Thursday, December 10, 2015

“Islam Moderat” Dan Misi Barat

Aksi kelompok anti Islam di Barat

Senin 10 Safar 1437 / 23 November 2015 10:09
Oleh: Zahbiadina Latifah
Mahasiswi Fakultas Ekonomi UNY Yogyakarta
BEBERAPA hari yang lalu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan G-20 mengapresiasi kondisi Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim besar di dunia dengan kondisi yang relatif baik dan ada toleransi. Presiden menyebutkan dalam pertemuan G-20, ia menyampaikan sebagai negara terbesar berpenduduk muslim, Indonesia mendorong adanya Islam yang modern, moderat, dan toleran.
Memang, beberapa bulan terakhir, berbagai label Islam seperti Islam Nusantara, Islam Moderat, Islam Wasathiyah, Islam Inklusif menjadi opinibooming di tengah-tengah masyarakat. Seolah ide ini bernilai positif.
Para pengusungnya menganggap bahwa ide ini dapat menangkis pencitraan buruk yang dilekatkan masyarakat dunia terhadap Islam dan kaum muslimin, yakni Islam garis keras, teroris, fundamentalis yang identik dengan kondisi di Timur Tengah.
Tidak sedikit pula kaum muslimin yang menganggap ide ini sejalan dengan Islam. Mereka berpandangan bahwa pemahaman dan praktek Islam yang terlalu ketat bertentangan dengan Islam.
Meski demikian mereka juga tidak ingin adanya kebebasan yang melampaui batas ketetapan hukum Islam. Oleh karena itu sikap jalan tengah/moderat dianggapnya posisi yang paling tepat.
Islam Moderat : Upaya Barat Melemahkan Umat Islam
Sepintas gagasan Islam moderat merupakan gagasan yang seolah-olah positif dan elegan. Tetapi setelah ditelusur, kampanye ‘Islam Moderat’ tidak lepas dari peristiwa WTC 11 September 2001, dimana kelompok muslim dituduh  bertanggungjawab atas kejadian tersebut. Akhirnya, diciptakanlah istilah ‘Islam Radikal’ untuk menggiring kaum muslim menerima istilah ‘Islam Moderat’.
Dari berbagai pernyataan para politisi dan intelektual barat terkait klasifikasi Islam Moderat dan Islam Radikal, akan kita temukan bahwa yang mereka maksud ‘Islam Moderat’ adalah Islam yang tidak anti Barat, Islam yang tidak menentang sekulerisme Barat, serta tidak menolak berbagai kepentingan Barat.
Kesimpulannya, ‘Islam Moderat’ adalah Islam sekuler, yang mau menerima nilai-nilai budaya dan ideologi Barat dan mau berkompromi dengan Barat. Kelompok yang disebut dengan ‘Islam Moderat’ ini menganggap ‘Islam yang ramah’ dan bisa jadi mitra Barat.
Sebaliknya, muslim radikal sangat berbahaya karena bermaksud menyingkirkan Barat dan memperoleh kejayaan Islam yang telah hilang. Maka setelah itu, strategi pun disusun untuk memberdayakan ide ‘Islam Moderat’ agar mengubah dunia Islam sesuai dengan Demokrasi dan tatanan Internasional. Maka, yang terjadi adalah penjajahan Barat di negeri-negeri muslim akan semakin langgeng baik dari segi akidah, politik dan ekonomi.
Ide Islam Moderat pada dasarnya adalah bagian dari sekulerisasi pemikiran Islam ke tengah-tengah umat, yang diberi warna baru. Ide ini menyerukan untuk membengun Islam inklusi yang bersifat terbuka dan toleran terhadap ajaran agama lain.
Nampak jelas bahwa gagasan Islam Moderat ini mengabaikan ajaran Islam yang bersifat qath’i, seperti : superioritas Islam atas agama dan ideology lain (QS. Ali Imron: 85), kewajiban berhukum dengan syari’ah (QS. Al Maidah : 48), kewajiban negara memerangi negara-negara kufur hingga mereka masuk Islam atau membayar jizyah 9QS. At-Taubah : 29). Dan dapat pula difahami bahwa sesungguhnya Islam Moderat merupakan pemahaman yang tidak datang dari Islam dan tidak dikenal dalam Islam.
Islam dengan berbagai labelnya adalah upaya barat dengan memberikan kotak-kotak untuk menghancurkan Islam. Sebagaimana yang dituangkan dalam dokumen Rand Corporation, bahwa strategi penghancuran ini dibangun dengan dasar falsafah “ devide et impera” atau politik pecah belah.
Maka, kita perlu mempertanyakan maksud dari kampanye konsep Islam Moderat seperti yang diberikan pada pertemuan G-20 kepada pemimpin Indonesia.
Dengan kata lain jika pemimpin Indonesia menerima ini konsep ini, maka sama saja mereka telah termakan kepentingan barat untuk melemahkan ideologi Islam.