Tuesday, December 1, 2015

Rezim Assad Biangnya Kejahatan Di Suriah


Assad regime primarily responsible for civilian deaths in Syria

(Rezim Assad Adalah Penanggung Jawab Utama Kematian Warga Sipil di Suriah)

Setelah krisis Suriah dievaluasi dan diperdebatkan lagi dengan fokus yang lebih kuat terhadap Daesh (ISIS) setelah serangan berdarah baru-baru ini di Paris yang telah membuat trauma komunitas internasional, beberapa data terbaru mendemonstrasikan bahwa rezim Bashar al-Assad adalah penyebab utama dari kekerasan dan korban sipil di Suriah.

Sebuah laporan terbaru dari Syrian Network for Human Rights telah memaparkan bahwa rezim Assad menyebabkan sekitar 95% dari kematian warga sipil di Suriah. Jaringan tersebut terus mengupdate catatan tentang korban sipil dan militer di Suriah melalui sumber-sumber beritanya yang luas di Suriah dan juga dianggap oleh media barat sebagai sumber utama dari jumlah korban tewas di Negara tersebut.
Menurut laporan jaringan tersebut, selama periode antara Maret 2011 dan Oktober 2015, hampir 200.000 warga sipil telah kehilangan nyawanya dalam konflik antara tentara rezim, kelompok oposisi bersenjata, kelompok teroris Daesh, front al-Nusra, kekuatan koalisi yang dipimpin oleh Amerika Serikat dan akhirnya, serangan-serangan udara yang dilancarkan oleh Rusia, yang mulai melakukan intervensi dalam perang sipil tersebut dengan kekuatan militer yang signifikan.

Tetapi, jumlah warga sipil yang tewas dalam serangan-serangan yang dilakukan oleh rezim Suriah sendiri adalah 180.879 jiwa.

Laporan juga menyebut bahwa kelompok-kelompok oposisi bersenjata membunuh 2.669 warga sipil, yang terbagi antara kelompok-kelompok tak teridentifikasi (2002 warga sipil), Daesh (1712), pasukan Kurdi (379), front al-Nusra (347), pasukan Rusia (263) dan pasukan koalisi internasional (251). 

Kekuatan rezim adalah pihak utama yang bersalah

Laporan tersebut menyebutkan bahwa rezim Assad, meski usaha-usaha mereka untuk mempresentasikan dirinya sendiri sebagai satu-satunya alternatif dalam perang melawan terorisme yang sejalan dengan strategi Rusia untuk memberangus “oposisi-oposisi moderat” dengan berbagai serangan udara, adalah penanggung jawab utama terhadap berbagai kekerasan, pembunuhan dan korban sipil yang terjadi di Suriah.

Syrian Network for Human Rights mengkritik media internasional dan sejumlah pemimpin politik karena berfokus sepenuhnya pada aksi-aksi brutal Daesh (ISIS), dan menutup mata terhadap rezim Suriah, yang harus dianggap sebagai pelaku utama dari pembantaian berskala besar dan eksekusi-eksekusi illegal di Negara tersebut, yang sama dengan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan.

Anak kecil menjadi target para sniper

Menurut laporan tersebut, yang memberikan informasi detail mengenai serangan tanpa pandang bulu yang dilakukan oleh rezim Assad yang secara langsung menargetkan warga sipil, sejumlah 18.858 anak kecil telah dibunuh dalam periode tersebut dalam berbagai serangan yang dilakukan oleh rezim Suriah menggunakan misil, senjata berat, bom cluster gas-gas beracun, dan bomb barrel (gentong).

Laporan lain oleh jaringan tersebut dengan judul “berburu manusia” menyatakan bahwa 582 anak-anak telah ditembak mati oleh para sniper. Laporan tersebut dengan tegas menggarisbawahi bahwa anak-anak ini dengan sengaja ditargetkan dan dibunuh, mengingat bahwa fitur terpenting dari sebuah senapan rifle adalah bahwa itu dengan jelas menunjukkan targetnya.

Juga dinyatakan dalam laporan tersebut adalah penembak jitu rezim yang secara khusus menargetkan sekolah, masjid, dan rumah sakit di area pemukiman, dan menggunakan senjata mereka secara khusus pada hari jumat untuk mencegah orang-orang keluar rumah.

“Siapapun yang mendukung penjualan senjata-senjata sniper kepada rezim Suriah dan militant-militant mereka telah ambil bagian dari kejahatan perang yang dilakukan di Suriah,” sebut laporan tersebut.

Korban sipil dalam serangan-serangan Suriah meningkat secara cepat


Laporan tersebut juga menunjukkan bahwa Rusia merupakan salah satu penyebab utama korban sipil baru-baru ini, menyebut bahwa rusia telah terlibat dalam perang sipil di Suriah dengan dalih memerangi Daesh, meski sejauh ini Rusia telah mengkonsentrasikan operasi-operasi mereka di area “oposisi moderat”.

Jumlah warga sipil yang terbunuh dalam serangan-serangan udara rusia yang diluncurkan 50 hari yang lalu adalah 263 jiwa. Meski jumlah ini dikerdilkan oleh angka-angka lain terkait jumlah korban sipil selama 5 tahun perang sipil Suriah sejauh ini, diperkirakan bahwa korban sipil yang disebabkan oleh Rusia akan meningkat secara drastis bila Rusia terus melanjutkan pengeboman dengan momentum yang sama, khususnya mempertimbangkan bahwa rusia tidak menyebutkan jangka waktu dimana mereka akan mengakhiri operasi militernya, dan bahwa mereka menyebut bahwa operasi ini masih dalam tahap awal.

Dewan Keamanan PBB harus mengambil langkah lebih lanjut

Dalam bagian rekomendasinya, laporan tersebut menyatakan bahwa Dewan keamanan PBB telah mengadopsi resolusi No. 2139 pada februari 2014 mengenai bantuan kemanusiaan ke Suriah, tapi sejak saat itu, rezim Assad tidak menunjukkan komitmen apapun untuk menghentikan penyerangan tanpa pandang bulunya, menyebabkan kehancuran dan kematian harian.

Laporan ini juga menekankan pentingnya bagi dewan keamanan untuk mengambil langkah yang lebih serius tentang masalah ini. Sebagai tambahan, laporan tersebut juga menyatakan bahwa Dewan Keamanan “harus menaruh tekanan kepada rezim Assad dan sekutu-sekutunya seperti rusia, iran dan milisi hizbullah Lebanon untuk menghentikan suplai senjata dan ahli militer setelah mereka terbukti terlibat dalam kejahatan terhadap kemanusiaan dan kejahatan perang. Dewan juga harus mengadopsi sebuah resolusi yang mengutuk pihak-pihak yang menyuplai rezim Assad dengan persenjataan”.

Peran rezim Assad dalam kemunculan Daesh

Dalam sebuah pernyataan yang dikirim kepada Anadolu Agency, Wael Alehi, juru bicara Syrian Network for Human Rights, menyebut bahwa ada pergeseran dalam narasi perang Suriah dimana fokus lebih diberatkan kepada Daesh dan ancaman yang mereka berikan dalam hal keamanan global dan regional.

“Assad dan aksi-aksi sektariannya-lah yang telah memainkan peran besar dalam memberi jalan munculnya ISIS (Daesh)… beberapa berargumen bahwa Assad adalah iblis yang kurang jahat bila dibandingkan dengan ISIS (Daesh) dan bahwa komunitas internasional harus bekerjasama dengan Assad untuk mengalahkan ISIS. Saya yakin bahwa baik Assad dan ISIS mendapat keuntungan dari keberadaan satu sama lain,” sebut Aliji.

Aksi-aksi yang dilakukan oleh rezim Suriah dan kebijakan-kebijakan sektariannya memainkan peran yang besar dalam kemunculan Daesh, sebut Aliji, menambahkan bahwa situasi saat ini “memberi mereka alasan yang dibutuhkan untuk memanipulasi komunitas internasional.”

Dia juga menyebut bahwa mereka selalu mengadvokasikan bahwa PBB harus memainkan sebuah peran, termasuk pilihan-pilihan untuk menerjunkan sebuah misi stabilitas dan sebuah misi perdamaian untuk mengakhiri perang dan pembantaian yang terjadi di Suriah.

“Alternatif lain adalah koalisi diluar PBB, namun hal ini sepertinya tidak mungkin mengingat besarnya keterlibatan Iran dan Rusia. Dalam pandangan kami, pilihan yang paling realistis adalah proses politik yang akan menuju pemilu yang diorganisasi dan dipimpin oleh PBB dan transisi kekuasaan,” tambahnya.

Setidaknya 250.000 orang telah terbunuh sejak dimulainya konflik Suriah pada 2011, menurut angka PBB, dengan 7,6 juta orang menjadi pengungsi dalam negeri dan lebih dari 4 juta lainnya telah mengungsi ke Negara-negara lain.

Sumber: