Friday, December 25, 2015

Turki Tolak Semua Rencana Terkait Suriah Jika Rezim Assad Belum Lengser. Turki: Ingin Kuasai Suriah? Hadapi Kami Dulu!! Erdogan: Iran Akan Dukung Asad Sampai Kapan Pun, Kami Juga Akan Melawan Asad Sampai Kapan Pun

Mereka yang mengambil Suriah akan menghadapi Turki

Turki: Ingin Kuasai Suriah? Hadapi Kami Dulu!!

Tanah Suriah tidak akan menjadi bagian dari "tujuan imperium, Rusia", kata Perdana Menteri Turki, Ahmet Davutoglu, hari Selasa (22/12). Dia bersumpah bahwa mereka yang menindas rakyat Suriah akan menghadapi Turki.

"Rusia harus mendekati rakyat lain dengan persahabatan dan saling menghormati dan meninggalkan gaya kebohongan dan tuduhan Uni Soviet. Tanah Suriah tidak dan tidak akan menjadi bagian dari tujuan imperialistik Rusia," katanya, seperti dikutip harian Turki, Hurriyet Daily News.

Davutoglu mengecam serangan militer Rusia di Aleppo dan Idlib baru-baru ini yang menewaskan puluhan warga sipil tak bersenjata.

"Rakyat Suriah teman dan saudara kita. Kami selalu mencoba untuk berdiri bersama mereka dalam setiap masalah. Mereka yang mengambil Suriah akan menghadapi kami," kata Davutoglu dalam pidato di depan parlemen. Dia tidak menyebut negara, namun itu merujuk pada Rusia yang baru menyerang Aleppo dan Idlib di Suriah.

Hubungan antara Turki dan Rusia menjadi tegang sejak jatuh jet tempur Rusia pada 24 November oleh militer Turki dengan alasan hal itu melanggar wilayah udara Turki.

Serangan militer Rusia yang dimulai pada 30 September dikritik kera s oleh blok Barat yang menuduh sasaran sebenarnya adalah kelompok oposisi yang "moderat", bukan Negara Islam Irak dan Suriah (NIIS atau ISIS).

"Hanya 391 dari 4.198 serangan Rusia yang menargetkan DAESH (singkatan bahasa Arab untuk NIIS). Selebihnya serangan dilakukan di daerah dekat perbatasan Turki dan menargetkan oposisi moderat dan bahkan warga sipil," kata Davutoglu.

"Apa dasar dari keberadaan Anda (Rusia-Red.) di Suriah? Mengapa 90 persen serangan udara penargetan warga sipil dan kelompok-kelompok oposisi moderat? Mengapa Anda membom pegunungan Turkmen, Idlib, Aleppo dan warga sipil, meskipun Anda mengatakan Anda berada di sana untuk melawan DAESH?" kata dia.

Davutoglu menyamakan situasi Suriah seperti Bosnia pada tahun 1990-an. Turki menyatakan akan bersuara atas nama persaudaraan bangsa-bangsa di Timur Tengah.

Davutoglu menilai ISIS menjadi lebih kuat setelah intervensi Rusia di Suriah. "Dibandingkan dengan situasi pada 30 September, DAESH mengendalikan daerah yang lebih besar," katanya.
Sumber: satuharapan.com

Turki Tolak Semua Rencana Terkait Suriah Jika Rezim Assad Belum Lengser

PM Turki Ahmet Davutoglu menolak segala upaya perdamaian dalam rangka mengakhiri konflik Suriah yang tidak menyertakan poin pelengseran Presiden Bashar Assad.
Pernyataan sikap Davutoglu itu disampaikan sehari pasca Dewan Keamanan PBB menyetujui draft perdamaian untuk mengakhiri perang yang sudah memasuki tahun kelima.
“Resolusi semacam itu tidak akan pernah bisa membantu memecahkan atau menyelesaikan permasalahan Suriah, sementara rezim Assad masih berkuasa,” kata Davutoglu pada hari Sabtu (19/12) pekan lalu saat menjelaskan bahwa negaranya akan bekerja ke arah demokrasi yang akan dibawanya ke Suriah.
“Semakin lama Assad berkuasa, akan semakin banyak terjadi kekacauan… setiap negara harus tahu bahwa Assad tidak perduli dengan kepentingan-kepentingan mereka,” kata dia.
Dalam perundingan yang diselenggarakan di New York, para pemimpin dunia menyepakati sebuah draft rencana perdamaian untuk mengakhiri peperangan antara oposisi Suriah dengan Assad. (Baca juga: Ini Hasil Resolusi DK PBB Terkait Konflik Suriah)
Rencana yang disampaikan oleh Menlu AS John Kerry itu mendorong terbentuknya pemerintahan transisi dalam enam bulan ke depan, dengan agenda menyelenggarakan pemilu yang harus sudah dilakukan dalam satu setengah tahun ke depan.
Namun demikian, rencana itu tidak membahas sejumlah hambatan yang sedang dihadapi para diplomat dalam rangka membawa kedua pihak secara bersama-sama duduk dalam satu meja perundingan, yaitu terkait nasib Bashar Assad yang oleh mayoritas kelompok oposisi ditolak terlibat dalam proses perdamaian.
Turki dan Presiden AS Obama sebelumnya pernah menyatakan menolak solusi apapun yang tidak menyertakan syarat pelengseran Bashar Assad. Penolakan yang sama juga disampaikan oleh hampir semua faksi oposisi Suriah.
Di sisi lain, sekutu Assad, yaitu Iran juga menolak berunding dengan kelompok-kelompok yang mereka anggap sebagai teroris seperti Ahrarus Syam yang digambarkan oleh Teheran sebagai sebuah organisasi teroris. Sementara dua kelompok jihadis utama yang sama-sama terkait dengan al-Qaidah, yaitu JN dan ISIS sudah sejak awal tidak disertakan dalam perundingan.
Penulis: Yasin Muslim


Erdogan: Iran Akan Dukung Asad Sampai Kapan Pun, Kami Juga Akan Melawan Asad Sampai Kapan Pun

31/10/15 | 17:13
Ankara. Presiden Turki,Recep Tayyip Erdogan, menamakan perang di Suriah sebagai perang kemerdekaan yang dilakukan oleh oposisi moderat melawan penguasa yang zhalim.
Seperti dilansir Turkey Post, Sabtu (31/10/2015) hari ini, Erdogan mengatakan, “Kelompok oposisi moderat di Suriah sana sedang melakukan perang kemerdekaan. Mereka benar-benar pahlawan kemerdekaan. Tidak mungkin kita sebut mereka sebagai teroris.”
Erdogan menambahkan, “Tidak masuk akal kalau masih ada diplomasi dunia yang masih membela satu orang yang telah membunuh 370 ribu orang. Tidak masuk akal orang seperti ini disambut dengan karpet merah.” Ungkapannya ini adalah untuk mengkritik sikap Rusia yang menerima kunjungan Asad beberapa hari yang lalu.
Tentang sikap Iran dalam krisis Suriah, Erdogan mengatakan, “Iran telah mengatakan akan mendukung rezim Asad sampai kapan pun. Kalau begitu kami katakan akan melawan rezim Asad hingga kapan pun. Kami akan mendukung rakyat Suriah, mendukung pasukan oposisi moderat.” (msa/dakwatuna)
Redaktur: M Sofwan