Friday, July 22, 2016

Jalan Buntu Amerika, Rusia, Dan Iran Di Suriah ! Mereka Tidak Mungkin Bisa Tundukan Muslim Suriah!

Hasil gambar untuk suriah

Pertanyaan:
Kepala staf militer Rusia, jenderal Valery Gerasimov, mengatakan, “Kesabaran Rusia selama apa yang terjadi di Suriah telah habis dan bukan kesabaran Amerika Serikat” (Aljazeera, 21/6/2016). Hal itu mengisyaratkan kepada pernyataan Kerry bahwa kesabaran Amerika telah habis. Kerry mengatakan, “Rusia harus paham bahwa kesabaran Washington “sangat terbatas” terhadap tingkat komitmen penghentian tembak menembak” (Aljazeera.net, 15/6/2016). Menlu Rusia Lafrov telah menjawab pernyataan Kerry dalam keikutsertaannya pada forum Petersburg Internasional pada Kamis 12 Juni 2016. Lafrov mengatakan, “Saya telah membaca penjelasan yang dikeluarkan kementerian luar negeri Amerika seputar pernyataan Kerry. Mereka harus memiliki kesabaran yang lebih besar” (Russia today, 12/6/2016). Ini dari satu sisi. Dari sisi yang lain, sebelum itu dan dengan permintaan dari Iran, menteri pertahanan Rusia, Suriah, dan Iran bertemu di Teheran Kamis 9/6/2016 untuk mengkoordinasikan aksi militer di Suriah… Pertanyaannya, apakah ini berarti bahwa ada jalan buntu Amerika, Rusia, dan Iran terkait rencana-rencana Amerika sebelumnya untuk solusi (negosiasi, Jenewa, delegasi Riyadh). Jika demikian, apakah intervensi militer darat menjadi pilihan dan telah dekat dilakukan? Semoga Allah memberi balasan yang lebih baik kepada Anda.
Jawab:
Adapun bahwa di sana ada jalan buntu Amerika, Rusia, dan Iran di Suriah maka itu benar. Juga benar bahwa pada tingkat pertama itu adalah jalan buntu Amerika, sebab Rusia dan Iran adalah faktor yang membantu untuk politik Amerika di Suriah… Adapun jika itu berarti bahwa intervensi darat sudah di ambang pintu maka ini harus dilihat lagi bergantung pada arah orientasi jalannya berbagai kejadian… Untuk memahami hakikat apa yang terjadi maka harus diisyaratkan kepada point-point berikut:
Putaran terakhir negosiasi di Jenewa tanggal 22/4/2016 berhenti dengan penarikan diri oposisi dari negosiasi itu disebabkan tidak adanya keseriusan negosiasi menurut pandangan oposisi. Kemudian negosiator senior Muhammad ‘Alusy mengundurkan diri pada 30/5/2016 (al-gharbiyah.net). De Mistura tidak jadi mengumumkan dimulainya putaran baru dari negosiasi. Sebelumnya “Steffan De Mistura utusan PBB untuk Suriah mengatakan bahwa pengumuman tanggal dimulainya putaran baru pembicaraan Suriah berikutnya akan dilakukan pada Kamis 26 Mei 2016” setelah dia berdiskusi dengan DK PBB. Hal itu meski aksi-aksi kekerasan lapangan masih terus berlanjut” (situs al-wasath, 26/5/2016). Setelah itu, pada 9/6/2016, “Steffan De Mistura utusan PBB ke Suriah, pada Kamis kembali mengatakan bahwa organisasi internasional tidak akan menggelar putaran baru dari pembicaraan damai Suriah di Jenewa sampai para pejabat dari masing-masing pihak sepakat atas kriteria kesepakatan peralihan politis yang mengakhiri tenggat yang dicapai pada 1 Agustus. De Mistura mengatakan kepada wartawan “sama sekali belum tiba waktunya untuk putaran ketiga secara resmi dari pembicaraan Suriah” (Baladi-news, 9/6/2016).
Tidak biasanya, Amerika mengumumkan dimulainya pemboman di dalam Suriah bertolak dari laut Mediterania. Ini adalah kali pertama Amerika melakukan pemboman semisal ini di kawasan dengan bertolak dari Mediterania sejak invasi Irak tahun 2003. Russia today mengutip pada 9/6/2016 dari surat kabar Amerika Wallstreet Journal yang menyatakan bahwa kapal pengangkut pesawat Amerika, Hary Truman, melakukan manuver tiba-tiba pada minggu lalu dan berlayar dari teluk ke laut Mediterania. Surat kabar tersebut menyatakan bahwa tujuan dari manuver ini adalah unjuk kekuatan di depan militer Rusia…”
Lima belas orang diplomat dan pejabat di kementerian luar negeri Amerika menandatangani dokumen yang diserahkan kepada presiden Obama. Dokumen itu menyerukan operasi militer di Suriah. Surat kabar Wallstreet Journal Amerika dalam edisinya Kamis 16 Juni menyatakan bahwa “15 orang pegawai kementerian luar negeri Amerika menandatangani surat yang menyeru Obama untuk melakukan operasi militer di Suriah…” (Russia today, 17/6/2016).
Dan terakhir kunjungan putera raja Saudi Muhammad bin Salman dan pertemuannya dengan presiden Obama pada 17/6/2016 di Gedung Putih. Dan itu adalah langkah yang langka untuk selain kepala negara. Demikian juga kunjungan menteri luar negeri Saudi, al-Jubair ke Amerika dan membahas krisis Suriah secara khusus dengan para pejabat Amerika…
Dengan menelaah sejumlah kunjungan, pertemuan dan pernyatan itu maka jelaslah hal-hal berikut:
Amerika merasakan kegagalan besar di Suriah. Negosiasi telah kehilangan momentumnya. Beberapa pemimpin negosiasi telah jatuh. Amerika belum menemukan pengganti untuk Asad. Sementara revolusi di Suriah tidak kehilangan vitalitasnya dan terus menekan menentang para negosiator. Dengan menelaah kembali apa yang telah dicapai Amerika berupa kemajuan di medan Suriah, menjadi jelas bahwa yang dipentingkan oleh Amerika adalah keterlibatan kelompok-kelompok bersenjata di dalam aktivitas politik (delegasi Riyadh dan Jenewa). Pengumuman penghentian aksi-aksi serangan pada 27/2/2016 adalah harapan besar Amerika melemparkan revolusi di dalam tungku dan koridor aktivitas politik untuk merekayasa pengganti Asad, tanpa tekanan lapangan revolusi. Seiring dengan meningkatnya suara-suara yang menyolok di dalam gerakan-gerakan bersenjata yang ikut serta di dalam delegasi Riyadh, suara-suara ini menentang proses politik. Hal itu menjadi tekanan terhadap gerakan-gerakan bersenjata dan faksi-faksi lainnya, disamping kebencian masyarakat terhadap langkah sebagian gerakan dalam proses politik yang hal itu membentuk opini umum menekan… Semua ini mengadakan aktivitas bersenjata masif menentang rezim, baik jujur atau temporer untuk kembali menarik kepercayaan masyarakat. Hal itu mengakibatkan direbutnya kembali daerah-daerah strategis selatan Aleppo dalam banyak tahapan (pertempuran al-‘Ais, lalu Khan Tauman dan setelahnya). Semua ini telah membelah deklarasi Amerika Rusia atas penghentian aksi-aksi serangan. Jadi tidak ada lagi kelayakan bagi kelanjutan negosiasi Jenewa di bawah kondisi meletusnya situasi medan yang menjadi senapan yang hampir membunuh proses politik… Begitulah, Amerika berada di dalam kebuntuan.
Pertempuran selatan Aleppo dari aspek medan pertempuran mencerminkan kekalahan besar bagi himpunan besar Iran dan kelompoknya. Maka Iran meminta tambahan kekuatan darat di Suriah. Seiring dengan berbagai kerugian (kekalahan) dan minimnya kemenangan, hal itu ditambah lagi beberapa hambatan dalam meringankan larangan ekonomi terhadap Iran setelah penandatanganan perjanjian Nuklir Iran di Jenewa yang menyebabkan berkurangnya alokasi keuangan untuk operasi militer Iran di Suriah. Begitulah, Iran telah benar-benar tersedot dalam bantuan-bantuan militer untuk Asad. Karena itu, Iran dengan perintah dari Amerika meminta dukungan dari Rusia dan terjadilah pertemuan para menteri pertahanan di Teheran … Artinya, Iran juga berada dalam kebuntuan.
Adapun Rusia, sejumlah faktor-faktor telah terjadi, membuat Rusia tidak mampu atau kehilangan kehendak dalam memenuhi permintaan Amerika. Maka Amerika menginginkan dari Rusia tambahan operasi-operasi militer untuk menghentikan orang-orang revolusioner di perbatasan kontrol mereka saat ini, artinya memotong harapan kemajuan lapangan. Dan itulah yang dilakukan oleh Rusia sejak intervensinya di Suriah pada 30/9/2015 sampai belum lama ini. Menlu AS, Kerry bergembira pada 11/2/2016 di KTT donor untuk Suriah di London bahwa Rusia akan mencabut gerakan-gerakan bersenjata di Suriah dalam tiga bulan”. Tujuan ini yang jadi ambisi Amerika untuk disukseskan dengan intervensi Rusia. Adapun faktor-faktor yang muncul dan membuat intervensi Rusia tidak tuntas adalah sebagai berikut:
– Di samping sangat kerasnya permusuhan Rusia terhadap Islam dan ketakutan besarnya dari kondisi keislaman revolusi Suriah, Rusia memandang bahwa di dalam intervensinya di Suriah ada kesempatan untuk mengekspos keagungan Suriah yang telah hilang sejak runtuhnya Uni Soviet. Itu adalah kesempatan mengekspos kekuatan udara, satelit dan rudal kaliber dan kemampuannya membom Suriah dari laut Kaspia dan laut Mediterania. Amerika memprediksi bahwa serangan-serangan brutal ini akan merealisasi tujuan Amerika dan memaksa penduduk Suriah untuk bernegosiasi dengan rezim dengan berbagai syarat Amerika. Akan tetapi hal itu gagal.
– Rusia juga ingin memutus isolasi internasional dan sanksi yang dijatuhkan terhadap Rusia setelah mengabungkan semenanjung Krimea dan memicu Ukraina timur. Dan ini sama sekali belum terjadi. Sebaliknya kutukan negara-negara justru makin meningkat terhadap Rusia. Gap pun makin melebar antara Rusia dengan Uni Eropa yang tidak meredakan berbagai tuduhan terhadap Rusia, bahkan juga tidak meredakan sindiran Mahkamah Kriminal Internasional. Inggris adalah negara Eropa yang paling mengutuk Rusia. Kemudian Jerman yang memasukkan Rusia sebagai “antagonis” yakni musuh di dalam buku putihnya. Kanselir Jerman Angela Merkel dalam pertemuan KTT G-7 di Jepang pada 26/5/2016 menolak untuk sekedar dibahas peringanan sanksi dari Rusia.
– Rusia merupakan negara yang lemah secara ekonomi dan tidak memungkinkan Rusia terus membiayai perang jauh dari perbatasannya, khususnya Rusia jatuh di bawah sanksi-sanksi barat. Harga minyak yang terus menurun memperparah Rusia. Pendarahan belanjanya di Suriah tidak mungkin ditanggung Rusia untuk jangka panjang. Termasuk dalam biaya Rusia adalah komitmen finansial yang diberikan kepada orang-orang yang berperang di Suriah, jumlah mereka mencapai 25 ribu personel menurut statistik kementerian pertahanan Rusia: “sebanyak 25 ribu tentara dan sipil Rusia ikut serta sejak September 2015 dalam perang yang berkecamuk di Suriah, menurut apa yang dijelaskan oleh UU yang disetujui oleh para legislator Rusia Selasa tentang keputusan penempatan “tentara lama” untuk perang ini (Sky news arabic, 21/6/2016).
– Rusia sangat khawatir dengan masa depan kesepakatannya dengan Amerika tentang Suriah ketika pemerintahan Amerika berganti setelah pemilu presiden November 2016. Karena itu Rusia berharap mengakhiri misi perangnya di Suriah sebelum Obama lengser atau intervensinya terjadi dengan kesepakatan terbuka dengan Amerika. Karena itu, Rusia secara terus menerus meminta agar koordinasi Rusia dengan Amerika di Suriah dikeluarkan secara terbuka, satu perkara yang Amerika memalingkan muka darinya… Rusia meminta serangan bersama Amerika-Rusia terhadap kelompok-kelompok yang melanggar “penghentian aksi-aksi serangan” dan Amerika menolak…
– Yang aneh adalah pemahaman yang buruk dari Rusia bahwa Rusia menganggap dirinya sebagai partner untuk Amerika minimal dalam masalah Suriah. Rusia ingin menerjemahkan berbagai pertemuan Lafrov –Kerry yakni keputusan-keputusan tentang krisis Suriah, diterjemahkan ke koalisi militer terbuka di Suriah. Rusia tidak paham bahwa duet Lafrov-Kerry dikeluarkan oleh Amerika untuk menghalangi negara-negara Eropa melakukan intervensi dalam krisis Suriah. Rusia tidak paham hanyalah bidak catur, meski besar, di meja kerja Amerika. Demi mempertahankan pengaruh Amerika di Suriah dan menghadapi munculnya Islam di dalam revolusi Suriah, Amerika mempergunakan Iran dan kelompoknya kadang-kadang, dan lain kali mempergunakan Rusia. Akan tetapi Rusia yang didorong oleh ilusi kebesaran menduga bahwa Rusia adalah partner Amerika di Suriah. Ini yang menjelaskan pernyataan Kerry bahwa kesabaran Amerika sangat terbatas terkait Rusia di Suriah. Artinya Kerry meminta Rusia maju dengan cepat untuk menyelamatkan kekuatan Asad yang sedang limbung khususya selatan Aleppo. Ini yang juga menjelaskan keheranan Lafrov terhadap pernyataan Kerry dan seruannya kepada Amerika untuk memiliki kesabaran. Amerika memandang Rusia sebagai bidak catur di tangan Amerika. Sedangkan Rusia memandang intervensinya di Suriah sebagai model kerjasama internasional dengan Amerika!… Karena semua faktor ini, Rusia juga berada di dalam kebuntuan.
Begitulah, Amerika berada dalam kebuntuan, Rusia ada dalam kebuntuan dan Iran ada dalam kebuntuan. Dan seperti yang kami katakan barusan, itu pada tingkat pertama merupakan kebuntuan Amerika. Karena itu, situasi ini menjadi masalah besar bagi Amerika di bawah pendarahan besar kekuatan Asad, Iran dan kelompoknya. Yang tampak bahwa Amerika memandang Iran telah terkuras secara tidak sederhana di Suriah dan bahwa intervensi Iran secara militer, meski bisa memperpanjang umur rezim di Damaskus, namun tidak beperan dalam solusi di Suriah. Juga di bawah kegagalan Rusia dalam menuntaskan posisi di Suriah dengan memaksa warga Suriah tunduk di depan rezim diktator meskipun Rusia telah melakukan pemboman secara brutal dan menggunakan rudal yang membakar. Di bawah kegagalan ini, maka pilihan Amerika di Suriah sungguh menjadi sangat sempit, khususnya Amerika berada dalam masa pemilu dan kedua partai baik Republik maupun Demokrat menggunakan masa ini dalam menampakkan keburukan satu sama lain. Ini tambahan bagi apa yang telah disebutkan di atas.Para diplomat yang berpandangan Amerika harus melakukan itervensi sendiri…. Dan karena itu Amerika menampakkan diri konsern membahas intervensi… dan mengirimkan pengangkut pesawat Hary Truman dari Teluk ke laut Mediterania… dan melakukan pemboman dari laut Mediterania ke wilayah Suriah… Dan menteri pertahanan Saudi Muhammad bin Salman diundang dan bertemu dengan presiden Obama di kantor Gedung Putih yang merupakan perkara langka untuk selain kepala negara, guna menampakkan kepada para pengamat bahwa tujuannya adalah bersifat militer secara istimewa!
Meski demikian, politik pemerintahan Amerika saat ini seperti yang ditunjukkan oleh pernyataan-pernyataan para pejabatnya adalah menjadikan intervensi secara militer pertama-tama menggunakan tangan-tangan para pengikut, kelompok dan antek-antek… Juru bicara luar negeri Amerika Jhon Kirby menyatakan bahwa Amerika tidak mengubah politiknya terkait Suriah. Kirby mengatakan, sebagai komentar atas kemungkinan perubahan politik Washington seputar Suriah: “kami terus yakin bahwa penyelesaian politik di Suriah adalah solusi yang lebih baik”. Kirby juga menegaskan bahwa pemerintahan presiden Amerika saat ini, Barack Obama, akan terus fokus pada mengadakan solusi damai untuk krisis Suriah sampai berakhirnya masa pemerintahannya (Russia today, 17/6/2016)…. Dan berkaitan dengan memo para diplomat maka yang lebih rajih akan diselesaikan secara politik dan bukan secara militer. Aljazeera.net pada 18/6/2016 mengutip dari surat kabar Washington Times, “bahwa Gedung Putih bekerja keras untuk menutupi dampak memo para diplomat. Washington Times menisbatkan ucapan kepada juru bicara Gedung Putih Jennifer Friedman bahwa pemerintahan Obama terbuka untuk mendengar beragam ide apapun tentang pembicaraan di Suriah, akan tetapi presiden Obama tidak berpandangan solusi secara militer untuk krisis Suriah. Washington Times menambahkan bahwa memo tersebut dinilai sebagai yang terbaru selama bertahun-tahun frustasi terkait politik Obama terhadap krisis Suriah di antara para diplomat Amerika saat ini dan sebelumnya serta banyak orang dari mereka yang bekerja di dalam pemerintahan Obama sendiri”.

Ringkasnya:
Amerika berada dalam kebuntuan adalah benar… Adapun intervensi militer Amerika secara darat, maka yang lebih rajih hal itu ditunda sampai pada waktunya. Pemerintahan Amerika saat ini bekerja agar yang berperang darat adalah para pengikut, antek dan komplotannya, dan ini berlanjut sampai akhir masa Obama… kecuali jika muncul perkara baru di luar konteks.
Namun perkara yang menarik perhatian adalah meskipun tidak adanya pergolakan internasional di Suriah seperti yang ada di Libya dan Yaman, akan tetapi “yang bertarung” internasional hanya satu yaitu Amerika dan Amerika menggunakan Rusia, Iran, rezim, para pengikut dan komplotan dengan berbagai kejahatan brutal yang bermacam-macam… Meski demikian, Amerika dan pengikutnya telah gagal menundukkan warga Suriah hingga hari ini untuk melaksanakan rencana-rencana Amerika dan menyertakan rezim diktator di dalam pemerintahan padahal pihak yang bertarung dengan Amerika adalah warga Suriah dengan kemampuan fisik mereka yang sama sekali tidak sebanding dengan kemampuan negara-negara itu. Meski demikian, Syam tetap tegar terhadap ambisi negara-negara itu, para pengikut dan komplotannya! Sebab semua itu adalah Islam yang agung yang menggerakkan warga Syam dalam melawan kekufuran dan para pemeluknya dan kezaliman dan para pendukugnya… Islam yang agung yang memenuhi hati orang-orang jujur dan mukhlis … sampai meskipun bergerak di dalam hati masyarakat secara emosional tanpa disertai pemikiran yang sepadan … dan hingga meskipun bergerak di hati pihak lain untuk tujuan yang tidak lurus… Akan tetapi emosi islami adalah celupan yang dominan di dalam suasana dan ide-ide Islam diteriakkan dengan keras oleh banyak orang … Inilah yang menggagalkan Amerika hingga hari ini: sorotan cahaya Islam di Syam padahal pancaran cahaya Islam itu sama sekali belum ada di dalam negara yang menghimpun umat, lalu bagaimana seandainya sudah begitu? Di atas semuanya, untuk perkara ini adalah apa yang sesudahnya
﴿وَسَيَعْلَمُ الَّذِينَ ظَلَمُوا أَيَّ مُنْقَلَبٍ يَنْقَلِبُونَ﴾
“Dan orang-orang yang zalim itu kelak akan mengetahui ke tempat mana mereka akan kembali.” (TQS asy-Syu’ara’ [26]: 227)
22 Ramadhan 1437 H
27 Juni 2016 M