Wednesday, January 6, 2016

Semua Negara Islam ( PBB ) Mengecam Kebarbaran Majusyiah Iran, Indonesia Tidak ? Bagaimana Bisa Mendamaikan Kedua Negara, Kalau Indonesia terkesan Memihak (Sudah Punya Kesepakatan Kerjasama Militer Dan Intelijen ) Dengan Majusyiah Iran.

Hasil gambar untuk kerjasama indonesia iranHasil gambar untuk kerjasama indonesia iran
Hasil gambar untuk kerjasama indonesia iranHasil gambar untuk kedutaan saudi di iran

Dunia Kecam Iran atas Serangan pada Misi Diplomatik Saudi di Teheran

Kecaman terhadap Iran atas serangan oleh para penganut Syi'ah terhadap misi diplomatik Saudi di Teheran dan Mashhad terus berlanjut hari Selasa (5/1/2015).
Serangan itu, yang tampaknya seperti "dibiarkan" terjadi oleh Iran, menyebabkan Saudi dan beberapa negara lainnya memutuskan untuk mengakhiri hubungan diplomatik dan juga bisnis dengan Teheran. 


Anggota Dewan Keamanan PBB, Turki, Pakistan, Malaysia dan Kuwait menambahkan suara mereka menggemakan kecaman atas serangan tersebut.



Dalam sebuah pernyataan pada hari Senin malam, anggota Dewan Keamanan PBB mengutuk serangan dan mengatakan Iran berada di bawah kewajiban untuk melindungi semua misi diplomatik, menurut laporan yang dibawa oleh SPA.


Pernyataan ini juga mendesak semua pihak untuk masuk ke dalam pembicaraan untuk meredakan ketegangan yang tumbuh di kawasan itu, SPA melaporkan.

Turki menggambarkan serangan itu sebagai "tidak dapat diterima" dalam sebuah pernyataan yang disiarkan oleh SPA. Dikatakan Teheran diwajibkan oleh Konvensi Wina sebagai negara tuan rumah untuk melindungi semua misi diplomatik asing yang ada di wilayahnya.

Pakistan mengecam pemerintah Iran dan mengatakan mereka harus bertanggung jawab atas serangan di misi Arab. Mereka harus memberikan perlindungan bagi semua diplomat, kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Pakistan Qazi Khalilullah.

Malaysia juga mengutuk serangan itu dan menyerukan Teheran untuk mengambil semua langkah untuk melindungi misi asing di Iran. Menteri Luar Negeri Datuk Seri Anifah Aman, dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan Selasa, mengatakan ini adalah sesuai dengan Konvensi Wina 1961 tentang Hubungan Diplomatik.

Dia juga menyerukan untuk tindakan hukum yang harus diambil terhadap para pelaku serangan. "Malaysia mengecam keras tindakan massa yang menyerang kedutaan dan konsulat Arab Saudi di Teheran dan Mashhad," katanya.

Kuwait telah menarik duta besarnya untuk Iran, kantor berita negara KUNA melaporkan. Sebuah sumber resmi di Kementerian Luar Negeri Kuwait mengatakan bahwa kementerian memanggil duta besar pada Selasa pagi karena serangan tersebut.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Negara Kerjasama Teluk (GCC) diperkirakan untuk mengadakan pertemuan luar biasa di Riyadh untuk membahas peristiwa terbaru, dipimpin oleh Menteri Luar Negeri Saudi Adel Al-Jubeir.

Menteri luar negeri Liga Arab akan bertemu pada hari Ahad di Kairo, dan diperkirakan akan mengutuk peristiwa di Iran.

Bahrain hari Selasa menghentikan penerbangan ke dan dari Iran, Menteri Transportasi negara itu mengumumkan. Hal ini akan mempengaruhi semua operator, kementerian menyatakan. 

Maskapai nasional akan mengambil prosedur yang diperlukan untuk memastikan penumpang dengan pemesanan tidak terpengaruh, kata SPA.

Sementara itu Menteri Luar Negeri Mesir Sameh Shoukry mengatakan negaranya memutuskan hubungan dengan Iran 27 tahun lalu karena situasi pada saat itu. "Kami menolak campur tangan Iran dalam urusan internal Kerajaan. Kami telah menekankan berkali-kali bahwa kita berdiri tegak dengan saudara-saudara kita di Kerajaan dan negara-negara Teluk lainnya, "katanya.

Pangeran Alwaleed bin Talal, ketua Kingdom Holding, mengatakan pada hari Selasa di Twitter bahwa ia menolak permintaan duta besar Iran untuk pertemuan. Dia memerintahkan pembatalan semua penerbangan Flynas ke Iran. Alwaleed sendiri memiliki saham 34 persen di maskapai penerbangan murah tersebut. (st/AN)
http://m.voa-islam.com/news/world-news/2016/01/06/41518/dunia-kecam-iran-atas-serangan-pada-misi-diplomatik-saudi-di-teheran/


Indonesia Diminta Damaikan Iran dan Arab Saudi

Selasa, 5 Januari 2016, 13:16 WIB
VIVA.co.id - Indonesia sebagai negara Islam terbesar di dunia diminta proaktif dalam mendamaikan konflik antara Iran dan Arab Saudi yang kembali memanas. Masukan tersebut disampaikan berbagai pihak kepada Presiden Joko Widodo termasuk dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang diterima Presiden hari ini.
"Agar pemerintah bisa lebih aktif dalam mendamaikan konflik yang sekarang di hadapan mata antara Saudi dengan Iran," kata Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin di kompleks Kepresidenan, Jakarta, Selasa, 5 Januari 2016.
Lukman mengatakan, Indonesia juga punya sejarah aktif dalam perjuangan perdamaian, termasuk sebagai penggerak negara-negara Nonblok. Maka pemerintah saat ini juga bisa melakukan langkah-langkah menyuarakan perdamaian.
"Dan Presiden juga sangat menyambut baik karena tidak hanya pada dirinya tapi semua aspirasi yang ada di Indonesia semua menghendaki bahwa memang seharusnya konflik itu diredakan, ditiadakan," kata Lukman yang mendampingi Presiden menerima MUI.
Konflik di Timur Tengah menurut menteri agama memang memiliki kompleksitas dan sejarah panjang. Namun demi kepentingan kawasan dan dunia maka konflik diharapkan tidak semakin besar. Apalagi Indonesia juga memiliki jalinan kerja sama dengan kedua negara tersebut.
"Apalagi sekarang ini kan globalisasi sehingga kemudian dampaknya itu luar biasa besarnya."
Sementara, Ketua MUI Ma'roef Amin menilai, konflik Iran dan Arab Saudi tersebut sangat mengkhawatirkan. Apalagi negara-negara itu masing-masing memiliki koalisi di kawasan. Namun, MUI meyakini Presiden Joko Widodo akan menyuarakan agar kedua belah pihak bisa menahan diri.
"Kelihatannya Beliau (Jokowi) serius sekali mendamaikan itu," kata Ma'roef usai bertemu Jokowi.
(mus)
© VIVA.co.id

Indonesia Prihatin Konflik Saudi-Iran

Selasa, 5 Januari 2016, 10:05 WIB
VIVA.co.id - Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri menyampaikan keprihatinan dengan situasi yang terjadi di kawasan Timur Tengah, termasuk situasi yang saat ini sedang terjadi antara Iran dan Arab Saudi.
Kemlu mengatakan, pemerintah Indonesia mengikuti dengan prihatin perkembangan hubungan antara Pemerintah Kerajaan Arab Saudi dan Republik Islam Iran. "Pemerintah Indonesia menyerukan kepada semua pihak untuk menahan diri dan menghindari tindakan yang dapat mengakibatkan terjadinya eskalasi keadaan serta membahayakan stabilitas dan keamanan kawasan," demikian keterangan tertulis dari Kemlu RI yang diterima VIVA.co.id, Selasa, 5 Januari 2016.



Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi segera menghubungi Sekjen OKI, Menlu Kerajaan Arab Saudi, dan Menlu Republik Islam Iran untuk  membantu mencari solusi terbaik secara damai.


Senada dengan Kemlu RI, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama mengatakan, konflik yang terjadi  antara Saudi Arabia dan Iran sangat tidak layak dan mengkhawatirkan. "Kami mengharapkan, baik Saudi maupun Iran dapat mengendalikan diri masing-masing demi wihdatus shaf (menyatukan barisan) umat islam dalam menghadapi musuh-musuh Islam dan mereka yang tidak senang kalau melihat umat Islam bersatu, umat Islam kuat," tulis Ketua Umum PBNU, KH Said Agil Siroj, melalui siaran pers yang diterima VIVA.co.id, Selasa, 5 Januari 2015.

Said Agil mengajak agar Iran dan Saudi untuk berjiwa besar dan berlapang dada membangun persaudaraan muslim yang kuat, persaudaraan yang kokoh demi menyatukan barisan umat Islam.

Konflik Saudi Arabia dan Iran pecah menjadi konflik terbuka setelah Saudi mengeksekusi Nimr al Nimr, ulama terkemuka Iran. Keputusan Saudi membuat warga Iran marah. Mereka mengepung dan membakar kedubes Saudi di Teheran. 

Saudi marah, dan mengambil keputusan untuk memutuskan hubungan diplomatik. Saudi juga segera menarik pulang staf diplomatiknya, dan meminta staf diplomatik Iran meninggalkan Saudi dalam hitungan 48 jam. (one)
© VIVA.co.id


Indonesia dengan Iran, Jalin Kerjasama Berantas Terorisme

Kerjasama Indonesia dengan Iran ibarat seperti palu godam bagi program syiahisasi di Indonesia. Apalagi kerjasama ini dalam bentuk pemberantasan terorisme. Padahal, definisi terorisme itu belum jelas. Namun, kalau definisi terorisme itu nanti mengikuti Iran akan berbahaya sekali bagi pergerakan islam di Indonesia.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) baru saja melakukan pertemuan bilateral dengan Presiden Republik Islam Iran Hassan Rouhani di Jakarta Convention Center, Kamis (23/4). Dalam pertemuan itu disepakati kedua negara akan bekerjasama dalam memberantas terorisme.

“Kekerasan yang dilakukan atas nama agama oleh kelompok teroris harus diberantas dengan kerjasama yang erat antarnegara,” kata Sekretaris Kabinet Andi Widjajanto yang ikut mendampingi Presiden Jokowi selama pertemuan.

Sebagai negara dengan penduduk Muslim yang moderat, Indonesia dan Iran juga akan memperkuat kerjasama dalam bidang kebudayaan.

Tak hanya soal terorisme dan kebudayaan, Indonesia dan Iran juga sepakat meningkatkan kerjasama di bidang ekonomi. Andi menjelaskan, beberapa tahun terakhir tren perdagangan kedua negara menurun. Sehingga, dalam pertemuan tadi Presiden Jokowi dan Presiden Hassan berkomitmen untuk meningkatkan volume perdagangan di kedua negara.

“Kemudian dari sektor swasta Iran bidang infrastruktur dan energinya siap masuk Indonesia,” kata Andi.

Namun menurut anggota Komisi Hukum & Perundang-undangan MUI Pusat Dr. H. Abdul Chair Ramadhan, SH kerja sama ini dinilai sangat terburu-buru dan akan membawa banyak mudharat (mendatangkan keburukan) dibanding kebaikan.

Sebab menurut penulis buku “Syiah Menurut Sumber Syiah, Ancaman Nyata NKRI” ini, defenisi radikalisme yang dipahami Iran (dalam hal ini Syiah, red) tidak sama dengan yang dipahami Indonesia.

“Kita harus paham dulu, apa pengertian radikalisme dalam pikiran Iran. Bagi Iran yang Syiah, semua yang melawan usaha-usaha syiahisasi dinilai intoleran dan takfiri. Jika takfiri akan melahirkan gerakan radikal. Dan gerakan radikal bisa berujung tindakan terorisme, begitu cara pikir Iran,” ujar Abdul Chair Ramadhan.

“Nampaknya, istilah radikalisme, akan dijadikan palu godam bagi Syiah-Iran untuk menghalangi sekaligus mengamankan usaha syiahisasi di Indonesia.” Ungkapnya. (annajah/rol/hidayatullah/ +ResistNews Blog )
http://blog.resistnews.web.id/2015/04/indonesia-dengan-iran-jalin-kerjasama.html

Indonesia dan Iran Meningkatkan Kerja Sama Pertahanan
Iran-Indonesia Perkuat Kerjasama Militer
Kerjasama militer Iran dan Indonesia terus meningkat
Indonesia-Iran Jalin Kerja Sama Perangi Terorisme
Tolak Ajakan Saudi Lawan Teroris, Jokowi Ternyata Sudah Berkoalisi Dengan Iran