Wednesday, September 7, 2016

Kemana Umat Islam Akan Dibawa? Ke Blok Putin (Komunis) Dan Ini Berarti Dukung Syi’ah Iran Dan Rezim (Pembantai) Suriah, Atau Pilih Blok Salafi, Yang Berarti Ke Blok Saudi ( Tempat Al-Haramain, Al-Haq) ? Pecah Belah, Strategi Kuno Tapi Tetap Efektif.

Pecah Belah, Strategi Kuno Tapi Tetap Efektif

Tersebar secara viral, muktamar tersebut merumuskan makna Ahlus Sunnah wal Jama’ah, bahwa Ahlus Sunnah adalah mereka Al Asya’irah dan Al Maaturidiyah dalam akidah, pengikut mazhab yang empat, Hanafi, Malik, Syafi’i, dan Hanbali dalam fikih. Mereka adalah ahli tasawwuf yang murni; ilmu, akhlak, dan tazkiyah nufusnya.

Rekomendasi tersebut disebar di laman Facebook Habib Ali Al Jufri. Selain itu, ada beberapa web dalam negeri yang juga menulis hasil muktamar ini. Namun yang paling gencar adalah penyebaran secara viral melalui medsos. Sehingga menimbulkan pro kontra dan debat yang panjang sehingga meluntur ukhuwah dan hubungan.

  
Momen Muktamar yang Tidak Tepat atau Ada Agenda Tersembunyi?

Banyak kalangan yang berpendapat bahwa momen penyelenggaran ini tidak tepat. Di saat pesawat-pesawat Putin (baca, Rusia) menjatuhkan rudal-rudalnya di Suriah, di Grozny, ribuan mil dari Suriah, pada saat yang sama ulama-ulama yang mengklaim dirinya Ahlus Sunnah wal Jama’ah berkumpul mendukung salah satu negara federal Rusia, Cechnya. Padahal negera federal tersebut dan presidennya adalah loyalis Putin, presiden Rusia yang pesawat-pesawatnya membantai anak-anak kaum muslimin di Suriah.

Syeikh Kurayyim Rajih, Syaikhul Qurraa' ahli Syam, mengomentari acara tersebut dengan nada satire:
أنتم تؤيدون بوتين الذي يقتل أهل #سوريا! أين إسلامكم؟
“Kalian dukung Putin yang membunuhi rakyat Suriah, dimanakah Islam kalian?”

Beliau melanjutkan, Saya harus berkata apa lagi tentang kalian? Dalam kaidah fiqih disebutkan siapapun yang mendukung kekafiran maka ia kafir. Tidak hanya Syeikh Kurayyim Rajih saja yang kecewa dengan muktamar tersebut. Prof. Dr. Yusuf Al Qardhawi menyebut mukmatamar tersebut dengan muktamar dhiror (pemecah belah).

Syaikh 'Alwi ibn Abdul Qadir As Saqqaf, Pembina Umum Yayasan Ad Durar As Saniyyah, Madinah menulis: Muktamar ini diselenggarakan di kota Grozny ibukota Chechnya yang menginduk kepada Federasi Rusia; pada saat ulama Ahlus Sunnah dan para dai penyeru tauhid dihina oleh peserta muktamar, pada saat yang sama pula rudal-rudal milik Rusia membombardir saudara-saudara kita di bumi Syam. Namun, tak ada pernyataan yang muncul tentang kebiadaban Rusia dalam muktamar tersebut.

Tentunya tidak ada ‘makan siang’ gratis. Inilah yang disebut dengan politik stick and carrots. Berikan wartelnya dan minta imbalan politis dari kelinci. Putin dan sekutunya ingin mendapatkan dukungan dari kubu umat Islam tertentu dalam upayanya bangkit menjadi negara super power.

Lalu pertanyaannya, kemana umat Islam akan dibawa? Ke blok aswaja? Atau anti aswaja? Lalu siapa blok anti aswaja? Apakah blok anti aswaja, salafi atau syiah? Apakah betul anti salafi adalah anti Saudi dan anti syiah adalah anti Iran?

Sadar atau tidak sadar, dari dahulu sampai sekarang musuh-musuh Allah selalu memakai strategi pecah belah. Sekalipun strategi pecah belah adalah strategi kuno tapi terbukti sampai sekarang tetap ampuh dan efektif untuk menghancurkan perlawanan umat Islam.

Sekarang, posisi umat Islam dilematis, pilih aswaja berarti ke blok putin dan ini berarti dukung Iran dan rezim Suriah, atau pilih blok salafi, yang berarti ke blok Saudi, dan pilihan ini akan menyeret kepada pilihan lain yaitu oposisi Suriah dan Amerika.

Walaupun skema di atas tidak mesti tepat atau diterima semua kelompok, pemerhati, dan peneliti, namun yang pasti negara-negara yang disebutkan dalam skema di atas memiliki iriisan yang nyata pada sesama mereka. Misalnya Saudi-Amerika dan Iran-Rusia. Lalu umat harus memilih blok yang mana?

Syaikhu Azhar: Ahli Sunnah Adalah Asy’ariyah, Maturidiyah dan Atsariyah Ahlul Hadis (Salafiyah)

Benarkah Syeikhul Azhar, Prof. Dr Ahmad Thoyyib mengeluarkan salafi atau yang dikenal dengan istilah atsariyah hanbaliyah dari barisan ahlus sunnah? Atau yang mengeluarkan atsariyah hanbaliyah dari barisan ahlus sunnah adalah ‘ulama tertentu’? atau ada tangan lain yang bermain dan memanfaatkan muktamar tersebut?.

Bila dikembalikan kepada sengketa teologi kalam, perbedaan Antara Asy’ariyah Maturidiyah dengan Atsariyah hanbaliyah sangat kecil bila dibandingkan perbedaan ketiganya dengan Muktazilah, Murjiah, Qodariyah, Jabbariyah, Jahmiyah dll.

Namun, belakangan ini ada upaya mengadu domba antar tiga kelompok terbesar ini. Sehingga ada kesan kalau Atsariyah Hanbaliyah adalah musuh bagi Asy’ariyah dan Maturidiyah.

Pertanyaannya, tujuan atau motifnya apa? Sulit dilacak jika berbasis data, namun yang pasti sangat berkaitan dengan pusat konflik dunia, Suriah; dan proyek perang Amerika di dunia Islam dan arab.

Kembali ke konsep teologi kalam klasik. Di kalangan Asy’ariyah terdapat dua cara pandang terkait penafsiran nash atau teks yang diangap mutasyabihat. Cara takwil yang berbeda tersebut dapat di skemakan sebagai berikut: pertama, takwil  (menafsirkan, contohnya kata Yadullah atau yang secara harfiah artinya tangan Allah ditakwilkan dengan kekuasaan Allah) dan kedua tafwid (menyerahkan makna atau kaifiyat kepad Allah).
Keduanya metode tersebut diakui dan diakomodir sebagai bagian dari madzhab Asy’ari. Terkait hal ini, bisa dilihat bait sya’ir dari kitab Jauharatut Tauhid karya Ibrahim Al Laqqani Al Maliki yang wafat tahun 1041 H berikut ini:
وكل نص أوهم التشبيها ... أوله أو فوض ورم تنزيها
“Jika ada nash atau teks ayat yang nampaknya bersifat mutasyabih, maka dilakukan takwil, atau tafwid namun tetap mengedepankan tanzih (penyucian sifat dan zat Allah)."

Selain keterangan ringkas tadi, dalam presentasinya, Syekhul Azhar berkali-kali menyampaikan bahwa Ahli Sunnah terdiri dari tiga kelompok, yaitu Asy’ariyah, Maturdiyah, dan Ahlul Hadis (Atsariyah). Meski secara sharih Syekhul Azhar menyatakan tiga kelompok tersebut bagian dari golongan Ahli Sunnah, anehnya, keterangan atau komentar Syekhul Azhar tersebut tidak pernah ditulis.

Berikut transkrip pidato Beliau yang dinukil dari Al Muflihun.com:

“Sebagaimana yang diajarkan di Pasca Sarjana (Universitas Al Azhar) bahwa Ahli Sunnah wal Jama’ah adalah Asy’ariyah, Maturidiyah, dah Ahlul Hadis (Atsariyah). Kalangan Fuqaha’  (yang diakui adalah) Hanafiyah, Malikiyah, Syafi’iyah, dan kalangan moderat dari Mazhab Hambali. Mereka semua merupakan bagian dari Ahli Sunnah.

Pendapat ini juga diungkapkan oleh Sulthanul ‘Ulama Izzuddin Ibnu Abdus Salam, bahwa Ahli Sunnah mencakup para ulama kalam, fuqaha, muhaditsin, ahli tasawuf, irsyad, ulama qulub, ahli nahwu, dan lughah.

Istilah ahlis sunah yang demikian ini dikuatkan oleh para ulama Asy’ari mutakadimin pasca wafatnya Imam Asy’ari seperti pendapat Imam Besar Hujjatul Mutakallimin Abi Mansur Abdul Qahir Al Bagdadi dalam bukunya Al Farqu Bainal Firaq dan kitab Ushuluddin. Juga pendapat Abu Muzhafar Al Isfiraini dalam bukunya Tafsir Fi Ushuliddin.

Istilah Ahli Sunnah seperti ini juga menjadi pegangan mayoritas ulama beberapa abad setelah mereka, seperti Imam Abu Walid Ibnu Rusyd Al Maliki Al Jad sampai Imam Al Isfiraini Al Hambali yang mengatakan bahwa Ahli sunnah terdiri dari tiga kelompok, Al Atsariyah dengan Imamnya Ahmad Ibnu Hambal, Asy’ariyah dengan imamnya Imam Abu Hasan Al Asy’ari, dan Maturidiyah dengan Imamnya Abu Mansur  Al Maturidi.

Saya berharap kepada kalian wahai rakyat Chechnya dan juga seluruh muslim Rusia untuk tetap berpegang pada mazhab Ahli Sunnah wal Jamaah, yaitu mazhabnya Asy’airah, Maturidiyah, Ahlil Hadis, Ahli Tasawuf dan suluk, mazhab penyeru persaudaraan dan perdamaian, madzhab yang menganjurkan saling kenal dan tolong menolong antar sesama. Peganglah kuat-kuat madzhab Ahli Sunnah, ajarkan kepada anak-anak kalian, jadikan ia sebagai manhaj pendidikan di sekolah-sekolah dan universitas kalian.

Hadapi orang yang melawan kalian  dengan hujah dan bukti, hadapi mereka yang menyerang kalian, mereka yang berupaya untuk menggantinya dengan mazhab yang sesat, bidah dan yang selalu mengajak umat untuk melakukan perbuatan munkar seperti pembunuhan, perang, menyeru pada penghancuran, , dengki kepada Islam dan benci kepada umat Islam.”

Untuk video lengkapnya bisa dilihat 2 link berikut ini:
https://www.youtube.com/watch?v=nn-zK7aOCaE
https://www.youtube.com/watch?v=7cA9HQ0hRYQ

Kalau ulama kalam mencoba untuk saling mengerti dan mengurai perbedaan di Antara mereka, pertanyaannya siapa yang mengupayakan perselisihan dan perbedaan ini menjadi hangat? Perselihan tersebut menjadi perselisihan abadi yang menguras tenaga dan energy umat, dan malah memalingkan agenda umat untuk mengkanibal sesama anasir atau elemen umat.

Kesimpulan

Dari tulisan ringkas di atas; kesimpulan yang dapat penulis simpulkan untuk sementara, “Ada tangan ketiga yang berupaya memperkeruh suasana dunia Islam dan arab, mengambil keuntungan dengan pertikaian kaum muslimin”. Sudah saatnya kita meninggalkan ‘politik belah bambu’ musuh dan melangkah ke depan dengan visi yang jelas. Bahwa masa depan Islam di tangan umat.
Analisa ini belum berakhir dan final. InsyAllah akan kami perbaiki ke depan; demi tegakknya Izzah Islam dan Kaum Muslimin.
(Abdul Aziz  , Pemerhati Dunia Islam dan analis gerakan Islam)

Pecah Belah, Strategi Kuno Tapi Tetap Efektif

Sadar atau tidak sadar, dari dahulu sampai sekarang musuh-musuh Allah selalu memakai strategi pecah belah. Sekalipun strategi pecah belah adalah strategi kuno tapi terbukti sampai sekarang tetap ampuh dan efekti untuk menghancurkan perlawanan kelompok oposisi manapun, kelompok anti pemerintah manapun, kelompok anti penjajah manapun. Termasuk pada gerakan Islam, terlebih bagi gerakan jihad.
Pecah belah gerakan jihad dan usaha untuk memberikan jurang pemisah diantara gerakan jihad adalah cerita masa lalu yang seharusnya sudah usang tapi entah bagaimana strategi ini bisa meng-upgrade diri sehingga tetap efektif dan malah laris dipakai musuh-musuh Allah. Entah bagaimana caranya produk kuno ini sudah bisa membiasakan diri dengan perubahan waktu, tempat dan kasus yang berbeda.

Awal tahun 2003 RAND Corporation memunculkan dokumen berjudul:"CIVIL DEMOCRATIC ISLAM: Partners, Resources, and Strategies". Inti dari dokumen tersebut adalah kebijakan AS di Dunia Islam. AS ingin memetakan kekuatan dan kesolidan umat Islam, sekaligus merumuskan usaha pecah-belah dan konflik internal ditubuh umat Islam melalui berbagai pola, program bantuan dan lainnya.

Benturan Blue Print

Ketika barisan kekufuran berhasil berkuasa atas kaum muslimin ditandai dengan jatuhnya benteng terakhir umat ini Khilafah Turki Utsmani pada tahun 1924. Maka bangkitlah para pemuda pilihan umat ini untuk menegakkan kembali benteng tersebut. Era kebangkitan pemuda pilihan tersebut ditandai dengan lahirnya jama’ah-jama’ah perjuangan untuk mengembalikan kekuatan Islam sebagaimana dahulu kala, sebagaimana di zaman ke-emasannya pada zaman awal-awal Islam tegak.
Maka masing-masing jama’ah ini meletakan blue-print masing-masing. Ada yang menempuh jalur pendidikan dan dakwah murni, ada yang konsen di dakwah saja, ada yang berkonsentrasi dengan ide penegakkan khilafah, ada juga terlibat perpolitikan praktis, adapula dengan perlawanan bersenjata. Ketika masing-masing mereka mulai bergerak melaksanakan blue-print yang telah dirumuskan, disaat itu pula terasa pergesekan strategi.

Ketika sebuah jama’ah fokus dengan dunia perpolitikan praktis maka bersamaan dengan itu dia telah menjadi bagian dari pemerintahan tersebut. Nah di sinilah kepelikan tersebut bermula, apakah gerakan Islam yang terlibat langsung menjadi bagian dari pemerintahan sekuler dihukumi  'sama' dengan pemerintah sekuler? Atau mereka memiliki status khusus? Bagaimana kalau jama’ah politik praktis tersebut berkuasa dan tidak melaksanakan syariat, apakah mereka ‘thogut’ yang mesti ditumbangkan? Dan sebaliknya, jika gerakan bersenjata mulai eksis maka gerakan politik dan gerakan dakwah akan merasa digangu (baca, ‘direcokin’) planingnya, pada saat itu mereka dapat mendefenisikan gerakan jihad sebagai batu penghalang bagi mereka.
Ternyata pergesekan tersebut tidak hanya sampai disitu, pergesekan menjadi memanas ketika musuh eksternal berhasil membaca peta pergerakan jama’ah-jama’ah tersebut. Disadari atau tidak disadari musuh eksternal mulai mendapatkan untung dari kondisi ini. Mereka mulai memanfaatkan perseteruan jama’ah-jama’ah Islam, sekali lagi disadari atau tidak disadari.

Strategi kuno tapi sangat efektif; pecah-belah dilaksanakan dengan mengangkat sebagian kelompok dan bersamaan dengan itu menjatuhkan sebagian yang lain. Ampuh sekali, akhirnya jama’ah-jama’ah tersebut saling berbenturan dan pada akhirnya memperlambat laju kebangkitan umat.
Bagi gerakan jihad khususnya, perseteruan diantara mereka makin memanas. Khususnya ketika blue-print mereka mulai berjalan, tahap demi tahap telah dilalui masing-masing lokomotif. Lokomotif-lokomotif tersebut melaju dengan sistematis. Pada saat itu pula masing-masing lokomotif berhadapan di persimpangan. Pertanyaannya, mana dari lokomoti-lokomotif ini yang akan diberikan jalan guna melanjutkan estafet selanjutnya. Apakah lokomotif yang mengusung penyemaian jihad di berbagai negeri kaum muslimin yang diberi kesempatan untuk berjalan atau lokomotif yang mengusung kuasai tempat tertentu lalu pertahankan tempat tersebut kemudian tegakkan padanya syariah selanjutnya lakukan penaklukkan dan perluasaan?

Permisalan di atas hanya satu dari sekian banyak contoh kasus tabrakan blue-print pada gerakan jihad yang mana kalau tabrakan blue-print ini tidak dibuatkan manajemen penangannya maka hanya akan menjadi penyebab perseteruan dingin diantara jama’ah-jama’ah jihad yang pada titik tertentu akan menjadi perseteruan panas dan terbuka yang bisa disaksikan siapa saja.
Oleh karenanya perlu sebuah wadah untuk merukunkan dan mendiskusikan blue-print – blue-print yang ada untuk mencari solusi bersama. Tentunya, ide ini bukan hanya diperuntukan untuk gerakan jihad saja, namun ke seluruh gerakan Islam pada umumnya. Gerakan jihad hanya permisalan saja, mengingat gerakan ini paling banyak mengalami dan melakukan ‘gesekan’ dengan sesama mereka atau dengan gerakan lain. Sudah saatnya setiap gerakan, setiap invidu umat saling memahami blue print yang lain. Sudah saatnya kita meninggalkan ‘politik belah bambu’ musuh dan melangkah ke depan dengan visi yang jelas. Bahwa masa depan Islam di tangan umat.
(Abdul Aziz Asyja'i , Pemerhati Dunia Islam)

Syaikh Azhar: Ahli Sunnah Mencakup Asy’ariyah, Maturidiyah dan Ahlul Hadis (Salafiyah)

Posted by: wahyudi  September 4, 2016       
Beberapa waktu lalu, pada hari Kamis (25/06/2016) dilaksanakan konferensi di Chechnya dengan mengangkat tema “Siapakah Ahli Sunah Wal Jamaah”. Acara tersebut diselenggarakan oleh para Ulama Chechnya dengan mengundang kurang lebih 200 ulama dari berbagai Negara. Di antara yang diundang dalam konferensi tersebut adalah Imam Akbar Syaih Azhar  Dr. Ahmad Thayib.

Namun pasca Muktamar, terjadi perdebatan cukup panjang antara para ulama dunia. Tidak sedikit para ulama yang mencaci dan menghujat syaih Azhar dengan menuduh sebagai ulama sulthan dan lain sebagainya. Tuduhan-tuduhan itu muncul karena di Bayan Khitami tidak memasukkan atsariyah, atau ahlul hadis sebagai bagian dari ahli sunnah. Dari sini seakan ahlul hadis dikeluarkan dari kelompok ahli sunnah

Mereka juga tidak melirik terhadap 11 poin hasil muktamar yang mendukung perkembangan Islam di dunia baik melalui penelitian ilmiah, kerjasama antar lembaga dan universitas Islam, dakwah media seperti membuat channel TV  Islam khususnya di  Rusia, system pendidikan Islam jarak jauh dan lain sebagainya. Padahal 11 poin rekomendasi yang dihasilkan muktamar tersebut sangat konstruktif dan memberikan dukungan penuh terhadap perkembangan dakwah Islam di dunia Internasional.

Sebenarnya, apa yang dipertentangnan mereka ini tidak berdasar. Di kalangan Asyariyah terdapat dua cara pandang terhadap nas-nas yang diangap mutasyabihat, pertama takwil dan kedua tafwid. Keduanya diakui dan diakomodir sebagai bagian dari madzhab Asy’ari. Jika pun atsariyah atau ahli hadis tidak dimasukkan ke Bayan Khitami, sesungguhnya mereka telah terakomodir dari salah satu cara pandang ulama kalam tersebut. Terkait hal ini, bisa kita lihat bait syiir dari kitab Jauharatuttauhid karya Ibrahim Al-Laqani al-Maliki yang wafat tahun 1041 H berikut ini:
وكل نص أوهم التشبيهاأوله أو فوض ورم تنزيها

Artinya: Jika ada nas yang nampaknya bersifat mutasyabih, maka dilakukan takwil, atau tafwid namun tetap mengedepankan tanzih

Selain itu dalam presentasinya, Syaih Azhar berkali-kali menyampaikan bahwa Ahli Sunnah terdiri dari tiga kelompok, yaitu Asyariyah, Maturdiyah dan Ahlul Hadis. Meski secara sharih Syaih Azhar menyatakan tiga golongan Ahli Sunnah, anehnya, pernyataan beliau ini hilang di media. Pada akhirnya, beliau menjadi ulama yang paling dihujat dalam muktamar tersebut. Untuk meluruskan pernyataan Syaih Azhar Ahmad Toyib, sengaja saya menerjemahkan pidato Beliau seperti yang diungguh di youtube.com. Untuk link kami tulis di ahir tulisan:

“Sebagaimana yang diajarkan di Pasca Sarjana bahwa Ahli Sunnah Wal Jamaah adalah Asy’ariyah, Maturidiyah dah Ahlul Hadis. Fuqaha Hanafiyah, Malikiyah, Syafiiyah dan kalangan moderat dari Mazhab Hambali, mereka semua merupakan bagian dari Ahli Sunnah. Pendapat ini juga diungkapkan oleh Sulthanul Ulama Izudin Ibnu Abdussalam, bahwa Ahli Sunnah mencakup para ulama kalam, fuqaha, muhaditsin, ahli tasawuf, irsyad, ulama qulub, ahli nahwu dan lughah. Istilah ahli sunah yang demikian ini dikuatkan oleh para ulama Asy’ari mutakadimin pasca wafatnya imam Asyari seperti pendapat Imam Besar Hujjatul Mutakallimin Abi Mansur Abdul Qahir al-Bagdadi di bukunya al-Farqu Bainal Firaq dan kitab ushuluddin. Juga pendapat Abu Muzhafar al-Isfiraini di bukunya Tafsir Fi ushuliddin.

Istilah Ahli Sunnah seperti ini juga menjadi pegangan mayoritas ulama beberapa abad setelah mereka, seperti Imam Abu Walid Ibnu Rusyd al-Maliki al-Jad sampai imam al-Isfiraini al-Hambali yang mengatakan bahwa Ahli sunnah terdii dari tiga kelompok, al-Atsariyah dengan imamnya Ahmad Ibnu Hambal, Asy’ariyah dengan imamnya Imam Abu Hasan al-Asyari dan Maturidiyah dengan imamnya Abu Mansur al-Maturidi.

Saya berharap kepada kalian wahai rakyat Chechnya dan juga seluruh muslim Rusia untuk tetap berpegang pada mazhab Ahli Sunnah wal Jamaah, yaitu mazhabnya Asy’airah, Maturidiyah, Ahlil Hadis, Ahli Tasawuf dan suluk, mazhab penyeru persaudaraan dan perdamaian, madzhab yang menganjurkan saling kenal dan tolong menolong antar sesama. Peganglah kuat-kuat madzhab Ahli Sunnah, ajarkan kepada anak-anak kalian, jadikan ia sebagai manhaj pendidikan di sekolah-sekolah dan universitas kalian. Hadapi orang yang melawan kalian  dengan hujah dan bukti, hadapi mereka yang menyerang kalian, mereka yang berupaya untuk menggantinya dengan mazhab yang sesat, bidah dan yang selalu mengajak umat untuk melakukan perbuatan munkar seperti pembunuhan, perang, menyeru pada penghancuran, , dengki kepada islam dan benci kepada umat Islam.”
Untuk video lengkapnya bisa dilihat 2 link berikut ini:

Apa Jadinya Jika Saudi Arabia Dikuasai Oleh Sufi Dan Syiah, Serta Metode (Pemahaman) Nenek Moyang (Tradisi).
Bagi Yang Membenci SAUDI, Bacalah Surat Cinta Ini,.
Dakwah Salafiyyah Dan Daulah Su’udiyyah
http://lamurkha.blogspot.co.id/2016/08/dakwah-salafiyyah-dan-daulah-suudiyyah.html
Pembelaan Atas Negeri Saudi ( Sunni Salafy ) Pendukung Manhaj Salaf Dan Kembali Pada Al Haq
Saudi Arabia Memimpin Umat Islam Memerangi Syi’ah. Wajib Atas Setiap Muslim Di Seluruh Belahan Dunia Untuk Bekerjasama Dengan Pemerintah Arab Saudi. Syukur Dan Dukungan Terhadap Kerajaan Islam Saudi Arabia.