Wednesday, March 16, 2016

PBB: Jika Negosiasi Jenewa Kembali Gagal, Pilihannya Hanya Perang. Presiden Sudan: Assad Tidak Akan Pernah Mundur; Ia Akan Dibunuh Karena Para Penguasa Di Suriah Berasal Dari Minoritas.

PBB: Jika Negosiasi Jenewa Kembali Gagal, Pilihannya Hanya Perang

PBB: Jika Negosiasi Jenewa Kembali Gagal, Pilihannya Hanya Perang

Jenewa – Utusan PBB untuk Suriah menegaskan bahwa jika pembicaran Jenewea kembali gagal, satu-satunya rencana B hanyalah kembalinya perang.
Berbicara pada awal perundingan damai di Jenewa, Staffan de Mistura mengatakan bahwa pembicaraan damai Suriah ini harus mempunyai perencanaan yang jelas.
Apabila perundingan kembali gagal, de Mistura menuturkan bahwa satu-satunya rencana lanjutan hanyalah kembalinya perang di Suriah.
“Sejauh yang saya tahu, satu-satunya rencana B yang tersedia hanyalah kembali ke perang dan perang terburuk yang akan kita lihat,” katanya pada Senin (14/03).
Selain itu, dia juga akan mengembalikan masalah Suriah ini kepada Federasi Rusia, Amerika Serikat, ISSG, dan Dewan Keamanan PBB.
“Jika selama pembicaraan ini, dan di putaran berikutnya tidak ada kemauan apapun untuk bernegosiasi. Kami akan mengembalikan masalah ini kepada mereka yang memiliki pengaruh, dan itu adalah Federasi Rusia, Amerika Serikat, ISSG, dan Dewan Keamanan PBB,” ungkapnya.
Terkait pembicaraan Jenewa, de Mistura mengatakan bahwa ia akan bertemu delegasi dari rezim Suriah dan Internasional Suriah Support Group (ISSG) pada hari Senin. Selanjutnya, dia juga diperkirakan akan bertemu dengan oposisi Suriah pada hari Selasa.
Dalam pembicaraan ini, utusan PBB ini akan memfokuskan pembicaraan pada pemerintahan, konstituante, penyelenggaraan pemilihan presiden dan parlemen dalam jangka waktu 18 bulan.
Pembicaraan Jenewa untuk membahas konflik Suriah kembali digelar pada Senin (15/03). PBB masih kesusahan mengendalikan rezim yang enggan memenuhi syarat oposisi untuk menghentikan serangan udara.
Sebelumnya, Komisi Tinggi untuk Negoisasi Suriah menyatakan menghadiri tidak langsung pembicaraan damai di Jenewa. Komisi yang dibentuk di Arab Saudi dan dianggap sebagai satu-satunya perwakilan oposisi Suriah ini menambahkan pihaknya tidak menuntut syarat-syarat sebelumnya.
“Kami akan berpartisipasi pembicaraan tersebut untuk menanggapi upaya internasional menemukan solusi politik di Suriah,” kata Komisi yang dikendalikan oleh oposisi Suriah di bidang politik itu dalam pernyatannya, seperti dilansir Al-Jazeera.
Sementara itu, Koordinator Pusat Komisi Tertinggi untuk Negoisasi Riyadh Hijab meragukan terjadi kesepakatan dengan rezim Suriah. Mereka terus melakukan pelanggaran dan kejahatan terhadap warga Suriah. Saat ini, mereka tengah menyiapkan operasi militer besar-besaran.
Di sisi lain, Wakil Riyadh Hijab, Yahya Al-Qadzmani, menegaskan bahwa oposisi memiliki rambu-rambu untuk berpatisipasi dalam negoisasi. Utusan PBB, de Mistura, tidak bisa begitu saja memaksa kami mengikuti kemauannya. Namun oposisi berkomitmen dengan kesepakatan Jenewa 1 dan keputusan internasional.
Sumber: Anadolu Agency

Presiden Sudan: Assad tidak akan pernah mundur; ia akan dibunuh

Sudan's President Omar al-Bashir speaks during a one-day summit on oil with his South Sudan's counterpart on September 3, 2013 in Khartoum. Sudan and South Sudan averted a shutdown of economically vital oil flows and again pledged to implement economic and security pacts that have twice failed to take effect. AFP PHOTO / ASHRAF SHAZLY (Photo credit should read ASHRAF SHAZLY/AFP/Getty Images)
March 15, 2016
Presiden Sudan Omar al-Bashir mengatakan bahwa “Pimpinan rezim Suriah Bashar Assad tidak akan pernah mundur, melainkan ia akan dibunuh,” menambahkan bahwa solusi di Suriah tidak akan pernah dicapai melalui jalan damai.
Dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Saudi Okaz, al-Basheer mengatakan: “Assad tidak akan pernah meninggalkan kekuasaan karena ia telah bertempur bersama dengan semua sekte nya. Sekte Syiah Alawite (Nushairiyyah) ini terkait dan terhubung satu sama lain baik di Suriah, Lebanon dan Irak, seperti yang Anda saksikan. ”
Al-Basheer menegaskan bahwa solusi militer Suriah akanberakhir dalam situasi
membunuh atau dibunuh.
Dia juga mengatakan situasi di Suriah berbeda dari negara-negara Arab lainnya, karena para penguasa di Suriah berasal dari minoritas dan kelompok minoritas ini mempertahankan diri sampai titik darah penghabisan.
Orient News

Presiden Sudan: Tidak Ada Kata Menyerah Bagi Assad, Yang Ada Menang Atau Dibunuh

Presiden Sudan Omar al-Bashir mengingatkan dunia bahwa Presiden Syiah Bashar Al Assad tidak pergi meninggalkan Suriah, dan akan tetap bertempur disana hingga memperoleh kemenangan atau tewas dalam pertempuran.
“Assad bertempur di Suriah bersama seluruh kelompok yang ada di negara tersebut, dan setiap kelompok pendukung Assad berkaitan dengan kelompok lainnya di Suriah, Irak, Lebanon dan Iran,” ujar Presiden Omar al-Bashir dalam pernyataan persnya pada hari Senin (14/03) kemarin.
Presiden Omar al-Bashir melanjutkan, “Syiah Assad memerintah di Suriah dengan golongan minoritasnya. Dan setiap kelompok minoritas akan mempertahankan diri dan kekuasaannya sampai tetes darah terakhir,” seraya menunjukkan solusi militer adalah jalan satu-satunya di Suriah.
“Saya telah berbicara dengan Assad sejak 3 tahun lalu untuk mencari solusi damai di negara tersebut, akan tetapi yang kita lihat pada hari ini adalah terus berkecamuknya perang di Suriah sejak tahun 2011 lalu,” Presiden Omar al-Bashir menenkankan.
Menurutnya Assad tidak akan pergi dari Suriah kecuali dengan kekuatan, karena mereka yang tidak ingin pergi dari negaranya tidak akan mau menyerahkan negaranya kepada kelompok lain. (Rassd/Ram)

PBB: Masa Depan Suriah Tergantung Perundingan Saat ini

Selasa, 6 Jumadil Akhir 1437 H / 15 Maret 2016 17:30 WIB
Delegasi khusus PBB untuk Suriah, Staffan de Mistura, memperingatkan bahwa gagalnya perundingan damai Suriah yang di pelopori oleh Dewan Keamanan PBB akan menyebabkan situasi yang lebih buruk terjadi di negara tersebut.
“Gagalnya rancangan alternatif untuk mengakhiri krisis di Suriah dalam perundingan kali ini akan menyebabkan kedua belah pihak kembali ke medan perang, dan ini tentunya akan menjadi perang yang lebih buruk dari sebelumnya,” ujar Staffan de Mistura kepada wratawan pada hari Senin (14/03).
Sementara itu disisi lain, delegasi kelompok revolusi Suriah dengan tegas menolak pembagian Suriah menjadi negara federal seperti yang diwacanakan oleh pemerintah Rusia, dan akan fokus dalam negosiasi pembentukan pemerintahan transisi untuk mengakhiri kekuasaan Syiah Bashar Al Assad, sebelum menggelar pemilu presiden dalam 18 bulan kedepan.
Senin 14 Maret 2016 Dewan Keamanan PBB memulai kembali perundingan damai kelompok revolusi dan rezim Syiah Bashar Al Assad di kota Jenewa, Swiss, yang akan berakhir pada 24 Maret mendatang.
Tercatat di hari pertama perundingan damai, Rusia secara mendadak memutuskan untuk berhenti dan menarik pasukan militernya dari Suriah yang dimulai pada hari Selasa (15/03) ini. (Rassd/Ram)