Thursday, June 4, 2015

Kerjasama Iran dan Indonesia Adalah Celah Kudeta Syiah di Indonesia

Pakar aliran sesat, Ustadz Farid Ahmad Okbah menyampaikan pandangannya mengenai kerja sama Iran dan Indonesia. Menurutnya ini adalah celah dimana mereka bisa terus mengekspor faham dan wacana untuk mengudeta Indonesia. Namun pemerintah tidak menyadari hal ini. Di sisi lain, beliau bersyukur atas banyaknya gerakan menolak ajaran sesat ini.
“Alhamdulillah di Indonesia banyak gerakan menolak Syiah, harusnya ini di sambut oleh pemerintah  Indonesia untuk kemudian membatasi hubungannya dengan Iran karena memang Iran ini negara yang penuh dengan makar,” jelasnya kepada gemaislam di Hotel Grand Alia Cikini, Jakarta Pusat pada Selasa (2/6/2015).
Beliau melanjutkan “Awalnya secara  politik dan ekonomi tapi ujung ujungnya adalah untuk ekspor revolusi Iran,”
Menurutnya salah satu misi  yang harus diemban para aktivis dan pejuang islam saat ini adalah memberikan kesadaran kepada umat dan pemerintahan akan bahaya syiah. Umat Islam di Indonesia sebenarnya sudah dapat merasakan bahaya syiah secara agama dan politik. Hal ini bisa dilihat dari konflik antara sunni dan syiah yang terjadi di berbagai tempat di Indonesia sebanyak  20 kali.
Secara gamblang beliau menjelaskan.  Andaikan ini terus dibiarkan, maka konflik seperti yang terjadi di Timur Tengah akan terjadi di Indonesia. Bagi syiah revolusi adalah keniscayaan yang harus dilakukan.
“Di luar pun sudah terbukti sudah ada empat negara sunni yang kemudian jatuh ke tangan Syiah. Apakah itu Irak, Suria, Libanon  maupun Yaman. Kalau kemudian pemerintah tidak menyadari keadaan  yang seperti ini  maka itu bisa terjadi peristiwa yang sama  di Indonesia. Mangkanya kita segera mengingatkan kepada negara Indonesia,” Ustadz Farid  mengharapkan.

KH. Athian Ali Nilai Penyerangan Az Zikro & Daarut Tauhid adalah Warning Bagi Umat Islam dari Syiah

Ketua Aliansi Nasional Anti Syiah (ANNAS) KH. Athian Ali M. Dai, MA mengatakan bahwa peristiwa penyerangan kompleks Az Zikro pimpinan Ustadz Arifin Ilham dan “insiden” pembakaran lantai dasar Masjid Daarut Tauhid merupakan satu warning bagi umat Islam.
“Ini satu bentuk warning bagi umat Islam yang selama ini mereka  mengira bahwa apa yang kita sampaikan tentang ancaman syiah terhadap umat Islam ini, yang selama ini mereka mengira itu (ancaman –red) tidak mungkin, banyak yang mulai menyadari,” katanya kepada voa-islam.com yang menemui dikediamannya, di Bandung, pada Rabu (27/05).
KH. Atian Ali kemudian menyampaikan bahwa ajaran Syiah ini lahir karena dibidani oleh politik sehingga mereka ada karena memperjuangkan kepentingan politik.
“Jadi tidak ada istilah dari mereka kecuali berjuang untuk itu (kepentingan politik),” ujarnya memaparkan awal mula lahirnya paham Syiah.
...salah satu rukun Islam mereka adalah wilayah, karena mereka tidak mengenal batas teritorial sehingga semua syiah yang ada di negara mana pun harus tunduk pada Imam yang sekarang ini adalah Khoemaini
Oleh karena itu, menurut KH. Athian Ali kita bisa lihat syiah di mana-mana itu akan berjuang untuk memenangkan kekuasaan untuk berkuasa.
“Karena rukun iman mereka (syiah) adalah imamah, bahkan rukun iman mereka satu-satunya adalah imamah ini,” tutur KH. Athian Ali yang sudah mengamati aliran sesat ini selama lebih dari 28 tahun.
Setelah itu, kata KH. Athian Ali salah satu rukun Islam mereka adalah wilayah, karena mereka tidak mengenal batas teritorial sehingga semua syiah yang ada di negara mana pun harus tunduk pada Imam yang sekarang ini adalah Khoemaini.
“Maka adalah menjadi kewajiban bagi mereka untuk berjuang untuk bisa di daerah masing-masing untuk bisa menguasai negara-negara yang (di situ ada syiah), karena itu kita lihat kapan saja merasa kuat sedikit sudah akan revolusi,” pungkasnya.


Hindari Revolusi Syiah dan Komunis, Kerja Sama Indonesia dengan China dan Iran Harus Dibendung


Ustadz Farid Ahmad Okbah menyampaikan pandangannya mengenai kerja sama Iran dan Indonesia. Menurutnya ini adalah celah dimana mereka bisa terus mengekspor faham dan wacana untuk  mengudeta Indonesia. Namun pemerintah tidak menyadari hal ini.
Selain itu Pakar aliran sesat ini menghimbau agar pemerintah berhati hati atas tawaran kerja sama  dari Iran dan China. Pasalnya selain misi diplomasi mereka pun memiliki misi penyebaran faham dan wacana revolusi. Hal ini dikarenakan kedua negara ini memiliki maksud dan pola politik yang sama.
“Pola syiah dan PKI -kalau di Indonesia itu PKI- itu sama,   ketika sedikit mereka berbaik-baik, ketika banyak mereka mengeksekusi. Itu Karena polanya sama,”
Beliau juga menyebutkan bahwa China dan Iran sekarang sedang dekat dan kompak. Hal ini bisa dilihat dari peran negara komunis terhadap revolusi yang dilaksanakan Iran. Ketika Iran berniat merevolusi maka disana ada china sebagai negara komunis yang mendukungnya.
“Mangkanya kerja sama iran dengan china Nampak sekali di suria , keduanya bekerja sama untuk mem-back_upbashar ashad,” jelasnya.
Beliau menutup dengan sebuah gambaran. Ketika Indonesia tidak membatasi hubungannya dengan china maka PKI gaya baru akan menyebar. ketika tidak membatasi hubungan dengan Iran maka Syiah akan menyebar. Karenanya, keduanya harus dibendung. Merupakan  upaya kita secara bersama untuk menyadarkan pemerintah  agar membendung kedua saluran ini.


Artikel terkait yang perlu diketahui 
Waspadalah,… Misi Rahasia Orang-orang syiah…





Jelang Akhir Rezim Assad?

“Arab Saudi Tak Lagi Peduli Siapa Di Antara Kami Yang Menang, Selama Bukan Isis.”

Setahun lalu, Presiden Suriah Bashar al-Assad dan para sekutunya memproklamasikan kemenangan mereka atas musuh-musuhnya. Hassan Nasrallah, pemimpin Hizbullah, salah satu sekutu utama Assad, mengatakan bahaya bagi rezim Assad sudah lewat. Suriah, menurut Nasrallah, juga sudah lepas dari kemungkinan terbelah konflik sektarian. “Musuh-musuh Assad tak bisa menjatuhkannya, tapi mereka bisa saja terus merongrong,” kata Nasrallah kala itu. Sejumlah kemenangan kecil Negara Islam alias ISIS di Provinsi Latakia, di mata pemimpin milisi Syiah dari Libanon itu, tak banyak artinya. “Itu hanya operasi terbatas... tapi media kelewat membesar-besarkannya.” Siapa pun yang hendak bicara soal perdamaian di Suriah, menurut Nasrallah, dia harus datang kepada Assad. “Apa pun solusi politik untuk Suriah, harus dimulai dan diakhiri dengan Assad,” kata Nasrallah. Pernyataan Nasrallah terang ditujukan kepada semua pihak yang menghendaki Assad menyingkir dari Damaskus. Satu tuntutan yang tak akan dipenuhi oleh Assad dan sekutu-sekutunya. “Tak akan ada negosiasi yang berujung pada turunnya Assad.” Assad punya utang besar kepada Nasrallah dalam meraih “kemenangan” itu.

Bersama sponsor utama mereka, Iran, pasukan Assad dan prajurit Hizbullah bahu-membahu melawan ISIS, Front al-Nusra, Tentara Pembebasan Suriah, dan kelompok-kelompok anti-Assad lain. Sejak Nasrallah menyampaikan perintah kepada pengikutnya untuk membantu Assad lebih dari dua tahun lalu, ribuan prajurit Hizbullah mencemplungkan diri di medan perang Suriah. Bagi Nasrallah dan pengikutnya, mengangkat senjata untuk Assad bukan cuma menolong sesama muslim Syiah—Assad berasal dari keluarga Syiah Alawiyyah—tapi juga membayar utang budi. “Mereka para tentara bayaran dari Chechnya, Yaman, dan Libya hendak menjatuhkan Assad.... Dia telah banyak membantu kami dalam perang melawan Israel pada 2006. Sudah jadi tugas kami untuk menolongnya,” kata Mahmud, veteran perang 2006. Kehilangan suaminya dalam perang Suriah tak menghalangi Fatimah untuk mengirim dua anaknya kembali ke medan tempur di negara tetangga. Anak sulungnya, Wissam, 25 tahun, sudah pulang dari Suriah. Giliran Khodr, anak keduanya, berangkat berperang. “Aku sudah mengirim Khodr untuk mengikuti latihan selama satu bulan. Dia harus belajar menggunakan senapan supaya bisa menjadi pejuang seperti ayahnya,” kata Fatimah beberapa waktu lalu. Mereka, kata Wissam, tak akan membiarkan Assad jatuh dan ISIS berkuasa di Suriah. “Apakah kami harus membiarkan mereka datang dan menyembelih kami bak kambing seperti yang mereka lakukan terhadap umat Syiah di Irak dan Suriah? Tidak, kami akan mengalahkan mereka seperti kami mengalahkan Israel,” kata Wissam, penuh keyakinan. “Kami harus patuh kepada Syekh Hassan Nasrallah saat dia meminta kami berperang. Ayahku mati sebagai martir, dan kami siap mengikuti jalannya.”
●●●
Tak sarinya Presiden Suriah Bashar al-Assad muncul di layar televisi. Sejak kekuasaannya terus digoyang, Assad memang jarang tampil di televisi. Tapi, beberapa pekan lalu, tiba-tiba Assad berpidato di stasiun televisi milik pemerintah. “Hari ini kita sedang menghadapi perang, bukan sekadar pertempuran.... Perang bukanlah satu pertempuran, melainkan banyak sekali pertempuran,” kata Assad. “Kita tak sedang bicara soal puluhan atau ratusan pertempuran, melainkan ribuan pertempuran.... Dan hal yang biasa dalam pertempuran bila kita maju atau mundur, menang atau kalah.” Assad tak nongol di layar televisi tanpa alasan. Dia mesti meyakinkan para pendukungnya bahwa posisinya masih kokoh, tak tergoyahkan, meski sejak beberapa bulan lalu berita-berita soal kekalahan bertubi-tubi pasukan loyalis Assad dari milisi Front al-Nusra, ISIS, Ahrar ashSham, dan milisi-milisi anti-Assad lainnya terus bermunculan.
Dua video yang beredar di Internet beberapa waktu lalu mengabarkan bagaimana perubahan peta kekuatan di medan perang Suriah. Satu video menampilkan sekitar 1.700 prajurit milisi anti-Assad, Jaysh al-Islam, berparade di luar Kota Damaskus lengkap dengan sejumlah tank T-72 yang mereka rebut dari pasukan loyalis Assad. Satu video lagi merekam percakapan Kolonel Suhail Hassan, komandan kesatuan elite Brigade Harimau, dengan Menteri Pertahanan Suriah Fahad Jassim al-Freij, beberapa hari setelah Kota Jisr al-Shughour jatuh ke tangan gabungan milisi Jaish al-Fattah akhir April lalu. “Mereka butuh amunisi. Mereka tak punya lagi amunisi,” kata Kolonel Suhail lewat telepon. Setelah beberapa pekan menyerbu Kota Jisr al-Shughour dan Idlib di Provinsi Idlib, operasi besar-besaran milisi Ahrar ash-Sham, Front alNusra, Legiun Sham, dan Jaysh al-Sunna, yang tergabung dalam Tentara Penakluk alias Jaish al-Fattah, berhasil mengusir tentara loyalis Assad dari kota itu. Disokong oleh Hizbullah, Kolonel Suhail mencoba merebut kembali sejumlah desa di sekitar Kota Jisr al-Shughour, tapi mendapat perlawanan sengit dari milisi Jaish al-Fattah. “Seluruh Jisr alShughour sudah dibebaskan, tak ada lagi pasukan rezim di sini,” kata Ahmad, juru bicara Ahrar ash-Sham. Menurut dia, posisi Kota Jisr sangat strategis, karena bisa menjadi batu loncatan mereka untuk menyerang basis-basis utama kekuatan loyalis Assad di wilayah pesisir Suriah. “Bahkan Kota Jisr ini lebih penting ketimbang Idlib.... Sekarang wilayah pesisir ada dalam jangkauan tembakan kami.” Dua pekan lalu, giliran Mastouma, basis militer loyalis Assad terbesar di Idlib, dikuasai gabungan milisi yang dipimpin Front al-Nusra. “Seluruh tentara Assad sudah ditarik mundur dari Mastouma,” Al-Nusra menulis di Twitter.

Hanya berselang beberapa hari, giliran Kota Palmyra yang jatuh ke tangan milisi ISIS. Kemenangan gabungan milisi Jaysh al-Fattah menjadi kabar buruk bagi Assad. Milisi-milisi anti-Assad yang biasanya saling bertikai kini bisa bersatu melawan musuh bersama mereka, Bashar al-Assad. Negara-negara sponsor mereka—Turki, Qatar, dan Arab Saudi—punya andil besar mendamaikan milisi-milisi itu.

“Semuanya telah berubah. Mereka telah menyingkirkan semua perbedaan.... Arab Saudi tak lagi peduli siapa di antara kami yang menang, selama bukan ISIS. Saudi meyakinkan semua pihak bahwa musuh nyata kami adalah Iran,” ujar seorang pemimpin kelompok antiAssad. Ditekan ISIS dan milisi gabungan Jaysh al-Fattah dari pelbagai arah, Assad tak punya pilihan selain berpaling pada Iran dan Hizbullah. Dua pekan lalu, penguasa di Teheran sudah setuju memberikan utang kepada Assad senilai US$ 1 miliar atau sekitar Rp 13 triliun untuk membiayai perang di Suriah. Hassan Nasrallah juga siap mengirimkan tambahan ribuan prajuritnya untuk membantu tentara loyalis Assad. “Kami akan ada di manamana di Suriah,” kata Nasrallah. Menurut Nasrallah, mereka akan terus menggenjot operasi militer di daerah Qalamoun, sepanjang perbatasan Suriah dan Libanon. “Kami tak bisa menerima kelompok teroris dan takfiri di Bekaa dan Arsal.”
Assad mungkin semakin terpojok, tapi tak berarti minggu depan, bulan depan, atau setahun lagi bakal jatuh. Saat musuh-musuhnya terus merekrut prajurit, sejumlah milisi Syiah yang disponsori Iran, seperti Kataib Sayyid alSyuhada dan Liwa al-Imam al-Hussein, juga terus merekrut prajurit untuk “menolong” Assad. Menurut sumber di Libanon, Nasrallah sadar Assad tak mungkin mempertahankan setiap jengkal tanah di Suriah, atau merebut semua wilayah yang telah diduduki Al-Nusra atau ISIS. “Prioritas bagi Assad adalah mempertahankan Damaskus dan wilayah sekitar Damaskus, baru kemudian Aleppo dan sekitarnya,” kata Salem Zahran, wartawan Libanon yang dekat dengan Hizbullah. SAPTO PRADITYO | GUARDIAN | REUTERS | CNN | NYTIMES | DAILY STAR | AL-JAZEERA

Iran Kirim 15.000 Milisi Syi'ah Bayaran Asal Iran, Irak dan Afghanistan ke Suriah


Iran telah mengirimkan 15.000 petempur Syi'ah bayaran ke Suriah untuk membalikkan kekalahan pasukan pemerintah Suriah di medan perang baru-baru ini dan "bermimpi" untuk mencapai hasil tersebut pada akhir bulan ini, seorang sumber politik Libanon mengatakan kepada The Daily Star.

Pasukan milisi itu, terdiri dari warga Syi'ah Iran, Syi'ah Irak dan Syi'ah Afghanistan, yang dibayar minimal 3000 USD untuk terjun ke pertempurna, telah tiba di wilayah Damaskus dan di provinsi pesisir Latakia yang merupakan kampung halaman Assad, kata sumber tersebut.
Sumber itu mengatakan para petempur itu diharapkan menjadi ujung tombak upaya untuk merebut daerah-daerah di provinsi Idlib, di mana rezim telah mengalami serangkaian kekalahan di tangan koalisi Jaisyul Fath.

Jenderal Qasem Soleimani, komandan elit pasukan Quds Iran, berada di Latakia pekan ini untuk menopang persiapan kampanye tersebut, kata sumber itu.

Soleimani menjanjikan "kejutan" dari Teheran dan Damaskus.

"Dunia akan terkejut dengan apa yang kita dan kepemimpinan militer Suriah sedang persiapkan untuk beberapa hari mendatang," kata kantor berita resmi negara Iran IRNA mengutip perkataan jenderal tersebut hari Selasa (2/6/20150.

Rezim Presiden Suriah Bashar Assad setuju dengan berat hari terhadap rencana tersebut, yang diharapkan untuk mencapai dua tujuan, menurut sumber itu.

Salah satunya adalah untuk membalikkan moral pendukung rezim yang jatuh menyusul berbagai kekalahan di medan perang dan banyaknya jumlah korban tewas dari pihak mereka, sedangkan yang kedua adalah untuk mencapai keberhasilan tersebut pada akhir bulan ini, yang bertepatan dengan batas waktu bagi Iran dan kekuatan dunia untuk menyelesaikan kesepakatan interim tentang program nuklir Teheran.

Sebuah pembalikan nasib Damaskus, yang sangat tergantung pada bantuan dari Syi'ah Iran, akan meningkatkan pengaruh Teheran karena berhubungan dengan fase negosiasi penyelesaian pasca-Juni di beberapa bidang daerah bergolak, termasuk Suriah, kata sumber itu.

Pasukan rezim Bashar Al-Assad telah berada di bawah tekanan yang meningkat dalam beberapa bulan terakhir - di Idlib mereka dikalahkan di beberapa lokasi oleh koalisi tujuh anggota pejuang oposisi yang termasuk milisi kuat Ahrar Al-Sham dan Jabhat Al-Nusrah, afiliasi Al-Qaidah di Suriah.

Pasukan rezim juga kalah di kota pusat Palmyra bulan lalu setelah kampanye singkat oleh Daulah Islam (IS). (st/tds)

Foto: 4 Milisi Syi'ah bayaran asal dari Afghanistan ditangkap mujahidin Suriah di Idlib.



Kitab-Kitab Sirah Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam

Oleh :  Dr. Mustafa as-Syibaie
( Di petik dari bukunya SIRAH NABI MUHAMMAD S.A.W. PENGAJARAN & PEDOMAN  – http://www.mykonsis.org )


Pada mulanya kisah dalam Sirah Nabi s.a.w. hanya merupakan hadis-hadis yang diriwayatkan oleh para sahabat r.a. kepada generasi selepas mereka. Sesetengah sahabat memberikan perhatian khusus terhadap setiap peristiwa yang berlaku dalam sirah Nabi s.a.w. dan pendetailannya. Kemudian, para tabien menukilkan riwayat-riwayat ini dan mencatatnya dalam lembaran simpanan mereka. Sesetengah mereka memberi perhatian khusus terhadap usaha ini, contohnya: Aban bin ‘Othman bin ‘Affan r.a (32-105H) dan ‘Urwah bin az-Zubair bin al-‘Awwam (23-93H). Contoh di kalangan tabien kecil pula iulah, Abdullah bin Abu Bakar al-Ansori (meninggal dunia pada 135H), Muhammad bin Muslim bin Syihab az-Zuhri (50-124H) yang mengumpulkan sunnah pada zaman ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz hasil perintahnya, juga ‘Asim bin ‘Umar bin Qatadah al-Ansori (meninggal dunia 129H).
Kemudian keprihatinan terhadap Sirah telah berpindah kopada generasi selepas mereka, sehingga generasi ini menulis sirah dalam penulisan yang khusus (diasingkan daripada bidang yang lain).

Di antara pengarang awal Sirah yang paling terkenal ialah Muhammad bin Ishaq bin Yasar (Ibnu Ishaq) (meninggal dunia 152H). Jumhur ‘ulama dan para ahli hadis bersepakat mengatakan beliau thiqah, kecuali Malik dan Hisyam bin ‘ Urwah bin az-Zubair.
Diriwayatkan bahawa Malik dan Hisyam mempertikaikan beliau. Namun, kebanyakan ‘ulama muhaqqiqin menafsirkan tindakan kedua-dua orang ‘alim besar ini mempertikaikan kethiqahan Ibnu Ishaq adalah disebabkan persengketaan peribadi yang berlaku di antara mereka.

Ibnu Ishaq pula telah menulis kitab al-Maghazi. Kitab ini mengandungi hadis-hadis dan riwayat-riwayat, yang (didengarnya sendiri di Madinah dan Mesir. Dukacitanya, kitab ini tidak sampai kepada kita. la telah hilang bersama kitab-kitab lain yang hilang daripada warisan ilmu kita yang kaya. Akan tetapi, kandungan kitab itu masih kekal terpelihara. Kerana Ibnu Hisyam telah meriwayatkannya dalam kitab sirah beliau daripada jalan riwayat gurunya, al-Bakka-ie, salah seorang murid Ibnu Ishaq yang terkenal.

Sirah Ibnu Hisyam

Beliau ialah Abu Muhammad Abdul Malik bin Ayyub al-Himyari (dikenali dengan Ibnu Hisyam). Membesar di Basrah dan meninggal dunia pada tahun 213 atau 218H mengikut perbezaan riwayat. Ibnu Hisyam telah menulis kitab as-Sirah an-Nabawiyah. Kitab ini mengandungi peristiwa sirah yang diriwayatkan oleh gurunya, al-Bakka-ie daripada Ibnu Ishaq, di samping peristiwa sirah yang beliau riwayatkan sendiri daripada guru-gurunya. Iaitu riwayat yang tidak disebut oleh Ibnu Ishaq dalam kitab sirahnya. Beliau telah menyebut riwayat Ibnu Ishaq yang tidak menepati citarasa ilmunya dan yang dikritiknya. Kitab ini muncul sebagai sumber Sirah Nabi s.a.w. yang paling amanah, paling sahih. dan paling teliti. Ia diterima oleh orang ramai menyebabkan mereka terus menamakan kitab itu dengan nama beliau; Sirah Ibnu Hisyam. Kitabnya ini telah disyarahkan oleh dua orang ‘alim diri Andalus: as-Suhaili (508-581H) dan al-Khusyani (535-604H)

Tobaqot Ibnu Saad

Beliau ialah Muhammad bin Saad bin Mani’ az-Zuhri (dikenali dengan Ibnu Saad). Lahir di Basrah pada 168H dan meninggal dunia di Baghdad pada 230H. Beliau adalah seorang penulis kepada Muhammad bin ‘Umar al-Waqidi (130-207HJ, ahli sejarah yang terkenal dalam bidang kisah-kisah peperangan dan sirah. Ibnu Saad menyusun tulisannya dalam kitabnya, at-Tobaqot (selepas menulis tentang Sirah Rasul a.s. dengan menyebut nama-nama sahabat dan tabien mengikut lapisan generasi (tobaqot), kabilah dan kawasan mereka. Kitab beliau, at-Tobaqot dianggap antara sumber awal sirah yang paling dipercayai dan faktanya paling terpelihara dengan dinyatakan latar belakang sahabat dan tabien.


Tarikh at-Tobari


Abu Jaafar Muhammad bin Jarir at-Tobari (224-310H). Seorang imam, faqih, ahli hadis dan pengasas mazhab fiqh yang kurang tersebar. Penulisan beliau di bidang sejarah, tidak terbatas kepada Sirah Rasul a.s., bahkan sejarah umat-umat sebelumnya. Beliau menyediakan bahagian yang khusus untuk Sirah Baginda a.s., seterusnya menyambung perbicaraan tentang sejarah negara-negara Islam sehingga beliau hampir meninggal dunia. Apa yang diriwayatkan oleh at-Tobari boleh dijadikan hujah dan dipercayai.

Walau bagaimanapun, banyak riwayat dhaif atau batil yang beliau sebut, beliau berpada dengan menyandarkan riwayat tersebut kepada perawinya. Ini kerana pada zaman beliau, orang ramai mengenali perawi tersebut. Contohnya, apa yang diriwayatkan daripada Abu Mikhnaf. Abu Mikhnaf adalah seorang pengikut Syiah yang taksub. Namun begitu at-Tobari banyak memasukkan riwayat beliau ke dalam tulisannya dengan cara menyandarkan riwayat tersebut kepada Abu Mikhnaf. At-Tobari seolah-olah melepaskan tanggungjawab riwayat tersebut dan meletakkannya ke bahu Abu Mikhnaf.


Perkembangan penulisan Sirah

Kemudian, penulisan Sirah terus berkembang. Sesetengah aspek telah ditulis secara khusus dan berasingan seperti, Dala-il an-Nubuwwah (Tanda-tanda Kenabian) oleh al- Asbahani, Syama-il al-Muhammadiyyah (Perwatakan Muhammad) oleh at-Tirmizi, Zadul Ma’ad (Bekalan ke Tempat Kembali) oleh Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, as-Syifa’ (Kesembuhan) oleh Qadhi ‘Iyadh dan al-Mawahib al-Ladunniyah (Bakat-bakat Kurniaan Tuhan) oleh al-Qastoluni. Ia disyarah dalam lapan jilid oleh az-Zarqani yang meninggal pada tahun 1122H.

Demikianlah, ‘ulama masih terus menulis berkenaan Sirah ar-Rasul a.s. dengan cara moden yang diterima oleh citarasa anak-anak masa kini. Di antara kitab paling terkenal pada zaman moden kita ialah kitab Nur al-Yaqin fi Sirah Sayyid al-Mursalin oleh Syeikh Muhammad al-Khudhori rahimahullah. Kitabnya telah mendapat sambutan yang baik dan diputuskan untuk dipelajari di sekolah-sekolah agama di kebanyakan ceruk rantau Alam Islami.


Tobaqat adalah bermaksud lapisan generasi . Petikan berikut mungkin dapat membantu memahaminya :http://thifalblog.wordpress.com/2011/02/16/thobaqot-para-rowi-hadits/
Bahwa antara (zaman) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para penulis kitab-kitab sunan kira-kira berjarak antara 200-250 tahun, jarak waktu ini antara Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para penulis kitab-kitab tersebut, kira-kira terbagi menjadi 12 thobaqot :
1. Thobaqot yang pertama : para shahabat (الصحابة).
2. Thobaqot yang kedua : thobaqot Kibar Tabi’in (كبار التابعين), seperti Sa’id bin al-Musayyib, dan begitu pula para Mukhodhrom.
Mukhodhrom (المخضرم) : orang yang hidup pada zaman jahiliyyah dan Islam, akan tetapi ia tidak pernah melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam keadaan beriman. Misalnya : seseorang masuk Islam pada zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, akan tetapi ia tidak pernah bertemu Rasulullah karena jauhnya jarak atau udzur yang lain. Atau seseorang yang hidup sezaman dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, akan tetapi ia belum masuk Islam melainkan setelah wafatnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
3. Thobaqot ketiga : thobaqot pertengahan dari tabi’in (الطبقة الوسطى من التابعين), seperti al-Hasan (al-Bashri, pent) dan Ibnu Sirin, dan mereka adalah (berada pada) thobaqot yang meriwayatkan dari sejumlah Shahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
4. Thobaqot keempat : Tabi’in Kecil (صغار التابعين), mereka merupakan thobaqot yang sesudah thobaqot yang sebelumnya (thobaqot ke-3, pent). Kebanyakan riwayat mereka adalah dari kibar tabi’in (thobaqot ke-1, pent). Rowi yang dalam thobaqot ini contohnya adalah az-Zuhri dan Qotadah.
5. Thobaqot kelima : Thobaqot yang paling kecil dari tabi’in (الطبقة الصغرى من التابعين), mereka adalah yang lebih kecil dari yang thobaqot-thobaqot tabi’in yang sebelumnya. Dan mereka adalah termasuk tabi’in, mereka melihat seorang atau beberapa orang Shahabat. Contoh thobaqot ini adalah Musa bin ‘Uqbah dan al-A’masy.
6. Thobaqot keenam : thobaqot yang sezaman dengan thobaqot ke-5 (عاصروا الخامسة), akan tetapi tidak tetap khobar bahwa mereka pernah bertemu seorang Shahabat seperti Ibnu Juraij.
7. Thobaqot ketujuh : thobaqot Kibar Tabi’ut Tabi’in (كبار أتباع التابعين), seperti Malik dan ats-Tsauri.
8. Thobaqot kedelapan : thobaqot Tabi’u Tabi’in Pertengahan (الوسطى من أتباع التابعين), seperti Ibnu ‘Uyainah dan Ibnu ‘Ulaiyyah.
9. Thobaqot kesembilan : thobaqot yang paling kecil dari Tabi’ut Tabi’in (الصغرى من أتباع التابعين), seperti Yazid bin Harun, asy-Syafi’i, Abu Dawud ath-Thoyalisi, dan Abdurrozzaq.
10. Thobaqot kesepuluh : thobaqot tertinggi yang mengambil hadits dari Tabi’ut Taabi’in (كبار الاخذين عن تبع الاتباع) yang mereka tidak bertemu dengan tabi’in, seperti Ahmad bin Hanbal.
11. Thobaqot kesebelas : thobaqot pertengahan dari rowi yang mengambil hadits dari Tabi’ut Tabi’in (الوسطى من الاخذين عن تبع الاتباع), seperti adz-Dzuhli dan al-Bukhori.
12. Thobaqot keduabelas : thobaqot yang rendah dari rowi yang mengambil hadits dari Tabi’ut Tabi’in (صغار الاخذين عن تبع الاتباع), seperti at-Tirmidzi dan para imam yang enam lainnya yang tertinggal sedikit dari wafatnya para tabi’ut tabi’in, seperti sebagian para syaikh-nya an-Nasa’i.
[diterjemahkan dari kitab “Syarh ‘Ilalil Hadits ma’a As-ilah wa Ajwibah fi Mushtholahil Hadits” hal. 74-75, karya asy-Syaikh Mushthofa al-‘Adawi]


Sepintas Lalu Tentang Ibnu Ishak

Namanya Muhamad bin Ishaq . Hidup sezaman dengan Imam Malik dan pernah berjumpa dengan Anas bin Malik dan Said ibnu Musayyab.

Beliau tidak rasminya diangkat sebagai ‘bapa sirah’ dan cerita-cerita sirah yang bersumber dari beliau banyak bertebaran dalam kitab-kitab sirah kemudiannya . Malah dalam sukatan pelajaran Universiti Al-Azhar terdapat cerita-cerita yang bersumber dari beliau.

Salah seorang anak muridnya Ibnu Hisham telah mengutip secara bebas ( ataupun dengan tapisan yang ringan) cerita-cerita dari Ibnu Ishaq dan memuatkannya di dalam kitabnya yang termasyhur Sirah Ibnu Hisham, sebuah kitab rujukan sirah yang utama masakini.

Ibnu Ishaq ialah seorang penganut Syiah . Anutannya telah mempengaruhi cara beliau berfikir dan telah banyak diabadikan di dalam kitab-kitab yang beliau nukilkan atau dalam siri pengajiannya.

Banyak cerita-cerita ganjil berkenaan kehidupan dan suasana awal Islam yang bersumber hanya dari beliau seorang. Cerita-cerita ini banyak untuk menyokong fahaman syiahnya iaitu samada mengangkat Saidina Ali ra atau keluarganya, mengurangkan sumbangan atau memburuk-burukkan sahabat yang lain terutama Saidina Muawiyah serta sahabat-sahabat utama seperti Abu Bakar , Umar ra

Di antara cerita yang diriwayatkan oleh beliau yang dipertikaikan oleh Ulamak ialah:

a) Kisah Hindun ra , ibu kepada saidina Muawiyah, yang dikatakan memakan jantung Saidinia Hamzah. Cerita ini tidak pernah diceritakn oleh orang lain malah dalam Shahih Bukari , Wahsyi ra yang membunuh Saidina Hamzah tidak pernah menyebut tentang kisah ini. Motif utama ialah mencacatkan Hindun, ibu kepada Muawiyah , musuh utama golongan Syiah.

b) Kekarutan dalam cerita-cerita tentang Muawiyah ra dengan menggambarkan beliau sebagai seorang pemutar belit dan suka mengambil kesempatan. Motifnya ialah untuk mencederakan peribadi sahabat besar ini kerana dengan tercederanya beliau bermakna Quran yang ada hari ini berkemungkinan tercedera juga, kerana beliau adalah salah seorang jurutulis wahyu nabi.

c) Cerita hijrah nabi saw dari rumah beliau saw pada waktu malam dengan Saidina Ali menggantikan tempat tidur baginda saw. Pada mata kasarnya ianya menunjukkan keberanian, kepatuhan dan pengorbanan Saidina Ali. Tetapi dalam kitab hadis paling sahih, Sahih Bukhari , mengatakan nabi saw berhijrah dari rumah Saidina Abu Bakar di waktu siang hari .
Dalam Sahih Bukhari dinyatakan dengan jelas peranan keluarga Abu Bakar seperti Abd Rahman, Asma’ dan lain-dain dalam peristiwa hijrah ini. Tidak lain cerita yang dibawa oleh Ibnu Ishak ialah untuk menutup sumbangan dan pengorbanan besar Abu Bakar ra sekeluarga sesuai dengan akidah Syiah yang mengkafirkan sahabat-sahabat besar seperti Abu Bakar, Umar, Usman, Aisyah dan seterusnya.

d) Kisah Isra’ nabi dari rumah Ummu hani’ . Ummu Hani ialah kakak kepada Saidina Ali dan masa ini masih lagi belum Islam . Secara sepintas lalu dapat diperhatikan Ibnu Ishak cuba mengaitkan setiap peristiwa besar dengan Saidina Ali sekeluarga. Tetapi dalam kes ini beliau sebenarnya cuba mencederakan maruah Rasullullah saw sendiri . Kalau cerita ini benar, kita akan mengatakan bahawa nabi saw bersunyi-sunyi ( atau tidur) di rumah isteri orang tanpa kehadiran suaminya. Alangkah dahsyatnya fitnah yang ingin dilemparkan oleh Ibnu Ishaq terhadap nabi saw.

e) Kisah mempersaudarakan Ali ra dengan nabi saw. Suatu kisah yang tidak masuk akal bila dipandang dari tujuan ‘mempersaudarakan’ itu sendiri, kerana sememangnya Ali adalah saudara kepada nabi saw dan beliau ra adalah sama-sama dari Mekah. Tidak lain ini adalah untuk menaikkan martabat Ali ra dari yang sepatutnya untuk merasionalkan hujjah bahawa beliaulah yang sepatutnya dilantik menjadi khalifah selepas wafatnya nabi saw.

Banyak lagi kisah aneh yang dikeluarkan oleh beliau seorang. Maka tidak menghairankan bila ulamak besar mengatakan :

”…..salah seorang dajjal ” , ” Kami telah menghalau Ibnu Ishaq keluar dari Madinah” – Imam Malik

“Dia meriwayatkan hadith-hadith karut dari orang-orang majhul ( orang yang tidak diketahui latarbelakangnya) ” – Ali Ibnu Al-Madini

” Muhammad bin Ishaq adalah di antara perawi-perawi yang tidak menepati syarat-syarat hadith sahih” – Imam Nawawi

“Aku bersaksi bahawa Muhammad bin Ishaq adalah pendusta besar ” – Yahya bin Said al-Qatthan

Mereka yang men’ta’dil’ kannya bersikap demikian kerana tidak mengetahui dengan jelas kedudukan sebenar beliau samada kerana tidak hidup sezaman dengannya atau tidak dapat mengesan sifat sebenar disebabkan oleh sikap “Taqiyah” yang diamalkan sesuai dengan kehendak ajaran Syiah yang dianutinya.

Catatan sejarah perlu diperbetulkan kerana ini akan menjaga keutuhan agama Islam ini sendiri. Kita tidak akan berpuashati menganut agama Islam sekiranya nabinya besekedudukan dengan isteri orang, sahabat-sahabat utama yang meneruskan syiar ini berperangai tidak senonoh malah menjadi kafir selepas peninggalan nabi saw, jurutulis wahyu di mana Quran yang kita pegang hari ini merupakan orang yang tidak boleh dipercayai dan sentiasa mencari peluang untuk habuan dunia malah beliau datang dari keluarga yang tidak bertamaddun.

Sikap yang perlu diambil ialah kita wajib menolak seorang yang bernama Muhammad bin Ishaq secara total untuk menyelamatkan Islam yang kita cintai ini secara total. Wallahua’lam

Baca juga :

Pendustaan Syiah di Dalam Sejarah Islam

Oleh : Dr. Muhammad Amahzun
PENGENALAN
Ulamak ilmu jarh wa ta’dil (penilaian keadilan perawi hadith) telah bersetuju secara keseluruhannya bahawa fenomena pembohongan di kalangan syiah adalah lebih menonjol dan ketara berbanding dengan kelompok-kelompok yang lain. Kitab-kitab ilmu jarh wa ta’dil yang masyhur seperti kitab-kitab Imam Bukhari, Ibnu ‘Adi, Ibnu Mu’ien, Ad-Daruquthni dan lain-lain penulisan mereka yang berikhtisaskan hal ehwal sanad periwayatan, secara nyata membuat kesimpulan bahawa, pembohongan oleh syiah adalah yang paling banyak di kalangan ahli qiblat. Bahkan muncul pepatah yang berbunyi ‘lebih pembohong dari rafidhi (syiah)’ sebagai mengisyaratkan kepada betapa seseorang itu sangat kuat berdusta.
Sebagai contoh, Abu Muawiyah Ad-Dharir Al-Kufi berkata, aku telah mendengar Al-A’masy menyebut, “…aku telah menemui orang ramai dan tidaklah mereka menamakan syiah itu melainkan sebagai para pendusta.” (lihat : Minhaj As-Sunnah oleh Ibnu Taimiyah juzuk 1 ms. 16). Al-Khatib Al-Baghdadi juga pernah meriwayatkan dengan sanad kepada Ibnu Al-Mubarak, beliau berkata, “Abu ‘Ismah telah bertanya kepada Abu Hanifah : daripada siapakah kamu memerintahkan aku supaya mendengar (untuk mengambil dan meriwayatkan hadith)?” Abu Hanifah menjawab, “Daripada setiap mereka yang adil pada hawa nafsunya melainkan syiah, kerana sesungguhnya usul aqidah mereka adalah menghukum sesat para sahabat Muhammad SAW”. (lihat : Al-Kifayah fi ‘Ilmi Ar-Riwayah oleh Al-Khatib Al-Baghdadi ms. 203).
Bahkan Hamad bin Salamah telah berkata, “telah berkata syeikh mereka (syiah) bahawa: Sesungguhnya jika kami berkumpul, kami akan memperelokkan satu-satu riwayat dan kemudian kami jadikan ia sebagai hadith!” (lihat: Minhaj As-Sunnah oleh Ibnu Taimiyah juzuk 1 ms. 16). Selain itu, Yunus bin Abdul A’la telah berkata, “Asyhab telah berkata: Imam Malik telah ditanya pendapatnya mengenai syiah rafidhah”. Imam Malik menjawab, “janganlah kamu bercakap dengan mereka dan jangan meriwayatkan apa-apa dari mereka. Sesungguhnya mereka itu adalah pendusta.” (lihat: Al-Muntaqa oleh Adz-Dzahabi, ms. 21). Harmalah juga pernah bekata, “aku mendengar Imam Asy-Syafie berkata: aku tidak pernah melihat seseorang membuat kesaksian palsu selain daripada syiah ar-rafidhah”. (lihat : Al-Kifayah fi ‘Ilmi Ar-Riwayah oleh Al-Khatib Al-Baghdadi ms. 202).
Lebih jauh daripada itu, syiah telah menjadikan pendustaan sebagai syiar mereka lalu diimejkan jenayah itu dengan imej keagamaan dengan menamakannya sebagai ‘Taqiyyah’. Misalnya mereka berkata, “Tiada iman bagi sesiapa yang tidak bertaqiyyah” Kalam ini mereka nisbahkan kepada Muhammad Al-Baqir sebagai pengkhianatan dan pencelaan ke atas Al-Baqir. (lihat: Al-Kafi fil Usul oleh Al-Kulaini, bab At-Taqiyyah juzuk 2 ms. 19).
AHLUL BAYT DAN PEMBOHONGAN SYIAH

Pembohongan syiah bukan sahaja mendapat komentar oleh para ulamak hadith dan lain-lainnya, bahkan turut diulas oleh Saidina Ali RA dan para Alul Bayt sendiri. Misalnya, Abu Amr Al-Kasyi menyebut di dalam kitab Ar-Rijal, “Abu Abdillah (iaitu Jaafar As-Sadiq) telah berkata: sesungguhnya kami Alul Bayt adalah orang-orang yang benar, tetapi kami tidak bebas dari terkena pendustaan ke atas kami. Lantas kebenaran kami telah gugur disebabkan oleh pendustaan mereka ke atas kami di kalangan manusia. Rasulullah SAW adalah sebenar-benar insan tetapi Musailamah telah mendustainya, Amirul Mu’minin Ali bin Abi Thalib adalah orang benar selepas Rasulullah SAW dengan kesaksian daripada Allah tetapi dia telah didustakan oleh Abdullah bin Saba’ -Laknatullah ‘Alaih-. Manakala Abu Abdillah Al-Husein bin Ali pula telah ditimpa bencana Al-Mukhtar (Ats-Tsaqafi). ..Manakala Ali bin Al-Husein pula telah didustakan oleh Abdullah bin Al-Harith Asy-Syami dan Bannan… begitu juga dengan Al-Mughirah bin Said serta As-Sirriey dan Abu Al-Khattab…” Lantas beliau menyambung, “… laknat Allah ke atas mereka semua, dan kami juga tidak terlepas dari didustakan oleh pendusta. Cukuplah Allah (sebagai pelindung kami) dari bencana sekalian pendusta, semoga Allah merasakan ke atas mereka kepanasan besi yang terbakar”. (lihat: Ar-Rijal oleh Al-Kasyi ms. 257).
Sesungguhnya golongan syiah telah mencipta banyak hadith dan riwayat palsu yang bertepatan dengan kehendak hawa nafsu mereka sebagaimana mereka mencipta hadith palsu di dalam bab kelebihan Ali dan Alul Bayt. Mereka juga mencipta banyak nas palsu untuk mencela pada sahabat RA khususnya Abu Bakar RA dan Umar Al-Khattab RA. (lihat contohnya di dalam Syarh Nahjil Balaghah oleh Ibnu Abi Al-Haddad, juzuk 2 ms.135). Syiah juga mencipta hadith palsu untuk menghina Muawiyah RA. Satu contoh mudah adalah hadith yang dinisbahkan kepada Rasulullah SAW kononnya Baginda berkata, “jika kamu melihat Muawiyah di atas mimbarku, maka bunuhlah dia” (lihat: Al-Alie’ Al-Masnu’ah fi Al-Ahadith Al-Maudhu’ah oleh As-Sayuti, juzuk 1 ms. 323) Bukan sahaja di dalam membahaskan tentang Ali RA dan Muawiyah RA, bahkan syiah juga mencipta banyak pembohongan terhadap para sahabat RA yang lain. Jika mereka berani untuk mendustakan Nabi SAW maka seudah tentulah pembohongan ke atas selain Baginda itu jauh lebih mudah bagi mereka.


IBNU TAIMIYAH DAN SYIAH


Penulisan Ibnu Taimiyah di dalam kitabnya Minhaj As-Sunnah adalah di antara penulisan yang paling baik di dalam proses mendedah dan menyingkap perancangan dan taktik syiah merosakkan kesucian Islam di dalam masalah aqidah, hadith, fiqh dan sejarah. Katanya, “… sesungguhnya ahli ilmu telah bersepakat dengan naqal,, riwayat dan isnad bahawa syiah itu adalah sedusta-dusta kaum, pembohongan di kalangan mereka telah begitu lama, dan sebab itulah para imam dan ulamak Islam mengenali mereka sebagai kelompok yang beridentitikan ‘kaki dusta’” (lihat: Minhaj As-Sunnah oleh Ibnu Taimiyah juzuk 1 ms. 16).
Jika dibuat penelitian terhadap riwayat-riwayat yang dipelopori oleh syiah, kita akan menemui kesimpulan bahawa golongan ini tidak pernah memperincikan hadith- hadith mereka kepada soal amanah, ‘adalah (keadilan perawi) dan penjagaan serta hafalan. Kitab-kitab muktabar mereka seperti Al-Kafi dan sebagainya, penuh dengan riwayat-riwayat yang disanadkan kepada sedusta-dusta perawi. Ini adalah kerana, pertimbangan kesahihan riwayat mereka hanyalah berpaksikan kepada sikap taasub, hawa nafsu dan kebencian mereka terhadap kepimpinan dan ulamak Islam. Jelas sekali mereka tidak menerima riwayat melainkan ia dibawa oleh perawi yang semazhab dengan mereka, iaitu cukup dengan kedudukan perawi itu seorang syi’e imami. Tidak menjadi soal sama ada perawi itu seorang yang teliti atau lalai, benar atau pembohong, mereka tidak menilai riwayat-riwayat dengan satu kaedah ilmiah sebagaimana yang kita lihat di kalangan ulamak Ahli Sunnah Wal Jamaah. Kaedah ini adalah intisari terpeliharanya ajaran Islam bahkan dikagumi oleh pengkaji- pengkaji barat seperti Margolioth dan lain-lain. Seringkali apabila ditanya siapakah perawi hadith ini, syiah akan menjawab, ia diriwayatkan oleh Al-Husein, Al-Baqir atau Musa Al-Kadzim… maka muktamadlah ia. (lihat: Asy-Syiah fi ‘Aqa’idihim wa Ahkamihim oleh Amir Muhammad Al-Kadzimi Al-Qazwini ms. 6, dinaqalkan dari Wa Jaa’a Daurul Majus oleh Dr. Abdullah Al-Gharib ms. 121)
Ibnu Taimiyah ketika membantah dakwaan Ibnu al-Muthahhar Al-Hulliy Ar-Rafidhi yang mendakwa di dalam kitabnya Minhaj Al-Karamah bahawa perawi-perawi syiah adalah tsiqah, beliau berkata,
“.. Kami (ahli sunnah dan hadith) mengkritik perawi-perawi kami dari kalangan ahli sunnah tanpa membuat sebarang penambahan. Kami mempunyai tulisan yang banyak sekali untuk menilai sama ada mereka adil atau dhaif, benar atau lalai, dusta atau keliru. Kami tidak menyokong mereka secara batil sebagai usul walaupun dengan kesalehan dan keelokan ibadat mereka. Bahkan kami menggugurkan periwayatan mereka sebagai hujah sekiranya mereka banyak melakukan kesilapan di dalam meriwayatkan hadith dan lemah ingatan walaupun mereka itu terdiri daripada wali-wali Allah. Sedangkan kalian (syiah) menetapkan seorang perawi itu sebagai tsiqah (berkepercayaan) hanya kerana dia seorang syiah imami, tanpa mengira dia itu seorang yang pelupa atau kuat ingatan, berdusta atau bercakap benar. Dengan itu penuhlah di tangan kalian berita dan khabar lisan kalian yang berdusta atau tidak diketahui kesahihannya. Sama perihalnya dengan Ahli Kitab Yahudi dan Kristian dengan pendustaan syiah Ar-Rafidhah sebagai perbandingan…”
“… Kami mengetahui bahawa Khawarij itu lebih jahat daripada kalian, tetapi walaupun begitu kami tidak menuduh mereka sebagai pendusta. Ini adalah kerana kami telah  pun menguji mereka dan jelasnya mereka itu bercakap benar. Maka bagi mereka itu apa yang benar dan ke atas merekalah kesalahan-kesalahan yang dilakukan.Sedangkan di sisi kalian, yang benar itu dianggap seperti titik hitam yang keji…! Sedangkan Ahli Sunnah dan Hadith tidak merestui pembohongan walaupun ia boleh memberikan keuntungan pada hawa nafsu. Lihat sahaja berapa banyak riwayat mengenai kelebihan Abu Bakar, Umar, Uthman bahkan Muawiyah serta yang lain-lainnya di dalam hadith-hadith yang sanadnya diriwayatkan oleh  An-Naqqasy, Al-Qathi’ie, Ats-Tsa’labi, Al-Ahwazi, Abi Naiem, Al-Khatib, Ibnu Asakir dan lain-lainnya. Akan tetapi ulamak hadith tidak menerima sekiranya ada keterangan tentang berlakunya pendustaan di dalamnya bahkan jika pada isnad hadith itu ada sahaja seorang perawi majhul yang tidak diketahui perihalnya, maka hadith itu ditangguhkan penerimaannya. Sedangkan kalian (syiah) hanya mensyaratkan hadith di sisi kalian bahawa ia bertepatan dengan hawa nafsu biarpun ia umpama daging yang busuk mahupun lemak!” (lihat Al-Muntaqa oleh Adz-Dzahabi ms. 480)


IBNU QAYYIM AL-JAUZIYAH DAN SYIAH


Ketika mengulas tentang syiah, Ibnu Qayyim Al-Jauziyah menyatakan, “Manakala Ali bin Abi Thalib, hukum hakam dan fatwanya begitu tersebar sekali. Akan tetapi, semoga Allah membinasakan syiah, mereka telah merosakkan banyak daripada ilmunya (Ali bin Abi Thalib) dengan melakukan pendustaan ke atas beliau. Oleh yang demikianlah, anda dapati kebanyakan ashabul hadith dan ahlus sahih tidak berpegang kepada hadith dan fatwa Ali bin Abi Thalib melainkan jika ia datang melalui periwayatan Ahli Baytnya dan pengikut Abdullah bin Mas’ud.” (lihat : ‘A’lam Al-Muwaqqi’ien oleh Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, juzuk 1 ms. 21)
Jelaslah kelihatan di dalam pengamatan kita, bahawa kebanyakan riwayat yang wujud mencela khilafah Amirul Mu’minin Uthman bin Affan RA. adalah daripada golongan syiah. Mereka tidak meriwayatkan berita-berita tentang peristiwa berkenaan daripada perawi yang menyaksikan kejadiannya, bahkan hanya mendengar daripada yang mendengar, berdusta dari yang berdusta. Dalam banyak keadaan juga, seorang perawi banyak meriwayatkan kejadian yang berlaku berpuluh tahun sebelum itu.
Berikut adalah pendapat para ulamak jarh wa ta’dil berhubung dengan beberapa orang perawi syiah terkemuka. Mereka adalah di antara pemilik riwayat-riwayat yang terdapat di dalam kitab sejarah yang utama seperi kitab Tarikh Ar-Rusul wal Muluk oleh Imam At-Thabari. Merekalah juga tokoh ahli akhbar (akhbariyyin) yang paling banyak menyumbang riwayat berhubung dengan fitnah yang berlaku di zaman Saidina Uthman dan Ali RA. Riwayat-riwayat berkenaan memperlihatkan pengolahan kisah dengan gambaran khusus untuk mereka menyebarkan propaganda syiah di awal-awal terasasnya sejarah Islam, selepas mereka menipu ramai manusia atas nama agama dan kecintaan kepada Alul Bayt!
Kita kemukakan tiga contoh perawi syiah yang merupakan antara perawi yang wujud di dalam periwayatan Tarikh At-Thabari. Penjelasan ini bertujuan untuk memperlihatkan  bagaimana mudarat yang telah syiah lakukan terhadap sejarah Islam. Mereka yang mahu melanjutkan pengetahun berhubung dengan perawi-perawi syiah, kitab-kitab ilmu jarh wa-ta’dil mempunyai banyak catatan berhubung dengan mereka. Bahkan terdapat juga buku yang mengumpulkan maklumat berhubung dengan perawi syiah secara khusus. Misalnya kitab Rijal Asy-Syiah fil Mizan oleh Abdul Rahman Abdullah Az-Zar’ie, cetakan Darul Arqam, Kuwait.
Abu Mikhnaf Lut bin Yahya
Abu Hatim berkata mengenainya : matruk (ditinggalkan -yakni tidak diambil periwayatannya). Ad-Darulquthni pula mengatakan bahawa beliau dhaif (lemah). Ibnu Mu’ien berkata: dia itu tidak dipercayai dan tidak mempunyai sebarang nilai.. Ibnu ‘Adie mengatakan bahawa beliau ini syiah pekat yang menjadi tuan punya kisah-kisah (akhbar) kaum itu. Adz-Dzahabi mengatakan bahawa beliau seorang ikhbari (ahli akhbar) yang cuai dengan periwayatannya serta tidak dipercayai.


Hisham bin Muhammad bin As-Saib Al-Kalbi

Imam Ahmad bin Hanbal berkata: Sesungguhnya beliau adalah pemilik hikayat-hikayat malam (samar) dan perihal nasab. Padaku tidaklah ada seorang pun yang mengambil hadith daripadanya. Ad-Darulquthni pula memberi komentar bahawa Al-Kalbi ini matruk. Ibnu Asakir mengatakan bahawa beliau ini syiah rafidhie yang tidak boleh dipercayai. Al-’Uqaili mengatakan bahawa padanya ada kelemahan (dari segi jarh wa ta’dil). Ibnu Al-Jarud dan Ibnu As-Sakan menyenaraikan Al-Kalbi di dalam kitab Ad-Dhu’afa (perawi-perawi yang dhaif) mereka. Al-Kalbi juga dicela oleh Al-Asma’ani.  Ibnu Hibban juga mengatakan bahawa beliau meriwayatkan daripada bapanya yang mana mereka berdua terkenal dengan kisah-kisah karut dan akhbar yang tidak diketahui asal-usulnya. Juga sangat melampau di dalam berpegang dengan mazhab syiahnya.. Ibnu Mu’ien berkata: beliau itu seorang yang tidak dipercayai, pendusta dan sering tercicir di dalam periwayatannya. Ibnu ‘Adie berkata: Hisham Al-Kalbi itu lebih terkenal dengan hikayat-hikayat malam (samar) dan setahu aku tidaklah ia mempunyai sebarang musnad bahkan  bapanya juga adalah al-kazzab (sangat pendusta). Adz-Dzahabi pula memberi komen: Hisham itu tidak boleh dipercayai.
Jabir bin Yazid Al-Ju’fie
Ibnu Mu’ien berkata : Jabir itu seorang yang sangat pendusta, hadithnya tidak ditulis dan tiada kemuliaan baginya. Zaidah bin Qudamah Ats-Tsaqafi Al-Kufi berkata : sesungguhnya Al-Ju’fie itu demi Allah seorang seorang yang sangat pendusta dan beriman dengan akidah Ar-Raj’ah. Abu Hanifah pula menyebut : Di kalangan orang yang pernah aku temui, tiadalah yang lebih pendusta dari Jabir Al-Ju’fie. Tidaklah aku berikan dia satu-satu pendapatku melainkan ia akan mendatangiku dengan sesuatu yang telah ia lakukan kepada pendapatku. An-Nasa’ie berkata : matruk. Abu Daud pula berkata : Tiadalah sebarang kekuatan pada hadithnya (Al-Ju’fie) di sisiku. Asy-Syafie berkata :  Aku mendengar Sufian bin Uyainah berkata: Aku mendengar kalam Jabir Al-Ju’fie lantas aku segera menyembunyikan diri kerana bimbang kami akan ditimpa oleh bumbung! Yahya bin Ya’la pula menyebut : Aku mendengar Zaidah Ats-Tsaqafi Al-Kufi berkata : Jabir A-Ju’fie itu seorang syiah Ar-Rafidhie yang mencaci sahabat-sahabat Nabi SAW. Ibnu Hibban pula memberikan komentarnya : Beliau (Al-Ju’fie) itu adalah saba’ie pengikut Abdullah bin Saba’. Beliau mempercayai bahawa Ali itu akan kembali ke dunia. Al-Jourjanie berkata : Beliau itu sangat pendusta.


Kesimpulan


Ketiga-tiga perawi tadi adalah pemegang kepada riwayat-riwayat utama berhubung dengan peristiwa fitnah di zaman Saidina Uthman RA yang terdapat di dalam kitab Tarikh Al-Umam War-Rusul oleh Imam At-Thabari. Merekalah yang bertanggungjawab terhadap riwayat-riwayat dusta yang memburuk-burukkan para sahabat Rasulullah SAW seperti Uthman bin Affan RA., Aishah RA. dan Muawiyah bin Abi Sufian RA. Kefahaman umat Islam terhadap beberapa peristiwa getir di zaman itu seperti Perang Jamal dan Siffin, Majlis Tahkim, pembunuhan Husein RA dan sebagainya, juga dicemari dengan riwayat-riwayat para pembohong seperti perawi yang telah kita sebutkan di atas.   Oleh yang demikian, amat penting bagi kita untuk membuat penilaian semula terhadap Sejarah Islam yang kita fahami selama ini. Mana-mana riwayat yang didapati bercanggah dengan kedudukan para Sahabat RA dan Baginda SAW sendiri, hendaklah dikaji semula dan dinilai berdasarkan kedudukan perawi yang meriwayatkannya.
Ini adalah anjuran Imam At-Thabari sendiri sebagaimana yang beliau nyatakan di dalam muqaddimah kitabnya Tarikh Al-Umam wal Muluk (Tarikh At-Thabari) yang masyhur itu; bahawa kesahihan riwayat-riwayat yang dikemukakannya hendaklah ditentukan dengan menilai sanad yang beliau sertakan pada hampir setiap riwayat. Janganlah nanti kerana menganggap kitab Tarikh At-Thabari itu muktabar, maka kita mengabaikan kaedah yang disyaratkan kepada mereka yang ingin mengambil manfaat daripada penulisannya itu. Sesungguhnya  semua ini berhajatkan kepada disiplin ilmu yang tinggi, maka janganlah nanti ada pula yang mencabuli kebenaran yang menjadi hak Allah tanpa ilmu pengetahuan yang nyata. Allah SWT berfirman:
“Dan ada di antara manusia yang membantah perkara-perkara yang berhubung dengan Allah SWT, tidak berdasarkan sebarang pengetahuan, dan ia menurut tiap-tiap syaitan yang telah sebati dengan kejahatan.” (Al-Hajj 22 : 3)
FirmanNya lagi:
“Dan ada di antara manusia yang membantah perkara-perkara yang berhubung dengan Allah SWT dengan tidak berdasarkan sebarang pengetahuan, dan tidak berdasarkan sebarang keterangan atau Kitab ALlah yang menerangi kebenaran. Ia membantah sambil memalingkan sebelah badannya dengan sombong angkuh sehingga menghalang dirinya dan orang lain dari jalan agama Allah; ia akan beroleh kehinaan di dunia dan Kami akan merasakannya azab membakar pada hari kiamat kelak” (Al-Hajj 22 : 8-9)
Artikel ini diterjemah dan disunting berdasarkan tesis PhD Dr. Muhammad Amahzun bertajuk “Tahqiq Mawaqif As-Sahabah fil Fitnah min Riwayat Al-Imam At-Thabari wal Muhaddithin” yang diterbitkan dalam bentuk buku oleh Dar At-Thayyibah lin Nasyr wat Tauzi’, Riyadh.