Friday, July 1, 2016

100 Tahun Perjanjian Sykes-Picot Yang Pecah Belah Bumi Syam Dan Turki Utsmani

post-feature-image
Garis-garis perbatasan Sykes-Picot (foto)

Monday, 16 May 2016
Hari ini adalah ulang tahun ke-100 bagi perjanjian Sykes-Picot, yang ditandatangani pada 16 Mei 1916, yang isinya adalah rencana diam-diam pembagian Timur Tengah (Turki Utsmani) oleh Barat pasca Perang Dunia I.

Perjanjian ini membuat garis perbatasan antara Irak dan Syam, atau secara resmi dikenal sebagai perjanjian Asia Kecil.

Merupakan kesepakatan rahasia antara Inggris, Irlandia, dan Perancis, juga persetujuan dari Kekaisaran Rusia saat itu. Negosiasi telah dimulai sejak tahun 1915, lalu mencapai kesepakatan pada tahun 1916.

Tayyar Ari, profesor hubungan internasional di Universitas Uludag Turki, mengatakan jika perjanjian Sykes-Picot adalah usulan pemecah belahan wilayah Timur Tengah.

"Sykes-Picot mengusulkan pemecahan Timur Tengah bahkan sebelum Perang Dunia I berakhir. Perjanjian tersebut mengabaikan rakyat (setempat) di Irak, Suriah, dan Lebanon, serta memberikan kewenangan bagi Inggris dan Perancis dalam memimpin kekuatan lokal yang mudah diatur untuk memerintah Timur Tengah", ujarnya.

"(Bekas) wilayah Utsmaniyah adalah sasaran pembagian menjadi wilayah kecil, saat ini (bisa dilihat) daerah tersebut dibagi berdasarkan identitas etnik yang ada", lanjut Ari.

Zekeriya Kursun, kepala Asosiasi Peneliti di Timur Tengah dan Afrika (ORDAF), mengatakan bahwa perjanjian bertujuan menciptakan bagian-bagian wilayah yang menguntungkan bagi pengaruh Inggris dan Perancis.

"Sykes-Picot tidak (hanya) menentukan garis batas, (tapi) itu upaya untuk menciptakan pengaruh berkelanjutan hingga hari ini", tegasnya.

Walau awalnya hanya rencana, perjanjian Sykes-Picot akhirnya berhasil terwujud setelah kekalahan Turki Utsmani dalam Perang Dunia I.

Wilayah pembagian mengalami sedikit revisi dan dilakukan di bawah mandat Liga Bangsa-Bangsa.

Beberapa wilayah itu antara lain mandat Palestina (sekarang menjadi wilayah Israel dan Otoritas Palestina), Trans Jordan (Yordania) dan Irak, di bawah Inggris. Sedangkan Perancis berkuasa atas mandat Suriah dan Lebanon.

Sedangkan wilayah Turki berhasil menggagalkan pendudukan asing karena kaum nasionalis-sekuler berhasil memenangkan perang kemerdekaan yang dipimpin Kemal Attaturk. (Anadolu Agency/rslh)