Sunday, November 8, 2015

Rusia Negeri kaum Borjuis Yang Kehilangan Taringnya

foto istimewa

Sejak runtuhnya era Uni Sovyet lebih 2 dekade lalu menjadi negara Rusia masyarakatnya terkenal dengan gaya hidup Borjuis. Namun Negara tersebut saat ini sedang mengalami krisis ekonomi yang parah dan sudah berlangsung hampir satu tahun terakhir ini. Kehidupan di Rusia sungguh sangat memperhatinkan dari kehidupan yang dulu hedonis dan borjuis di Rusia saat ini banyak warga negara Rusia yang berjuang keras hanya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari hari saja.
Rusia pun secara kekuatan ekonomi melorot jatuh terdepak dari 10 besar kekuatan ekonomi duni, Rusia berada diperingkat 15 berada dibawah Spanyol dan Turki. Padahal sebelumnya Rusia adalah salah satu raksasa ekonomi dunia, dan penyeimbang Amerika Serikat dalam hal ekonomi dan militer di dunia.
Sanksi ekonomi yang pernah diberikan negara-negara anggota NATO dan Amerika sangat berdampak pada Rusia. Sanksi yang sengaja dibuat Amerika dan sekutunya ini disebabkan aneksasi Rusia secara sepihak terhadap wilayah Ukraina di Crimea.
Krisis Rusia sendiri semakin diperparah karena ketidakstabilan harga minyak dan nilai mata uang Rusia yang makin melorot terhadap dolar Amerika lebih dari setahun ini. Kasus Crimea hanya alasan saja bagi Amerika dan telah dijadikan momentum oleh sekutu AS untuk melemahkan musuh abadinya tersebut sejak era perang dingin. Karena Israel yang menganeksasi wilayah Palestina tidak pernah mendapatkan sangsi satupun dari Eropa dan Amerika.
Hampir semua sektor kehidupan warga Rusia terkena dampak dari krisis ekonomi Rusia. Karena di Rusia makanan dan buah-buahan sebagian besar adalah produk impor. Sebelum Rusia di boikot oleh Amerika dan EU, Rusia mengimpor senilai 900 milyar dolar pertahun hanya untuk produk makanan dan buah dari hampir 6000 perusahan Eropa, Asia dan Amerika.
Namun sejak Agustus tahun lalu, Rusia diboikot untuk impor produk makanan dan buah,sehingga Rusia harus berusaha memenuhi kebutuhan makanan rakyatnya sendiri atau mencari dari sumber lain yang mengakibatkan harga makanan menjadi tinggi dan memberatkan warga Rusia.
Putin berkilah dan menolak disalahkan, menurutnya embargo dari Eropa membuat Rusia menjadi lebih mandiri dan kuat. Selain Rusia tidak bisa impor produk pangan, ekspor Rusia pun mengalami masalah, karena 70% ekspor Rusia adalah dari penjualan minyak dan gas ke negara Eropa.
Ditengah keterpurukan harga minyak dan gas, mata uang Rusia Rubel ikut semakin melemah. Bahkan untuk mempertahankan nilai mata uang Rubel, Rusia telah mengeluarkan dana mencapai 100 Milyar Dolar tahun ini hanya agar Rubel tidak semakin terperosok jatuh. Menurut data dari IMF memperkirakan inflasi Rusia akhir tahun ini akan meningkat 16% dengan pertumbuhan ekonomi Rusia tahun 2016 hanya 3,7%.
Putin adalah pemimpin komunis Rusia yang paling bertanggung jawab membawa Rusia menuju krisis ekonomi parah. Amerika dan Eropa secara cerdik memanfaatkan sikap arogan Putin untuk menjebak Putin kedalam pusaran krisis di negaranya.
Akhirnya Putin mencoba untuk berkongsi dengan Iran dan Syiah untuk mempertahankan pengaruhnya dan hal itu dimanfaatkan oleh Amerika dan sekutu untuk menjebak Putin masuk kepusaran konflik perang yang berbiaya mahal yang pernah membuat bangkrut Amerika dan NATO sebelumnya.
Sudah lebih dari sebulan Rusia terlibat perang di Suriah bukannya memperoleh kemenangan besar, perang membuat Putin semakin frustasi sehingga membuat tawaran dari Saudi begitu menggoda Rusia. Sebelumnya Putin bersikukuh jika rezim Asad tetap harus dipertahankan namun akhirnnya Putin mulai bersikap ragu.
Melihat perkembangan di zona perang yang membuat Rusia frustasi karena tidak satupun kota yang dikuasi ISIS tak kunjung dapat direbut oleh Asad dan Rusia setelah lebih dari sebulan berton ton rudal dijatuhkan dikota yang dikuasai pejuang Suriah dan ISIS. Putin pun akhirnya mulai melunak untuk menerima proposal Saudi dan Turki untuk memerangi ISIS dan membangun Suriah walaupun tanpa Asad.
Akankah Putin bisa mempertahankan julukan gagah yang menakutkan “Si Beruang Merah”, untuk Rusia, yang kini mulai tua dan melemah akibat krisis keuangan?.

(Abnei/dbs)