Wednesday, September 7, 2016

Peran Ulama Jahat Dan Ulama Penjaja Dunia Melumpuhkan Kekuatan Umat Islam

Peran Ulama Jahat Melumpuhkan Kekuatan Umat Islam

Peran Ulama Jahat Melumpuhkan Kekuatan Umat Islam

03 September 2016, 06:04
Pada zaman Musa Alaihis Salam ada seorang lelaki yang shalih nan alim. Namun, keshalihan dan kealimannya tidak menyebabkannya berpihak kepada kebenaran. Justru, dengan keshalihan dan kealimannya ia menipu banyak orang dengan memutarbalikkan kebenaran. Ibnu Mas’ud menyebut nama lelaki tersebut Bal’am ibn Abar, Ibnu Abbas menyebut namanya Bal’am ibn Ba’ura’, mujahid menyebut namanya Bal’am ibn Ba’ur; dan pendapat Ibnu Abbas lebih kuat.

Kisah Bal’am ibn Ba’ura’ ini diabadikan dalam Al Qur’an sebagai pelajaran berharga untuk seluruh umat, khususnya untuk Muhammad SAW, betapa bahayanya jika seorang alim tergelincir dan kemudian bekerja untuk kepentingan musuh. Allah berfirman menceritakan tentang kisahnya:

“Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang isi Al Kitab), kemudian dia melepaskan diri dari pada ayat-ayat itu, lalu dia diikuti oleh syaitan (sampai dia tergoda), maka jadilah dia termasuk orang-orang yang sesat. Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir. Amat buruklah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan kepada diri mereka sendirilah mereka berbuat zalim.” (QS. Al A’raf[7]: 175-177).

Ayat ini mengisahkan tentang Bal’am bin Ba’ura, seorang lelaki shalih nan alim dari Bani Israil di zaman dahulu yang dikaruniai ilmu, namun ilmunya tidak mendatangkan hidayah kepadanya. Ilmunya luas, hafalannya banyak, ibadahnya rajin; tapi hatinya cenderung kepada harta dunia. Maka ia diperumpamakan dengan anjing. Perumpamaan Bal’am seperti seekor anjing, tidak seperti hewan buas lainnya, karena anjing tidak memiliki hati (yakni hatinya mati).

Imam Al Qurthubi mengatakan, “Perumpamaan dalam ayat ini adalah perumpamaan yang paling buruk yang disandarkan kepada manusia, karena ayat ini mengumpamakan seseorang dengan anjing. Orang tersebut tidak mampu untuk dirubah, seperti halnya anjing yang tidak dapat dirubah kebiasaan menjulurkan lidahnya.”

Ulama-ulama jahat seperti Bal’am dan regenarasinya selalu menjulurkan lidahnya untuk menjauhkan orang-orang dari jalan Allah, mematikan semangat orang-orang yang memperjuangkan kalimatNya. Tampangnya yang shalih (dan mungkin saja ia berjenggot lebat dan bercelana cingkrang) hanya hiasan yang menipu orang-orang karena lisannya dipakai untuk mengukuhkan  kekuasaan tiran yang mencampakkan hokum Allah SWT. Merekalah manusia terburuk yang pernah Allah SWT ciptakan.
  
Selain itu, ada yang mengatakan, tabiat yang dimiliki oleh hewan anjing biasanya adalah, mereka akan patuh dan tunduk kepada seorang yang tidak takut kepadanya, dan ia juga akan terdiam seribu bahasa apabila orang yang tidak takut kepadanya itu telah menjinakkannya. Lalu hewan yang seperti ini dijadikan perumpamaan oleh Allah Ta’ala bagi orang yang menerima uang suap untuk merubah suatu hukum agama yang jelas-jelas telah tertulis di dalam kitab suci. Oleh karena itu ayat ini sangat penting untuk ditadaburi oleh setiap individu agar tidak terperdaya dengan perbuatannya atau dengan ilmu yang dimilikinya, karena ia tidak dapat mengetahui bagaimana kondisinya nanti di akhir hidupnya.

Imam Ibnu Katsir berkata, “Adapun yang mahsyur mengenai sebab turunnya ayat ini, bahwa ia adalah seorang dari Bani Israil terdahulu, sebagaimana dikatakan Ibnu Mas’ud ra, dan ulama-ulama salaf lainnya. Ali bin Abu Thalhah menuturkan dari Ibnu Abbas ra, ia adalah seorang yang berasal dari suatu kota yang dihuni oleh kaum yang gagah perkasa dan kasar-kasar pembawaannya. Ia bernama Bal’am dan ia mengetahui nama Allah yang Maha Agung.”

Bal’am Klasik Dan Modern Menjual Akhirat Untuk Kenikmatan Dunia Sesaat

Ali bin Abi Thalhah menuturkan dari Ibnu Abbas, bahwa ketika Musa singgah bersama orang-orang yang menyertainya di kota itu, maka kabilah-kabilah dan kaum di kota itu datang kepada Bal’am seraya mengatakan, “Musa adalah orang yang sangat kuat, dan ia bersama pasukan yang sangat banyak. Jika ia mengalahkan kami, maka ia akan membinasakan kami. Oleh karena itu, berdo’alah kepada Allah agar mengusir Musa berikut orang-orang yang menyertainya dari kami.”

Bal’am mengatakan, “Jika aku berdoa kepada Allah supaya menolak Musa berikut orang-orang yang menyertainya, niscaya lenyaplah dunia dan akhiratku.” Namun, mereka tidak henti-hentinya memohon, hingga Bal’am mendoakan keburukan atas Musa dan kaumnya. Akhirnya Allah menanggalkan kelebihan yang ada pada dirinya. Itulah makna firman Allah; “Kemudian dia melepaskan diri dari ayat-ayat itu, lalu dia diikuti oleh syaitan (sampai dia tergoda).”

Allah Ta’ala berfirman: “Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat) nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah.” Allah mengatakan, “Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu.” Yakni, niscaya kami jauhkan dia dari noda dan kotoran duniawi, dengan ayat-ayat yang telah kami berikan kepadanya.

“Tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah.” Yakni cenderung kepada perhiasan dan keindahan kehidupan dunia. Ia hanyut dalam kelezatan dan kenikmatan dunia yang memperdayainya, sebagaimana telah memperdayai kalangan orang-orang yang tidak memiliki akal dan pengetahuan.

Peran Bal’am Dalam Melumpuhkan Kekuatan Umat Islam

Dari dahulu, senjata musuh-musuh Allah selalu sama, yaitu menciptakan perpecahan dan perselisihan di tengah-tengah umat. Karenanya Allah selalu mengingatkan berulang-ulang agar umat Muhammad tidak berpecah belah dan berselisih, karena yang demikian adalah kebiasaan buruk orang-orang musyrik dan ahlul kitab.

Allah SWT berfirman: “Dan janganlah kamu seperti orang-orang musyrik, yaitu orang-orang yang memecah-belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.” (QS. Ar Ruum[30]: 31-32).

Dalam ayat yang lain Allah menceritakan sebab kekalahan kaum muslimin dalam perang uhud karena menyelisihi perintah Rasulullah dan pertengkaran diantara pasukannya yang berada di bukit Ar Rumah. Allah SWT berfirman: “Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al Anfal[8]: 45).

Allah dalam ayat ini melarang tanazu’ atau yang lebih akrab disebut bertengkar atau berbantah-bantahan, karena yang demikian dapat medatangkan rasa gentar di hati orang-orang beriman dan hilangnya kekuatan mereka. Menurut Mujahid, kekuatan yang dimaksud ayat di atas adalah kekuatan para sahabat Rasulullah SAW ketika mereka menghadapi musuh di perang uhud.

Pada saat itu, ada sekitar empat puluh lebih pasukan pemanah di bawah komando Abdullah ibn Jubair yang menentang perintah Rasulullah untuk menetapi bukit. Akhirnya terjadilah pertengkaran sesama mereka. Ketika itu, sang komandan, Abdullah ibn Jubair sudah memperingatkan mereka, beliau berkata: “Apakah kalian lupa pesan Rasulullah kepada kalian? Namun mayoritas pasukan tidak peduli sama sekali, mereka membantah perkata Abdullah ibn Jubair seraya berkata, “Demi Allah, kami akan bergabung dengan mereka, sehingga kami mendapatkan harta rampasan perang.”

Disebabkan ketidaktaatan mereka kepada Rasulullah serta perselisihan dan perpecahan diantara mereka yang menyebabkan kekalahan telak kaum muslimin. Allah berfirman: “Dan janganlah kalian seperti orang-orang yang bercerai berai dan berselisih setelah datang kepada mereka bukti-bukti yang nyata. Dan bagi mereka azab yang dahsyat”. (QS. Ali Imran[3]: 105).

Allah juga berfirman: “Dan sesungguhnya kami merasakan kepada mereka azab yang dekat (di dunia) sebelum azab yang lebih besar diakhirat, mudah-mduahan mereka kembali kepada jalan yang benar”. (QS. As Sajdah[32] : 21).

Ayat pertama mengabarkan bahwa perpecahan, bercerai berai, dan perselisihan akan melahirkan azab. Ayat kedua mengabarkan, terkadang azab dirasakan kepada orang yang berpaling dari ajaran Allah di dunia dan di akhirat kelak ada azab yang lebih besar. Termasuk azab di dunia adalah kekalahan kaum muslimin dan berkuasa orang-orang kafir atas mereka. Hal ini disebabkan oleh dosa dan ulah mereka sendiri, yaitu perpecahan, bercerai berai, dan perselisihan diantara mereka.

Allah berfirman: “Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)”. (QS. Asy Syura[42]: 30).

Dan sangat disayangkan, perpecahan dan bercerai berai kaum muslimin disepanjang sejarah selalu diawali dengan perpecahan alim ulamanya. Hal ini disebabkan, tidak semua alim ulama yang setia dan komitmen dengan jalan taqwa. Ada diantara mereka yang silau dengan ‘hijaunya’ dunia dan harta. Karenanya Ibnul Mubarak berkata: “Tidaklah yang merusak agama ini kecuali para pemimpinnya, tokoh-tokohnya, dan alim ulamanya.” Artinya, alim ulama yang bermentalkan seperti mental Bal’am ibn Ba’ura. Na’udzubillah min sarrihi.(M.Reza Prima Mtd)

Waspada Ulama 
penjaja dunia

Ulama penjaja dunia hakikatnya adalah "srigala berbulu domba". Penjaja fatwa untuk kepentingan "perut dan apa yang dibawahnya".

Ia tidak begitu perduli untuk meng"cross chek" berita...sahih atau tidak sahih apa yang ia dengar, bahkan nekat berdusta dan memfitnah untuk melariskan dagangan "bid'ah dholalah " yang hakikatnya adalah kesesatan dan kesetanan belaka.



Demi dunia dan jabatan, mereka senantiasa memfitnah para ulama akhirat dari zaman ke zaman.

Dengan licik dan culas, menjilat penguasa mereka memenjarakan banyak para da’i dan ulama akhirat, sebutlah Syaikhul Islam dan muridnya Ibnul Qayyim  yang" kenyang" dengan fitnahan harus merasakan gelapnya penjara "Qal'ah di Damaskus.

Ketakutan kehilangan pengaruh dan jabatan, menjauhnya manusia dan para penguasa dari mereka adalah faktor penting yang membuat mereka harus menghalalkan segala macam cara.

Bak kata orang sekarang, permasalahannya hakikatnya bukanlah pada beda pendapat antara mereka,namun yang lebih tepat adalah beda pendapatan.

Melihat majlis-majlis mereka sunyi dari jama'ah, omong kosong dan bualan mereka ditinggalkan manusia disebabkan tanpa dalil dan contoh...atau dalil-dalil "Jaka sembung bawa golok"alias tidak nyambung yang dipaksakan untuk mendukung hawa nafsu mereka...terpaksa membuat mereka "peras keringat" dan "banting tulang" cari jalan untuk menjauhkan manusia dari kebenaran.

Tak perlu merasa heran jika orang yang beragama lurus di atas hujjah dan dalil, dituduh "wahhabi, ISIS, Khawarij, bahkan dituding Syiah”.

Sudah perkara klasik dari masa" Abu Jahal Kuno" hingga masa "Abu Lahab" modern ,tidak ada seorang muslim yang beragama sahih kecualidapat gelar yang tidak menyenangkan.

Sebagaimana Nabi difitnah sebagai tukang tenung, pemecah belah, penyair, orang gila...dst.

Tapi ibarat pepatah"kayu gaharu kan harum setelah dibakar, intan menjadi mulia setelah di dulang,dan emas berharga setelah disepuh"... Kebenaran pasti akan tampak dan menang.
-----------------------------------------
Mekah, Aziziyah 17 Zul qa'dah 1437/ 20  Agustus 2016.
Abu Fairuz Ahmad Ridwan My.