paris ada 150 kedutaan asing. Mayoritas Dubes-Dubes dan para Diplomat sempat melahirkan anak-anaknya di Paris. Kalau suatu saat anak-anak kelahiran Paris itu datang ke Prancis dan menuntut anda untuk meninggalkan negeri ini untuk diduduki oleh mereka yang pernah terlahir di Paris, maka akan seperti apa nasib Paris? Paris akan menjadi milik siapa?” tanya Raja Faisal berargumen.
De Gaulle terdiam. Lalu dengan suara yang berat, de Gaulle berkata, “Ok, sekarang baru saya mengerti permasalahan Palestina yang sesungguhnya.”
Selanjutnya, Prancis menyetop senjata yang dipasok ke Israel yang saat itu dipasok oleh Prancis. Israel kemudian meminta pasokan dari Amerika Serikat. [Syafruddin Ramli]
Sumber: http://www.shasha.ps/news/172074.html