Wednesday, December 30, 2015

Al Quran : The Miracle Of Miracles. Allah Tidak Sekali-Kali Menjadikan Seseorang Mempunyai Dua Hati Dalam Jiwanya. Masukilah Islam Secara Kaffah ( Not Less Than 100 % Kaffah ! )

 

Seseorang Tidak Mempunyai 2 Hati
Allah tidak sekali-kali menjadikan seseorang mempunyai dua hati dalam jiwanya. Ungkapan ini saya ambil dari firman Allah SWT ayat 4 dari Surah al-Ahzab :
مَّا جَعَلَ ٱللَّهُ لِرَجُلٍۢ مِّن قَلْبَيْنِ فِى جَوْفِهِ
"Dan Allah sekali-kali tidak menjadikan bagi seseorang dua buah hati dalam rongganya..."
Pada ayat ini Allah SWT menerangkan bahawa Dia tidak menjadikan dua hati dalam satu tubuh. Tidak mungkin pada diri seseorang berkumpul iman dan kafir. Jika seseorang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, tentulah di dalam hatinya tidak ada kekafiran atau kemunafikan, walaupun sedikit, dan tentulah dia mengikuti Al-Quran dan sunah Rasulullah, menyeru manusia mengikuti jalan Allah, mengikuti hukum-hukumnya dan tentulah hanya kepada Allah sahaja Dia berserah diri.

Sebaliknya jika seseorang itu kafir atau munafiq, tentulah di dalam hatinya tidak ada iman kepada Allah dan Rasul-Nya dan dia tidak akan bertawakkal kepada Allah. Dengan kata lain; mustahil berkumpul pada diri seseorang dua buah keyakinan yang berlawanan, sebagaimana tidak mungkin ada dua hati di dalam tubuh manusia.

Bila diteliti ayat ini, kita juga akan dapat menyaksikan keajaiban al-Quran dalam sudut sains. Ayat ini juga mengandungi sebuah fakta yang diperakui oleh sains perubatan iaitu manusia tidak boleh membawa lebih dari satu jantung dalam jiwanya. Yang uniknya Allah SWT menyebut kalimah rajul bermakna orang lelaki. Kenapa Allah khususkan dengan lelaki sahaja? Allah tidak sebut bersamanya mar’ah iaitu perempuan. Jadi bagaimana dengan perempuan?

Persoalan ini menarik perhatian saya bila analisis ini saya temui dalam satu laman web Arab. Mengapa Allah memilih lelaki sahaja dan tidak perempuan? Apakah mungkin bagi seorang wanita untuk menanggung dan menggabungkan dua hati? Menurut istilah arab qalbun bermakna jantung.

Kita telah melihat dalam sejarah beberapa kelahiran yang luar biasa seperti kanak-kanak yang memiliki dua kepala atau dua alat kelamin atau beberapa kaki dan sebagainya, tetapi kita tidak pernah menyaksikan seorang lelaki yang hidup dengan dua jantung, kerana jantung bertanggungjawab untuk mengatur pergerakan darah, dan tidak mungkin dia boleh hidup dengan dua jantung. Tetapi bagaimana dengan wanita? Dari sinilah baru kita nampak keindahan ayat Allah ini. Ikuti penerangan di bawah.

Seorang wanita jika dia hamil, dia sedang membawa dua jantung, iaitu jantungnya dan jantung anaknya, malah boleh jadi lebih lagi jika dia mengandung anak kembar sehingga dia membawa beberapa jantung dalam tubuhnya.

 

Mungkin ada bayi yang lahir dengan dua jantung dalam kes-kes yang terpencil, tetapi ia tidak akan mencapai tahap menjadi seorang manusia lelaki dan dia akan mati sebagai seorang bayi sahaja .

Allah SWT berfirman di hujung ayat ini :

وَاللَّهُ يَقُولُ الْحَقَّ وَهُوَ يَهْدِي السَّبِيلَ

"Dan Allah mengatakan yang sebenar-benarnya dan Dia menunjukkan jalan (yang benar)."

Inilah kebenaran al Quran, satu kenyataan bahawa manusia tidak mungkin mempunyai dua hati (sudut agama) atau dua jantung (sudut saintifik) atau lebih di dalam tubuh dan jiwanya.
Subhanallah...Wallahu a'lam.
Rujukan tambahan:
Jantung Bukan Hati, Dr MAZA. ( lihat dibawah )

Bagaimana satu hati akan mencintai dua hal secara bersamaan?
Bagaimana dunia dan akhirat ada bersamaan didalamnya?
Bagaimana makhluk dan Khaliq bisa berkumpul didalamnya ?
Bagaimana keduanya dapat beriringan didalam satu hati?

Setiap wadah akan penuh dengan apa yang ada didalamnya. Amal-amal adalah gambaran dari 'itikad, lahiriah adalah cerminan bathin. Lahir itu gambaran pertanda bagi bathin. Dan bathin akan terlihat jelas dihadapan Rabb nya.
Hati yang mencintai Khaliq, akan lebih mengutamakan-Nya dari selain-Nya... 
hati yang didalamnya dipenuhi dunia, maka ia tidak akan menerima adanya akhirat..
Apabila hati diperuntukkan bagi Khaliq, sedang wajahnya menghadap makhluk, maka ia dapat memandang mereka demi kemashlahatan mereka sebagai bentuk kasih sayang terhadap mereka..

Wallahu a'lam....
'Fathur Rabbani' - Syaikh Abdul Qadir al Jilany

Tak kan Ada Dua Hati dalam Satu Rongganya.

OLEH UMMU ZAYD
Allah ta’ala berfirman

ما جعل الله لرجل من قلبين في جوفه (الأحزاب : 4)

“Tidaklah Allah Ta’ala menjadikan pada diri seseorang dua hati dalam satu rongganya.” (QS. Al-Ahzab: 4)
Dalam ayat ini terkandung isyarat bahwa tidak akan terkumpul dalam diri seseorang antara kecintaan kepada Allah dan kecintaan kepada musuh Allah. Antara ketaatan kepada Allah dan ketaatan kepada musuh-musuh Allah. (Aisarut-Tafaasir, 3/271)
Maka, bagaimana mungkin seseorang mengatakan bahwa dia mencintai Al Qur’an tapi dia masih gemar mendengarkan musik???! Al Qur’an adalah firman Allah yang suci, sedangkan musik adalah senandung-senandung setan. Maka bagaimana mungkin kecintaan terhadap keduanya akan bersatu dalam rongga hati seseorang?!


ALLAH SWT berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ ادْخُلُواْ فِي السِّلْمِ كَآفَّةً وَلاَ تَتَّبِعُواْ خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ

 “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (QS Al-Baqarah, 2/208)
SABAB NUZUL
Sabab nuzul ayat ini menurut Imam Al-Baghawi [1] berkaitan dengan masuk Islamnya seorang Ahli Kitab Yahudi Bani Nadhir bernama AbduLLAH bin Salam dan teman-temannya, namun setelah memeluk Islam ia tetap menganggap mulianya hari Sabtu & tidak mau memakan daging unta, kemudian mereka pun menyatakan: “Wahai RasuluLLAH, bukankah Taurat itu adalah KitabuLLAH? Maka izinkan kami tetap membacanya dalam shalat-shalat malam kami?” Maka turunlah ayat ini. Hadits ini disebutkan pula oleh pengarang kitab Jallalain dalam tafsirnya [2] dan pengarang kitab Al-Wajiz [3].
Sementara pengarang kitab Zaadul Masiir menyatakan [4] bahwa ada 3 pendapat berkaitan dengan nuzul-nya ayat ini: Pertama, ia berkaitan dengan peristiwa Ibnu Salam (sanadnya dari Abu Shalih dari Ibnu Abbas ra), kedua ia berkaitan dengan Ahli Kitab yang tidak mau beriman pada nabi Muhammad SAW (sanadnya diriwayatkan juga - tapi menggunakan kata ruwiya ‘an - dari Ibnu Abbas ra, disebutkan juga oleh Adh Dhahhak), ketiga ia diturunkan untuk kaum muslimin agar mengimani & melaksanakan semua syariat Islam (sanadnya diriwayatkan oleh Mujahid & Qatadah ra).
TAFSIR AYAT
Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya [5] menafsirkan maknanya sebagai: “Masuklah ke dalam ketaatan seluruhnya.” Ia menyitir pendapat Ibnu Abbas, Mujahid, Abul ‘Aliyah, Ikrimah, Rabi’ bin Anas, As-Suddiy, Muqatil bin Hayyan, Qatadah, Adh-Dhahhak, berkata mereka bahwa makna ( كافة) dalam ayat tersebut: “Beramallah dengan semua amal & seluruh bentuk kebajikan.”
Imam At-Thabari dalam tafsirnya [6] memilih pendapat yang menafsirkannya: “Masuklah ke dalam Islam keseluruhannya.” Iapun menyitir atsar lainnya dari Mujahid, Qatadah, Ibnu Abbas, As-Suddiy, Ibnu Zaid dan Adh-Dhahhak yang berpendapat demikian. Ini pula pendapat Imam Al-Qurthubi dalam tafsirnya [7], demikian pula Imam Al-Baghawi [8], dan pengarang kitab Fathul Qadir [9].
KARAKTERISTIK ISLAM DAN MUSLIM
Islam adalah agama yang memiliki karakteristik yang khusus dan sempurna, karena ia diturunkan dari yang Maha Sempurna. Dan Allah SWT menurunkan Islam semata-mata untuk mengangkat, meninggikan, memuliakan dan menyempurnakan hamba2-Nya, karena ia tidak memiliki kepentingan (vested interest) sedikit pun atas manusia. Oleh karena itu maka seorang yang berinteraksi dengan Islam secara benar maka secara logika ia pastilah akan terbentuk, tercelup dan tersempurnakan (QS 2/138) oleh sistem yang paling sempurna (QS 5/3) yang diturunkan oleh yang Maha Sempurna melalui hambanya yang paling sempurna (QS 68/3-4).
Maka jika kita melihat kondisi kaum muslimin tidak sebagaimana karakteristik yang dipaparkan dibawah ini, maka penyebabnya adalah 1 diantara 2 hal: Apakah ia adalah seorang yang hanya memiliki pemahaman Islam yang minim dan seadanya sehingga ia tidak mampu menikmati dan menyerap seluruh nilai-nilai Islam itu dengan baik; atau ia adalah seorang yang berprasangka buruk terhadap Islam, menganggapnya sebagai cerita kuno dan identik dengan keterbelakangan sehingga ia tidak mau menyisakan waktunya untuk mempelajari Islam dengan teliti dan sunguh-sungguh.
Untuk kelompok pertama solusinya adalah dengan mempelajari Islam secara teliti dan sungguh-sungguh, bukankah anda telah memilih untuk memeluk agama ini? Maka mengapakah anda menyiksa diri anda dengan keraguan tanpa berusaha untuk memuaskan keraguan fikiran dan jiwa anda terhadap agama yang telah anda pilih ini?!
Dan untuk kelompok kedua, maka dapat dikatakan bahwa anda tidak bersikap obyektif dan adil terhadap Islam. Bagaimana anda telah mempelajari ilmu pengetahuan yang anda pelajari saat ini dengan sungguh-sungguh, bertahun-tahun lamanya, dengan membaca berbagai buku dan media, melakukan berbagai percobaan, survai dan eksperiman, mengalami keberhasilan dan kegagalan silih berganti, sampai akhirnya anda berhasil saat ini; sementara sebaliknya terhadap Islam, hanya dengan membaca dan mendengar seadanya tanpa usaha yang keras anda sudah menyimpulkan bahwa Islam identik dengan kebodohan dan keterbelakangan, apakah ini sebuah sikap yang ilmiah dan obyektif?!
Adapun karakteristik seorang muslim sebagai dampak dari Islam yang dipelajari, difahami dan diamalkannya dengan benar dan konsisten tersebut antara lain adalah:
1. Islam adalah agama yang membersihkan penganutnya dari syirik dan Islam paling sesuai dengan fitrah kemanusiaan; maka seorang muslim yang benar seharusnya menjadi seorang yang ikhlas dan lurus fitrahnya (QS 39/2;11;14, 7/172, 30/30).
2. Islam adalah agama yang sangat sarat dengan nilai-nilai dan aturan; maka seorang muslim seharusnya menjadi seorang yang bermutu dan teratur (QS 43/4, 36/1-2).
3. Islam adalah agama moralitas dan hukum; maka seorang muslim akan menjadi orang yang bermoral dan bijaksana (QS 4/36;105).
4. Islam adalah agama kebersihan dan kesucian; maka seorang muslim seharusnya menjadi orang yang bersih fisiknya serta suci jiwanya (QS 9/108).
5. Islam adalah agama ilmu dan amal; maka seorang muslim seharusnya menjadi seorang alim yang aktif beramal (QS 47/19, 2/44).
6. Islam adalah agama Ilmu dan pemikiran; maka seorang muslim haruslah menjadi seorang alim yang pemikir (QS 9/122).
7. Islam adalah agama aktifitas dan pahala; maka seorang muslim haruslah menjadi seorang aktifis yang senantiasa optimis akan ganjaran Allah SWT atas setiap pekerjaannya.
8. Islam adalah agama kekuatan dan tanggungjawab; maka seorang muslim seharusnya menjadi orang yang kuat dan dapat dipercaya (QS 28/26).
9. Islam adalah agama kemuliaan dan kasih-sayang; maka seorang muslim harus menjadi seorang yang mulia tapi penyayang (QS 9/128, 49/10).
10. Islam adalah agama negara dan ibadah; maka seorang muslim akan menjadi seorang politisi yang ahli ibadah (QS 73/20).
11. Islam merupakan agama senjata dan al-Qur’an; maka seorang muslim akan menjadi seorang mujahid yang rabbani / ahli ibadah (QS 9/111, 3/79).
12. Islam adalah agama harakah dan peraturan; maka seorang muslim akan menjadi seorang aktifis yang teratur/tidak serabutan dan sembrono (QS 9/38-39, 16/125)
ISLAM SEBAGAI SISTEM YANG MENGATUR SELURUH ASPEK KEHIDUPAN MUSLIM
Jika kita membaca dan mempelajari Tafsir al-Qur’an, baik yang dikarang oleh ulama terdahulu (salaf) maupun kontemporer (khalaf), maka akan kita dapatkan definisi cakupan Islam sebagai sistem yang memberi arahan kepada semua aspek kehidupan muslim. Dari masalah yang remeh seperti mengenai cara berjalan dan berbicara (QS 31/19) sampai dengan masalah besar seperti hukum dan undang-undang (QS 5/48-49) dapat ditemui arahannya di dalam al-Qur’an dan as-sunnah. Secara lengkap pengarahan Islam dalam al-Qur’an mengenai berbagai aspek kehidupan muslim, dapat disebutkan sebagai berikut:
Islam sebagai agama dan idiologi (QS 6/162-164)
Islam sebagai sistem yang mengatur moralitas dan tingkah-laku (QS 17/23-37)
Islam sebagai pedoman yang mengarahkan perasaan (QS 57/22-23, 4/104)
Islam sebagai pedoman dalam sistem pendidikan (QS 96/1-5, 3/164)
Islam sebagai pedoman dalam sistem sosial kemasyarakatan (QS 49/11-13, 24/11-17)
Islam sebagai pedoman dalam sistem politik dan kenegaraan (QS 4/59)
Islam sebagai pedoman yang mengatur sistem perekonomian (QS 2/3, 59/7, 9/60;103)
Islam sebagai pedoman dalam sistem kemiliteran (QS 8/39,60-61)
Islam sebagai pedoman dalam sistem hukum dan perundangan (QS 5/50)
Wallahu waliyyu at-Taufiiq…
Catatan Kaki:
[1] Tafsir Al-Baghawi, I/240
[2] Tafsir Jallalain, I/41
[3] Tafsir Al-Wajiz, I/160
[4] Tafsir Zaadul Masiir, I/224
[5] Tafsir Ibnu Katsir, I/335
[6] Tafsir At-Thabari, II/335
[7] Tafsir Al-Qurthubi, III/26
[8] Tafsir Al-Baghawi, I/240
[9] Tafsir Fathul Qadir, I/321

Jantung Bukan Hati

Pernah seorang pakar jantung bertanya saya tentang sabda Nabi s.a.w: “Ketahuilah bahawa dalam jasad ada seketul daging, apabila baik maka baiklah jasad, apabila rosak maka rosaklah jasad. Ketahuilah ia adalah hati!”. Dia bertanya saya mengapakah Nabi s.a.w menyebut ‘hati’ tidak menyebut jantung sedangkan jantung adalah organ terpenting dan penentu dalam tubuh manusia.

Saya jawab: Dalam hadis yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim itu, Nabi s.a.w tidak pernah menyebut ‘hati’, sebaliknya menyebut al-qalb iaitu jantung. Adapun hati dalam bahasa Arab disebut kabid. Namun, malangnya dalam bahasa Melayu jantung selalu diterjemah sebagai hati. Sedangkan bahasa Inggeris menterjemah dengan betul iaitu ‘heart’ yang bermaksud jantung.

Cumanya, orang Melayu menterjemahkan ‘you are in my heart’ sebagai ‘awak dalam hatiku’padahal hati dalam bahasa Inggeris ‘liver’ bukan ‘heart’. Namun ‘heart attack’ tetap sebagai serangan jantung, tidak pula serangan hati.
Begitu ‘heart disease’ sebagai penyakit jantung. Mungkin kerana ia berkaitan sakit, jika salah terjemah buruk padahnya. Jangan sampai doktor yang sepatutnya membedah jantung dibedahnya hati. Orang boleh derma hati dan terus hidup, namun tidak mungkin boleh derma jantung dan terus hidup.
Qalb dan Qulub
Al-Quran dan Sunnah menggunakan perkataan qalb (jantung) atau qulub (jantung-jantung) sebagai kata jamak atau plural untuk qalb. Sejak dahulu perkataan qalb difahami oleh orang Arab sebagai organ yang tergantung dalam tubuh manusia.
Dalam kamus rujukan bahasa Arab yang terpenting, iaitu Lisan al-‘Arab, pengarang Ibn Manzur (meninggal 711H) menyatakan: Al-Qalb: segumpal daging dari fuad (jantung) yang tergantung dengan urat besar tempat ia bergantung” (Ibn Manzur, Lisan al-‘Arab 1/687, Beirut: Dar al-Fikr).
Disebabkan perkembangan ilmu perubatan, maka dalam kamus Arab moden takrifan lebih terperinci. Dalam al-Mu’jam al-Wasit disebut: “al-Qalb ialah organ berotot dalaman yang menerima darah daripada salur darah dan mengepam ke arteri” (al-Mu’jam al-Wasit, 2/753).
Ini sama dengan maksud jantung dalam Kamus Dewan Bahasa: “Organ berotot yang mengepam darah ke seluruh badan” (Kamus Dewan Bahasa Edisi Ke-3, 519).
Jelas, qalb atau kata jamaknya qulub yang digunakan oleh orang Arab, demikian digunakan oleh al-Quran dan Hadis tidak merujuk kepada hati, tetapi merujuk kepada jantung. Terjemahan Inggeris lebih tepat iaitu ‘heart’. Malangnya, hingga terjemahan heart dari Inggeris ke melayu juga tidak stabil kerana kadang-kadang diterjemah sebagai hati, kadang-kadang diterjemah sebagai jantung.
Kekeliruan
Kekeliruan dalam memberikan maksud qalbu atau heart ini telah menyebabkan Kamus Dewan Bahasa memberikan maksud perkataan hati yang pelbagai. Disebut dalam Kamus Dewan: “Hati: 1. organ dlm badan yg berwarna perang kemerah-merahan di dlm perut di bahagian sebelah kanan…2. = jantung.. 3. batin (tempat perasaan, pengertian)..”. (ibid, 445).
Sementara itu dalam satu artikel yang diterbitkan oleh Jurnal Bahasa DBP (Jilid 5, Bilangan 4, 2005) Imran Ho Abdullah dan Norsimah Mat Awal cuba memberikan maksud hati secara konsep dan metafora dalam bahasa Melayu. Artikel mereka itu berjudul “Pengkonsepsian dan Pemetaforaan Hati”.
Namun saya melihat, justifikasi bahasa di sudut konsep dan metafora yang cuba diberikan dan juga kepelbagaian maksud hati sehingga diterjemahkan salah satunya sebagai jantung, tetap mengelirukan bagi memahami maksud asal qalb dalam al-Quran dan Hadis.
Bahkan penyataan hati bermaksud jantung dalam bahasa Melayu itu sendiri boleh mengelirukan kerana keduanya organ yang berbeza. Apatahlagi, kajian saintifik moden benar-benar membezakan peranan antara kedua organ tersebut.
Jika pun boleh diterima, salah satu pengertian hati itu disebutkan oleh Kamus Dewan sebagai batin atau tempat perasaan. Ini hampir ada persamaan dengan maksud akal (al-‘Aql) yang sebut juga sebagai salah satu maksud qalb dalam Lisan al-‘Arab (m.s 687).
Maka perkataan qulub atau qalb dalam nas-nas Islam lebih tepat diterjemahkan sebagai jantung, atau jika hendak digunakan juga perkataan hati mungkin boleh disebut ‘jantung hati’. Sebahagian penulis atau pembicara suka menggunakan perkataan ‘kalbu’ seperti ungkapan dalam ‘dalam kalbuku ini’.
Perkataan kalbu dianggap sebagai ungkapan qalb dalam yang dimelayukan. Ya, mungkin boleh, tetapi bagi yang mengetahui bahasa Arab ia agak berat sebab kalb iaitu dengan huruf ‘kaf’ (=kalb atau kalbun) dalam Bahasa Arab bermaksud anjing. Jika dengan huruf ‘qaf ‘ (=qalb atau qalbun) barulah bermaksud jantung.
Al-Quran dan Hadis
Hari ini dengan kemajuan sains dan teknologi, begitu banyak mukjizat sains dalam al-Quran dan Hadis ditemui. Maka, menterjemah perkataan qalb atau qulub dalam kedua sumber itu dengan maksud asalnya iaitu jantung adalah suatu kemestian. Jika tidak, nanti orang Melayu gagal memahami rahsia saintifik di sebalik perkataan tersebut. Amat besar perbezaan fungsi antara jantung dan hati!
Dengan itu kita sepatutnya menukar terjemahan ayat-ayat al-Quran seperti: “dalam hati-hati mereka ada penyakit” (al-Baqarah: 10) dengan “dalam jantung-jantung mereka ada penyakit”.Begitu juga: “mereka berkata dengan mulut-mulut mereka, apa yang tiada dalam hati-hati mereka”(Ali ‘Imran: 167), diterjemahkan “…apa yang tiada dalam jantung-jantung mereka”. Begitulah seterusnya. Bahasa Inggeris telah menterjemah dengan tepat seperti “in their hearts is disease..”,“..what was not in their hearts”.
Ini bukan kerana ingin menyalahkan bahasa kita yang telah berjalan sejak sekian lama. Namun, tujuannya bagi mendekatkan kefahaman secara lebih tepat penggunaan perkataan yang dipilih oleh al-Quran dan Hadis atau dalam Bahasa Arab. Perkembangan ilmu terutamanya sains juga mengajak kita lebih teliti terhadap istilah-istilah al-Quran dan Hadis ini. Sekali lagi, jantung bukan hati!