Sunday, March 6, 2016

Politik Luar Negeri Indonesia Bebas Aktif Kondisional, Malu-Malu Beraliansi Dengan Majusyiah Iran ( Rusia ) Dan Anti Arab ( Saudi )! Terlihat Dikendalikan Unsur Rafidhi. Barbar Syiah Bashar Assad Tumbang, Akan Terjadi Perubahan Fundamental. OKI 2016 Harus Buka Kekejaman Majusyiah Iran Terhadap Ahlus Sunnah. Putera Mahkota Saudi: Dunia Islam Tengah Menghadapi Ancaman Bahaya Teroris Syiah. Tuduhan Keji Duta Besar Indonesia Di Suriah Terhadap Muslim Madaya Sangat Jelas Keberpihakannya Pada Rezim Syiah Bashar Assad Laknatullah 'Alaihi

Hasil gambar untuk kekejaman di madayaHasil gambar untuk kekejaman di madayaHasil gambar untuk kekejaman di madaya
Hasil gambar untuk kekejaman di madayaHasil gambar untuk kekejaman di madaya

“Madaya itu pusat penyelundupan dan macam-macam. Orang Madaya ini sejak sebelum perang tidak baik sama pemerintah, banyak pejabat pemerintah dibunuh. Setelah perang sekalian dikepung aja biar mati, mungkin begitu,” Duta Besar Indonesia untuk Suriah, Djoko Hartanto 
Syiah Bashar Al Assad Hanya didukung 12 % ( Alawi ) dari jumlah 22,5  juta keseluruhan populasi Suriah dan hanya Kuasai 18% Wilayah Suriah ! Masa kita mendukung Non Muslim ( Syiah ) yang 12 % ? Demi Allah , Barbar bashar assad pasti tumbang,  awal kehancuran MajuSyiah Iran dan antek-anteknya !

Dubes Indonesia untuk Suriah: Iran, Alasan Indonesia Tak Gabung Koalisi Saudi

Konflik di Suriah yang berlangsung sejak 2011 hingga sekarang ini terus menyeret perhatian dunia. Tak ayal beberapa dunia yang berkepentingan memanfaatkan situasi ini mulai menunjukkan eksistensi keberpihakannya. Rusia yang didukung kekuatan China semakin menguatkan intervensinya. Sementara Arab Saudi tak mau kalah dengan membentuk koalisi Teluk yang didukung Amerika.
Salah satu Negara di Asia Tenggara yang menyatakan keberpihakannya terhadap Saudi adalah Malaysia. Sementara Indonesia hingga saat ini masih mempertahankan sikap politik bebas aktif ( ???? ). Lalu apa yang menjadi alasan Indonesia memiliki sikap demikian?
Duta Besar (Dubes) Indonesia untuk Suriah, Djoko Hartanto mengemukakan bahwa tidak berpihaknya Indonesia terhadap koalisi Saudi terkait Iran. Hal itu ia ungkapkan dalam Diskusi ‘Peran Ulama dalam Meredam Konflik di Republik Arab Suriah dan Keterlibatan Amerika dalam Konflik’yang digelar di UGM pada Jumat (4/3/2016),
“Karena penduduk Indonesia ini 80% Muslim, kita pernah dianggap mengikuti aliansi Amerika dan Saudi. Maka kita tegaskan bahwa kita tidak memiliki sikap demikian ( ?? ),” kata Djoko Harjanto.
“Coba kalau kita ikut aliansi Amerika dan Arab Saudi, berarti kita memusuhi Iran. Maka dari itu kita tidak ikut aliansi,” Lanjut Dubes Indonesia untuk Suriah yang saat ini masih menjabat. ( berdalih ! )
Hubungan Indonesia dengan Suriah menurut Djoko hingga saat ini masih baik. “Saya tidak pro-Bashar (Assad). Tapi karena yang berkuasa Bashar, maka kita tetap menjalin kerjasama ( ???? ),” sambungnya.
(Berarti Indonesia mendukung rezim barbar Syiah Bashar Assad Laknatullah 'Alaihi,  pembantai ratusan ribu anak-anak, perempuan dan orang tua ! red.lamurkha)
Lebih jauh dia mengungkapkan, “Jadi yang bela Syria itu adalah Rusia, Iran yang keras itu, dan Hizbullah yang radikal.” Sedangkan Amerika, menurut Djoko terlibat di Suriah dengan memanfaat oposisi-oposisi Jihadis seperti ISIS, Al-Qaeda maupun FSA. ( kalimat klise, harusnya Iran/Hizbusyaithon : Barbar/biadab/teroris
Dalam kesempatan yang sama, Dubes Indonesia untuk Suriah periode 2006-2010, K.H. Muzammil Basyuni mengatakan, “Siapa Bashar Ashad? Dia adalah (Syiah) Alawi. Sedangkan promotor terkuatnya yaitu partai Baats.”
Reporter: Muhammad Irfan (Jogja)

Mengapa Kita Harus Membantu Muslim Suriah ? Meragukan Kekafiran Dan Bela Bashar Al-Assad Merusak Iman ( Bisa Batalkan Aqidah Islam )
Dubes Indonesia di Suriah Benarkan Bashar Ashad Boikot 
Warga Sipil di Madaya

Di sela-sela acara diskusi tentang krisis Suriah yang diselenggarakan oleh Prodi Sastra Arab FIB UGM Jumat Siang, (4/3/2016), Dubes Indonesia untuk Suriah Drs. Djoko Harjanto, M.A membenarkan adanya krisis kemanusiaan di Madaya, Suriah.
Menurutnya, pemerintah rezim Bashar Ashad, secara represif telah melakukan pemboikotan terhadap warganya yang berada di Madaya.
“Pemerintah mengepung Madaya itu benar. Karena sebelum perang pun Madaya itu berbatasan dengan Lebanon. Madaya itu pusat penyelundupan dan macam-macam. Orang Madaya ini sejak sebelum perang tidak baik sama pemerintah, banyak pejabat pemerintah dibunuh. Setelah perang sekalian dikepung aja biar mati, mungkin begitu,” ujar Djoko. ( tuduhan yang menyakitkan )
Menurut data Kedutaan, hingga 2016 ini jumlah korban akibat krisis di Suriah telah mencapai sekitar 470.000 korban jiwa. Sedangkan upaya-upaya perundingan yang dilakukan selalu gagal.
Lebih lanjut Djoko menambahkan, “Saya nggak bisa jamin perundingan Jenewa akan sukses. Namun langkah untuk perdamaian ini selangkah ada kemajuan,” pungkasnya.
Djoko Harjanto, merupakan diplomat Indonesia yang menerima penghargaan dari Institut Tinggi Sham (Ma’had Sham ‘Aly) dalam prosesi wisuda Institut Tinggi Sham di Gedung Opera Daar al-Assad Damaskus pada 4 November 2015 silam.
Penghargaan itu disampaikan langsung Ketua Majelis Wali Amanat (MWA) Institut Tinggi Sham, yang juga Menteri Agama Suriah, Abdul Satar Sayyid, diberikan atas upaya Dubes RI dalam memperjuangkan para pelajar Indonesia di tengah gejolak konflik senjata berkepanjangan di negeri itu. ( pembela syiah tulen )
Selain itu, Indonesia tercatat sebagai satu di antara sedikit negara yang masih mempertahankan perwakilan diplomatik dengan kepala perwakilan setingkat duta besar di Ibu Kota Damaskus.
Sejak konflik bersenjata berkecamuk di Suriah pada 2011, pemerintah Indonesia telah merepatriasi 12.871 WNI kembali ke Tanah Air dan masih terus berlangsung hingga sekarang.
Reporter: Muhammad Irfan

Nasrallah ( Hizbusyaithon ): Pertempuran Hizbullat Murni Sektarian (Syiah VS Islam)

KIBLAT.NET, Beirut – Pemimpin Organisasi Syiah Hizbullah Lebanon, Hassan Nasrallah, mengklaim bahwa keterlibatan milisinya dalam pertempuran di Iraq dan Suriah adalah “kewajiban agama”. Pernyataan ini dikeluarkan dalam upacara pemakaman salah satu komandan Hizbullah, yang tewas di Suriah pekan lalu, pada Ahad (06/03).
Dalam pidatonya, Nasrallah mengklaim keterlibatannya dalam pertempuran di Iraq bukan untuk mencampuri urusan negara tersebut. Akan tetapi, keterlibatan ini atas dasar kewajiban, moral dan hukum.
“Saat ini, pasukan kami masih berada di Iraq,” ujarnya.
Dia juga mengaku bahwa keterlibatannya di Suriah bukan atas perintah Iran. Tidak ada pihak luar yang memerintahkan kami untuk bertempur di Suriah.
“Kami tidak menerima perintah pertempur di Suriah dari Suriah maupun Iran. Namun ini adalah pendapat, keimanan, pemahaman dan pandangan kami,” kata peneliti yang aktif di kora Ar-Riyadh ini.
Mengomentari pernyataan ini, peneliti Hubungan Internasional Dr Hamdan Asy-Syahri melihat bahwa Nasrallah tengah mencoba membuyarkan pemahaman publik ketika berbicara legitimiasi intervensi ke Iraq, meskipun dibawah payung AS. Sudah jamak diketahui, AS memberikan Iraq kepada Iran.
“Seluruh intervensi Hizbullah terhadap negara-negara Arab atas dasar sektarian dan perintah Iran,” ujarnya.
Perlu dicatat, pernyataan Hasan Nasrallah ini dikeluarkan setelah Dewan Kerjasama Negara Teluk memasukkan organisasi Syiah tersebut ke daftar organisasi teroris. Hal itu membuat Syiah Hizbullah kepanasan dan menyerang negara-negara teluk dengan kecaman.
Sumber:Al-Jazeera
Penulis: Hunef Ibrahim
http://www.kiblat.net/2016/03/07/nasrallah-campur-tangan-kami-di-iraq-dan-suriah-karena-tuntutan-agama/

Kongres AS: Assad Harus Dituntut ke Pengadilan atas Kejahatan Perang

KOMITE Parlemen Amerika pada hari Rabu rabu pekan ini, mengeluarkan sebuah resolusi yang mendesak pemerintahan Barack Obama untuk melangsungkan sebuah pengadilan PBB, guna menyelidiki kejahatan perang yang dilakukan oleh pemerintah Suriah. Demikian lansir World Bulletin, Kamis (3/3/2016).
Komite tersebut mengutuk pelanggaran berat atas Hukum Internasional sesuai dengan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan yang dilakukan oleh pemerintah Suriah beserta sekutu-sekutunya, serta pihak lain yang terlibat konflik.
Resolusi tersebut mendesak pemerintahan Obama untuk membentuk mekanisme tambahan dalam upaya melindungi warga sipil, dan untuk menjamin akses yang konsisten terhadap bantuan kemanusiaan di Suriah.
Perang Sipil di Suriah yang telah berlangsung selama lima tahun, telah menewaskan sedikitnya 250 ribu orang dan lebih dari 11 juta orang mengungsi dari rumah mereka. [rf/Islampos]
Sumber : ISLAMPOS


Monday, March 07, 2016
LONDON - Pihak kepolisian dan Badan Intelijen Inggris, MI6, sedang menyelidiki dugaan serangan terhadap warga sipil oleh pesawat perang Rusia di Suriah. Negeri Ratu Elizabeth itu berniat menuntut Presiden Rusia, Vladimir Putin, untuk kejahatan perang.

Kementerian Luar Negeri Inggris menegaskan, Inggris tengah memantau situasi di Suriah. Bahkan, Detektif dari Scotland Yard telah diterbangkan ke Libanon untuk memantau serangan udara Rusia di Suriah. 

Hal ini dilakukan di tengah klaim serangan udara Rusia telah menewaskan ratusan korban dengan menargetkan rumah sakit dan sekolah, seperti dikutip dari laman Daily Mail, Minggu (6/3/2016).

Kementerian Keamanan Inggris mengungkapkan, Badan Intelijen tengah menyusun berkas rahasia serangan tertentu. Berkas ini bisa membuat Presiden Putin menghadapi tuntutan kejahatan terhadap kemanusiaan di Pengadilan Internasional. Kementerian Keamanan Inggris mengerti sepenuhnya jika para penyidik, termasuk detektif dari Metropolitan Police Service unit kejahatan perang, telah berada di Kedutaan Inggris di Beirut.

Komite berpengaruh di Kongres Amerika Serikat (AS) juga telah memberikan dukungan guna menggelar pengadilan kejahatan perang untuk Suriah. Diplomat AS sekarang diharapkan untuk mencari dukungan untuk bergerak di PBB. Bukti yang dikumpulkan oleh Inggris akan diletakkan sebelum pengadilan tersebut. Terkait hal ini, pihak Scotland Yard menolak untuk berkomentar.

Sebelumnya, lembaga HAM internasional Amnesty Internasional mengatakan, serangan udara Rusia menargetkan rumah sakit di daerah yang dikuasai oleh kelompok pemberontak dalam upaya untuk meneror masyarakat setempat guna mendukung Presiden Assad. Pesawat Rusia dan Suriah juga diduga telah menyerang rumah sakit di daerah lain yang ditargetkan. */sindo
http://www.atjehcyber.net/2016/03/bunuhi-sipil-suriah-inggris-berniat.html?m=1


Rakyat Suriah Ingin Basyar Assad Turun dari Kursi Pemerintahan

Suriah (5/03) – Ribuan warga Suriah turun ke jalan-jalan pada hari Jumat (4/3) untuk menyuarakan kebebasan dan perdamaian di negeri mereka.
Tampak dalam aksi turun kejalan tersebut bendera revolusi dinaikkan dan slogan-slogan diteriakkan untuk memperjuangkan kebebasan dan perdamaian tersebut.
Dimedia sosial sendiri telah beredar ratusan foto demonstran dari 100 kota dan desa yang dilanda perang. Kata seorang aktivis sebagaimana dilaporkan oleh Zaman Al-Wasl (4/03).
Mereka meneriakkan agar rezim otoriter Basyar Assad turun dari kursi pemerintahan Suriah.
Peperangan yang terjadi di Suriah selama hampir lima tahun, sedikitnya telah menewaskan 400.000 orang dan 11 juta lainnya pergi untuk mengungsi keberbagai penjuru dunia. (Eka Aprila)

Ikatan Ulama Suriah: Bukan Wahabi yang Bermasalah di Suriah, 
Tapi Syiah

TUDUHAN berbagai media bahwa konflik Suriah adalah perang saudara itu tidak benar. Apalagi mengaitkan krisis Suriah dengan isu pertentangan Wahabi dan Sufi.
Menurut Wakil Ketua Ikatan Ulama Suriah, Syekh Musthofa Ahmad Hamid, bukan Wahabi yang bermasalah di Suriah tapi Syiah.
“Ketahuilah, yang terjadi sesungguhnya adalah peperangan antara Ahlus Sunnah dan orang-orang Shofawiyyin (penganut syiah.red). Mereka adalah kepanjangan tangan Iran yang ada di Suriah. Mereka yang sejatinya memasukkan rezim fasik ini di Suriah,” ucapnya kepada Tim Jurnalis Islam Bersatu (JITU) saat jeda Muktamar Ulama Suriah di Turki, Jum’at (11/4/2014).
Pimpinan madrasah dan Mahad Tahfidzil Quran Homs,Suriah ini menyerukan kepada kaum muslimin untuk mewaspadai gerakan Syiah dan Shofawiyah yang di belakangnya berdiri kekuatan barat.
“Mereka berupaya untuk memusuhi Islam dan kaum muslimin. Mereka berupaya menguasai Irak, Lebanon dan saat ini Suriah. Namun Alloh menjaga negri Syam dari mereka. Dan Insya Alloh negeri Syam akan menjadi kuburan bagi mereka,” kata ulama kharismatik ini optimis.
Selain itu Syekh Musthafa juga menyarankan kepada kaum muslimin , agar memiliki jiwa ukhuwah Islamiyyah untuk bangkit membantu saudaranya di Suriah baik atas nama pribadi, organisasi maupun negara.
“Setiap kita dituntut untuk menunjukkan sikap pembelaan dan dukungan kepada saudaranya sesama muslim. Sebagaimana yang telah diwajibkan oleh Alloh ta’ala dalam  Al Qur’an,” pungkasnya. [JITU/islampos]

Bahkan, Umat Kristen Suriah pun Benci Pada Pemerintah Syiah 
Bashar al-Assad

UMAT Kristen Suriah menyatakan bahwa merreka sama sekali tidak mendukung rezim Presiden Bashar al-Assad yang merupakan kaum Syiah di negara itu.
Perang yang sekarang melanda mereka sama sekali sangat mereka sesalkan, demikian menurut Bishara Rai  dari Lebanon Maronit Christian Patriarch kepada AFP, Kamis.
“Saya katakan kepada orang-orang Barat yang mengatakan bahwa kami (orang Kristen) bersama dengan rakyat Suriah, bukan dengan rezim negara. Ada perbedaan besar di sini, ” kata Rai seminggu sebelum kedatangan Paus Benediktus XVI di Lebanon.
“Di Irak, ketika Saddam Hussein digulingkan, kami kehilangan satu juta orang Kristen,” katanya. “Kenapa? Bukan karena rezim itu jatuh, tetapi karena tidak ada otoritas yang mengatur semuanya.”
“Di Suriah, terjadi hal yang sama, orang Kristen tidak mendukung rezim tetapi mereka takut apa yang mungkin terjadi selanjutnya,” kata Rai.
Kristen di Suriah merupakan salah satu masyarakat Timur Tengah tertua, meskipun jumlah mereka hanya lima persen dari populasi negara yang berjumlah 22 juta. [sa/islampos/aby]

Kita memihak rezim biadab seperti ini ? 

PBB Tuduh Rezim Assad Memperkosa hingga Memusnahkan Tahanan

PBB Tuduh Rezim Assad Memperkosa hingga Memusnahkan Tahanan

Selasa,  9 Februari 2016  −  08:22 WIB
DAMASKUS - PBB merilis laporan yang menuduh rezimPresiden Suriah; Bashar Al-Assad, menerapkan kebijakanpemusnahan terhadap penduduknya yang ditahan sejak perang saudara pecah tahun 2011. Rezim Assad juga dituduh melakukan penyiksaan hingga perkosaan terhadap tahanan.

Laporan PBB itu berdasarkan hasil kerja penyelidik HAM PBB yang menemukan banyak korban kekejaman dan kejahatan terhadap kemanusiaan yang dilakukan rezim Assad.

Laporan itu berjudul “Out Of Sight, Out Of Mind: Deaths In Detention”. Selain rezim Assad, kelompok penentang Pemerintah Suriah, seperti kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dan Jabhat Al-Nusra juga disebut melakukan kejahatan serupa secara meluas terhadap tawanan.

Para tahanan yang dipenjarakan oleh pemerintah dipukuli sampai meninggal, atau meninggal karena  luka yang diderita akibat penyiksaan. Lainnya tewas akibat dari kondisi hidup yang tidak manusiawi,” bunyi laporan PBB yang disusun berdasarkan bukti material serta wawancara dengan 621 saksi dan korban.

Pemerintah (Assad) telah melakukan kejahatan terhadap kemanusiaanpemusnahan, pembunuhan, pemerkosaan atau bentuk-bentuk kekerasan seksual lain, penyiksaan, pemenjaraan, penghilangan paksa dan tindakan tidak manusiawi lainnya,” lanjut laporan itu, seperti dikutipReuters, Selasa (9/2/2016).

Beberapa kelompok bersenjata anti-pemerintah yangmendirikan penjara darurat, tentara pemerintah yangtertangkap dianiaya dan dieksekusi,” sambung laporan PBB.

Pelanggaran terhadap tahanan anti-rezim Assad itu kebanyakan dilakukan oleh badan intelijen dengansepengetahuan pejabat seniorDirektorat Intelijen Umum di Kafr Soussa, Damaskus, menjadi petugas langsungyang menginstruksikan bawahannya untuk melakukan penyiksaan dengan metode yang disukai.

Mayat diangkut oleh tahanan lain melalui koridor, kadang-kadang disimpan di toilet, sebelum dikeluarkan dari lokasi,” bunyi laporan itu. ”Bukti yang diperoleh menunjukkan bahwa atasan secara teratur diberitahu tentang kematian tahanan di bawah kendali mereka. Para tahanan dipindahkan ke rumah sakit militer sebelum mereka dikubur di kuburan massal.

Pemerintah Assad belum merespons laporan PBB itu. Di masa lalu, rezim Assad pernah menyangkal laporan penyiksaan dan pembunuhan massal terhadap warga Suriah penentang pemerintah.
(mas)

PBB: Pemerintah Suriah Lakukan Pembantaian Warga Sipil

Hasil gambar untuk PBB: Pemerintah Suriah Lakukan Pembantaian Warga Sipil

Rimanews - Investigator PBB menegaskan bahwa apa yang dilakukan oleh pemerintah Suriah terhadap orang-orang yang mereka tahan merupakan sebuah pembantaian, menurut sebuah laporan yang dirilis Senin (08/02/2016).
Komisi penyelidikan PBB meminta Dewan Keamanan untuk segera menjatuhkan sanksi terhadap pejabat Suriah, baik militer maupun sipil, yang dianggap bertanggung jawab atau terlibat dalam pembunuhan, penyiksaan dan pelenyapan para tahanan.
Namun sayang, komisi tersebut tidak menyebutkan nama-nama pejabat yang terlibat.
"Selama empat setengah tahun, ribuan tahanan telah dibunuh di dalam penjara kelompok yang bertikai," kata komisi penyelidikan untuk Suriah.
"Pembunuhan dan kematian yang digambarkan di dalam laporan ini terjadi dalam frekuensi yang tinggi, dalam waktu yang lama dan di berbagai lokasi, dengan dukungan logistik yang signifikan melibatkan sumber daya negara yang luas. Masuk akal untuk meyakini bahwa tindakan semacam itu dapat dikategorikan sebagai pemusnahan massal sebagai kejahatan atas kemanusiaan."
Puluhan ribu orang dipenjara oleh rezim Bashar al-Assad sementara ribuan lainnya menghilang setelah ditangkap oleh tentara pemerintah atau hilang setelah diculik oleh kelompok bersenjata, menurut laporan tersebut.

Satu Juta Warga Sipil Suriah Dikepung Militer Pemerintah

Syrien Aleppo Explosionen Menschen auf der Flucht

Satu juta penduduk sipil Suriah terjebak di kawasan yang dikepung serdadu pemerintah. Laporan baru tersebut menyanggah perkiraan PBB yang cuma menyebut angka 500 ribu. Badan dunia itu dituding meremehkan krisis di Suriah
Seberapa akurat Perserikatan Bangsa-bangsa mengawal krisis kemanusiaan di Suriah? Tidak cukup akurat jawab sebagian organisasi HAM. Badan dunia itu dituding sering ceroboh merilis data korban.
Siege Watch Report yang disusun organisasi bantuan Belanda PAX dan Syria Institute asal Amerika Serikat itu menyebut angka 1.09 juta warga sipil terpaksa hidup terisolir di 46 kota dan desa yang dikepung tentara pro Assad. Temuan PBB cuma menyebut 18 kota.
Terakhir badan dunia itu kecolongan ketika aktivis HAM mengabarkan bencana kelaparan di kota Madaya akibat pengepungan. Penduduk dikabarkan terpaksa mengkonsumsi rumput dan memberikan obat tidur kepada anak-anak untuk menghalau rasa lapar. Ironisnya Madaya tidak termasuk dalam daftar PBB.
Akses kehidupan diputus
Siege Watch melaporkan kebanyakan kota yang dikepung tentara pemerintah berada di pinggiran ibukota Damaskus dan Homs. Di kota Daeir al-Zour sekitar 200.000 warga sipil terjebak di antara pasukan pemerintah dan gerilyawan Islamic State.
"Listrik dan air biasanya diputus dan jikapun ada, akses menuju bahan bangan, obat-obatan dan bahan bakar sangat dibatasi," tulis aktivis dalam laporan tersebut. Kasus kematian akibat malnutrisi, kedinginan dan keracunan akibat makanan juga dilaporkan marak terjadi.

Syrien - Hungersnot in Madaja

Laporan Siege Watch diklaim berdasar informasi dari sumber lokal, termasuk di antaranya aktivis kemanusiaan, anggota parlemen lokal, pegawai medis dan jurnalis lokal. Bulan lalu PBB menambah estimasinya sebanyak 100.000, menjadi 486,700 orang yang terimbas pengepungan militer.
"Tentu saja ada perbedaan pendapat," tutur Amanda Pitt, Jurubicara kemanusiaan PBB. Badan dunia itu mendefinisikan wilayah pengepungan lewat tiga indikator, yakni adanya "aktor bersenjata," tidak adanya akses untuk bantuan kemanusiaan dan penduduk sipil untuk keluar masuk wilayah pengepungan.
PBB menempatkan 4,5 juta penduduk Suriah dalam kategori "sulit dijangkau," atau satu level di bawah pengepungan. Status tersebut didefinisikan sebagai "wilayah yang tidak bisa diakses secara rutin oleh aktor kemanusiaan untuk kepentingan program bantuan kemanusiaan."

Tanggapi Gencatan Senjata, Rakyat Suriah: Revolusi Kami 
Masih Berlanjut !!!

Damaskus – Penduduk sipil di daerah oposisi pada Jum’at kemarin (04/03) turun ke jalan memprotes gencatan senjata Suriah. Dalam aksinya, para pengunjuk rasa mengangkat slogan “Jum’at revolusi kami masih berlanjut”.
Gencatan senjata yang sudah berlangsung selama sepekan, sengaja dimanfaatkan rakyat sipil untuk melakukan aksi unjuk rasa. Setelah lebih dari tiga tahun, aksi damai tersebut vakum di permukaan Suriah.
Saksi mengatakan aksi damai itu diadakan serentak di lima kota, di antaranya Idlib, Aleppo, Homs, Daraa dan Damaskus. Para peserta aksi menuntut agar rezim Bashar Assad segera turun dari kursi kepresidenannya, seraya bersorak semboyan “Merdeka dan Bermartabat”.
Di Aleppo, para pengunjuk rasa selain memamerkan spanduk besar bertuliskan “Hidup Suriah-Lengserkan Assad”, mereka juga meneriakkan slogan “Kemerdekaan di Depan Mata”.
Sementara itu, AFP melaporkan bahwa ketika massa melintasi perbatasan yang berdekatan dengan wilayah Rezim, mereka dihujani serangan dari sniper Rezim. Namun dikabarkan tidak ada korban jatuh dalam serangan itu.
Abu Nadim salah peserta unjuk rasa di Aleppo, menuturkan, “Aksi damai berlangsung untuk sementara waktu, dengan diadakannya gencatan senjata kami berkesempatan untuk mengekspresikan alasan kami turun ke jalanan. Yaitu untuk melengserkan rezim. Serta memperlihatkan kepada dunia bahwa kami bukanlah pemberontak bersenjata, tetapi kami hanyalah orang-orang yang menuntut kemerdekaan dan turunnya penguasa Rezim.”
Unjuk rasa juga berlangsung di Kota Busra Al-Hariri di Daraa. Dalam aksinya, mereka mengecam keras agresi Rusia. Pengunjuk rasa mengangkat spanduk berisikan tuntutan pencabutan blokade oleh pasukan Rezim. Lalu mendesak pendistribusian bantuan, dan sarana medis sesegera mungkin. Spanduk juga bertuliskan penolakan rencana pembagian wilayah Suriah. Massa dengan tegas menyatakan bahwa Suriah merupakan kesatuan antara rakyat dan negerinya.
Sementara itu di Douma, Damaskus, usai shalat Jum’at puluhan massa dari rakyat Suriah juga mengelar aksi serupa menyatakan bahwa revolusi masih berlanjut. Massa juga menolak keberadaan Rezim. Serta menuntut agar blokade di Ghoutah timur yang sudah berlangsung selama tiga tahun segera dicabut.
Di Idlib, aksi serupa juga dimulai usai shalat Jum’at. Massa yang tergabung dalam aksi damai tersebut menuntut turunnya Rezim dari tampuk kekuasaan. Massa juga mengecam sikap diam Internasional terhadap konflik dan pembantaian yang dilakukan rezim terhadap rakyatnya.
Sedangkan di Homs, rakyat yang terlibat dalam aksi damai berkumpul di kota Rastan, Homs Utara. Dalam aksinya, massa menyerukan perbaikan kelangsungan hidup bagi rakyat. Pengepungan kota telah menyababkan minimnya makanan pokok terutama gandum. Sedangkan dewan pertahanan sipil tidak mampu untuk menyediakan.
Hassan Abu Nuh, seoarang aktivis dari Homs menuturan bahwa, “Aksi massa terakhir kali di kota ini, berlangsung pada pertengahan 2012 silam. Dimana saat itu, serangan udara dan darat dimulai menghalau semua orang yang berada di jalanan.”
“Saat itu suka dan duka bercampur aduk, orang-orang menangis. Banyak massa yang ikut dalam unjuk rasa berakhir dalam keadaan tewas. Tiga tahun setelah itu, kami tidak turun lagi ke jalan,” lanjutnya.
Sejak Maret 2011, penduduk sipil telah menyerukan agar tahta kepresidenan yang dipegang keluarga Assad, selama lebih 44 tahun, agar segera diakhiri. Namun sayang, seruan sipil justru dibalas oleh Assad dengan cara militer. Pemerintahnya mendorong militer Suriah untuk menghentikan dengan cara kekerasan. Cara itu pada akhirnya pecah menjadi konflik berkepanjangan hingga saat ini.
Sumber: Al-Jazeera

The Times Inggris Sebut Syiah Bashar Al Assad Hanya Kuasai 18% Wilayah Suriah

Setelah disebut hanya menguasai 20% wilayah oleh komandan pasukan revolusi Suriah di kota Aleppo, Kolonel Abdul Jabbar Aqidi, pada akhir Juli lalu. Kini giliran surat kabar The Times Inggris menyebut rezim Syiah Bashar Assad hanya menguasai seperenam wilayah Suriah.
Dalam artikel pemberitaannya yang dikeluarkan pada hari Minggu (23/08) kemarin, The Times Inggris menyatakan, “Sebuah laporan yang dikeluarkan lembaga spesiali urusan pertahanan di Inggris menyatakan bahwa rezim Syiah Assad hanya mengontrol 18% wilayah Suriah.”
Menurut perusahaan pertahanan swasta yang terdiri dari para pejabat pertahanan Inggris memprediksi bahwa di masa mendatang rezim Syiah Assad hanya akan memperkuat pasukannya untuk mengontrol wilayah ibukota Damaskus, Latakia, dan kota-kota di jalur pantai Laut Mediterania.
“Rezim ini tidak akan bertahan lama, terlebih mereka kini hanya mengusai wilayah tidak lebih dari negara Belgia, dan hilangnya setengah tentara pengalaman Assad yang tewas sejak tahun 2011 lalu,” tulis The Times.
Menurut penghitungan sepihak dari rezim pemerintah Syiah Assad menyatakan bahwa jumlah tentara mereka hingga awal tahun 2015 mencapai 300 ribu orang, atau berkurang 50% sebelum meletusnya revolusi Suriah pada tahun 2011 lalu. (Shorouk/Ram)
Assad juga melihat basis kekuatannya menyusut: jumlah Alawi (Syiah) saat ini tinggal dua juta orang, atau hanya sekitar sepuluh sampai 12 persen dari jumlah 22,5 juta keseluruhan populasi Suriah.

Imam Masjidil Haram : Teroris Sesungguhnya Israel dan Syiah

Imam Masjidil Haram dan Masjid Nabawi Sheikh Abdul Rahman Al-Sudais menyampaikan Khutbah Jum’atnya bahwa teroris sesungguhnya adalah Zionis Israel dan Pemeluk Syiah seperti Bashar Ashad.
Teroris sebenarnya adalah mereka Zionis Israel yang menyerang Masjid Al Aqsha, dan mereka yang menjatuhkan bom barel kepada saudara-saudara kita di Suriah” ujar Syeikh As Sudais sebagaimana dilansir eramuslim, ahad (22/11/2015).
Syeikh Sudais mengingatkan umat Islam bahwa bom barel yang dijatuhkan rezim Syiah Bashar Al Assad terhadap warga sipil Suriah lebih kejam dan berbahaya dari serangan terorisme.
Tidak ada akal dan agama di dunia yang membenarkan aksi teror, pemboman, penyerangan sehingga menumpahkan darah mereka yang tidak berdosa. Dan Islam terlepas dari semua tindakan kejam ini karena tidak sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan yang luhur dan adil, serta rahmat bagi semesta alam” tegas Syeikh As Sudais.
Lebih lanjut Syeikh Sudais menekankan bahwa Islam adalah agama yang penuh rahmat, kedamaian, kebaikan, toleransi, dan saling menghormati dengan pemeluk agama lainnya.[islamedia/mh]

Putera Mahkota Saudi: Dunia Islam Tengah Menghadapi Ancaman Bahaya Teroris Syiah

Eramuslim.com – Putera Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Nayef mengatakan bahwa dunia Arab kini menghadapi tantangan besar. “Karena itu para pemimpin negara-negara teluk yang tergabung dalam Dewan Kerja Sama Teluk (GCC) perlu meningkatkan kerja sama demi memperkuat keamanan regional dan mempertahankan stabilitas masing-masing negara, tulis AlArabiya, Kamis (3/3/2016).
Pangeran Nayef berkomentar, Rabu, setelah rapat para menteri dalam negeri 33 negara GCC di Tunis, Tunisia, yang mengutuk tindakan milisi syiah Hezbollah Lebanon di kawasan Teluk Arab.
“Sejumlah tantangan dan ancaman tersebut dipimpin oleh beberapa orang ambisius yang ingin mendestabilisasikan dunia Arab dan memecah belah persatuan umat Islam, demi mencapai tujuan-tujuan politik dan ekonomi tertentu,” ujar pangeran Nayef.(ts/arabiya)

Menlu Saudi Tegaskan Bashar Assad Harus Mundur

Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Adel Al-Jubeir mengatakan bahwa Presiden Suriah Bashar Assad harus meninggalkan jabatannya pada awal transisi politik, dan bukan di akhir masa transisi.
“Bagi kami itu sangat jelas, yakni pada awal proses, bukan pada akhir proses, itu tidak akan menjadi 18 bulan,” kata Jubeir selama kunjungan ke Perancis, sebagaimana dikutip dari Reuters, Sabtu (05/03).
Jubeir juga mengatakan, Arab Saudi mengambil alih pengiriman senjata Perancis yang awalnya ditujukan untuk Lebanon. Arab Saudi telah menangguhkan paket bantuan 3 miliar dolar untuk tentara Lebanon, karena Beirut enggan mengutuk serangan terhadap kedutaan Saudi di Iran.
“Kami membuat keputusan, bahwa kami akan menghentikan bantuan 3 miliar dolar ke militer Lebanon dan sebagai gantinya bantuan itu akan diberikan untuk militer Saudi. Jadi, kontrak (dengan Perancis) akan selesai, tetapi klien menjadi milik militer Saudi,” jelas Jubeir.
Sumber: Reuters

Serangan Gas Klorin Terencana Diluncurkan Rezim Iran Terhadap Warga Sipil Al-Ahwaz

 

Pemerintah Iran telah gagal untuk melaksanakan operasi “pembersihan etnis” Al-Ahwaz, yang hampir merenggut kehidupan ribuan orang tak berdosa di rumah-rumah mereka di desa Qalaat Chanan tenggara dari ibukota Al-Ahwaz pada malam hari Sabtu 12 September 2015.
Kegagalan itu terjadi setelah ribuan penduduk di desa ini bergegas ke jalanan sebagai akibat dari menghirup gas beracun klorin yang menyapu daerah sangat padat penduduk dari desa Qalaat Chanan.
Media pro-Iran mengumumkan bahwa penyebab gas menyebar karena terbukanya botol yang mengandung gas klor oleh pecandu yang ada di lingkungan Qalaat Chanan ini. Sebaliknya, penduduk daerah tersebut membantah kabar ini melalui wawancara mereka dengan media.
Saksi mata menjelaskan bahwa lebih dari satu orang yang mengenakan masker selama penyebaran gas klorin dari botol berbobot 100 Kilogram itu, yang melarikan diri dari tempat kejadian dimana polisi dan pasukan keamanan datang sangat telat ke TKP hingga melebihi empat jam.
Media Iran telah menerbitkan statistik yang bertentangan mengenai jumlah korban yang menghirup gas beracun ini, di mana data dari situs pro-rakyat,Asre-ma, mengatakan diperkirakan lebih dari enam ratus orang yang terpapar gas klorin, mayoritas mereka yang terkena dampak keracunan ini dipindahkan ke rumah sakit terdekat setelah penundaan empat jam untuk jarak yang hanya tidak melebihi 12 Kilometer dari tempat kejadian ke fasilitas kesehatan terdekat.
Pemerintah Iran mengklaim bahwa semua yang terpapar telah dirawat sementara banyak keluarga korban yang menegaskan bahwa mereka komplain terhadap kurangnya unit ambulans dan bahkan pada saat kedatangan mereka ke rumah sakit yang telah tertunda itu, staf medis tetap tidak melakukan perawatan yang diperlukan untuk mereka dengan segera.
Salah satu warga mengatakan, “Kami pergi dengan anak-anak dan wanita kami ke jalan dalam pencarian tempat yang aman untuk dapat melindungi kami dari bau gas yang intens, yang pada saat itu kami sangat kekurangan oksigen dan menyebabkan jatuhnya ratusan korban dijalanan karena keracunan gas klorin.”
Apa yang terjadi di desa Qalaat Chanan karena serangan gas beracun klorin tersebut secara sistematis telah direncanakan oleh rezim diktator Iran, dimana jika korban yang terpapar tidak tewas, mereka tetap akan menderita sesak napas selama sisa hidup mereka.
Pusat Hak Asasi Manusia untuk Al-Ahwaz mengutuk keras tindakan yang sangat keterlaluan ini yang dilakukan oleh tentara bayaran otoritas Iran sejalan dengan tujuan rezim yang ingin melakukan pembersihan etnis Al-Ahwaz serta mengintimidasi orang-orang Ahwaz dengan tujuan memaksa mereka untuk meninggalkan tanah air mereka.
Dipublikasikan oleh Ahwazi Centre for Human Rights tanggal 31 Oktober 2015.
direlay oleh Ahwazi Democratic Popular Front 1 November 2015
(baca juga : http://tabayyunnews.com/2015/10/siapakah-orang-orang-arab-ahwaz/)

Gerakan Perjuangan Arab untuk Pembebasan Komunitas Ahwaz Demo Kedutaan Iran di Swedia

Demo Gerakan Perjuangan Arab ke kedubes Iran di Swedia-jpeg.image

Sabtu, 25 Jumadil Awwal 1437 H / 5 Maret 2016 11:35
Ratusan pendukung Gerakan Perjuangan Arab untuk Pembebasan Ahwaz melakukan aksi demonstrasi di depan Kedutaan Besar Iran di ibukota Swedia Stockholm, lansir Saudi Gazette,Sabtu (5/3).
Para demonstran memprotes agresi militer Iran yang terus dilakukan terhadap rakyat Arab dari komunitas Ahwaz. Mereka memuji inisiatif yang diambil oleh Arab Saudi dan negara-negara Teluk lainnya terhadap milisi Syiah “Hizbullah” dengan mengeluarkan keputusan bahwa milisi dukungan Iran itusebagai organisasi teroris.
Ratusan ekspatriat yang tinggal di Stockholm mengambil bagian dalam demonstrasi tersebut. Mereka di antaranya masyarakat Arab dari Ahwaz, serta Baluchis, Kurdi dan komunitas Muslim lainnya. Para demonstran meneriakkan slogan-slogan yang memuji langkah terbaru Saudi terhadap kebijakan yang tegas untuk pemerintah Iran sebagai penebar teror di wilayah Arab.
Dua pekan lalu, gerakan yang sama melakukan demonstrasi di depan kantor PBB di Wina, ibu kota Austria. Demonstran menyatakan dukungan dan solidaritas dari masyarakat Ahwazi Arab, menuntut kebijakan tidak manusiawi pemerintah Iran kepada Ahwaz.
Gerakan tersebut mengajukan surat kepada PBB untuk menyerukan intervensi dan mendesak Pemerintah Iran agar menghentikan penangkapan sewenang-wenang dan melakukan eksekusi kepada Ahwazis. Demonstrasi serupa juga diadakan di Kopenhagen dan Den Haag. (EZ/salam-online)
Sumber: Saudi Gazette

Mantan Sekjen Hizbullat Serukan Dukungan untuk Rakyat Suriah Hadapi Rusia

Mantan Sekjen kelompok teroris Syiah Hizbullat Lebanon, Subhi At-Tufayli, telah menyerukan dukungan kepada rakyat Suriah dalam melawan invasi dari teroris Rusia -sekutu rezim Syiah Nusyairiyah Bashar Assad- yang telah dimulai sejak September 2015.
Setelah memimpin Hizbullat pada periode 1989-1991, At-Tufayli sekarang berbalik menjadi kritikus vokal terhadap kepemimpinan kelompok teroris Syiah itu saat ini, terutama soal kebijakan di Suriah.
Dalam sebuah wawancara eksklusif dengan Anadolu Agency sebagaimana dilansir Middle East Monitorpada Senin (29/2), At-Tufayli mendesak Arab Saudi untuk mempersenjatai oposisi anti-rezim Syiah Bashar Assad di Suriah, alih-alih mempersenjatai apa yang ia gambarkan sebagai tentara Libanon boneka Hizbullat.
“Negara-negara Muslim harus menyediakan personil, dana dan senjata untuk mendukung rakyat Suriah,” kata At-Tufayli yang membantu mendirikan Hizbullat pada tahun 1982 itu.
“Pertarungan di Suriah bukan hanya khusus di kalangan orang Suriah, tetapi (juga) setiap Muslim terhadap invasi Rusia,” tambahnya.
Red : Gus Jati

Pemerintah Indonesia Dukung Penuh Rezim Syiah Assad di Suriah ?? [ 90 % Penduduk Suriah Ahlus Sunnah, Pasti Tumbangkan Rezim Minoritas Kafir Syiah laknatullah Bashar al-Assad ]
Syarif Baraja: Antek Bashar Assad di Indonesia dan Kaum Liberal Selalu Satu Barisan, Mengapa?
PBB Tuding Pemerintah Suriah Bunuh Ribuan Tahanan
http://www.lampost.co/berita/pbb-tuding-pemerintah-suriah-bunuh-ribuan-tahanan