Friday, September 16, 2016

Yang Pertama Kali Dipelajari Dalam Masalah Aqidah ,Fiqh,Adab Dan Akhlak,Dan Cara Memahami Agama

July 26, 2016
Kautsar Amru 
Kalau mau belajar Aqidah, maka yang pertama kali dipelajari itu hendaklah belajar Aqidah yang berkaitan dengan Allah. Ini pondasi pokok yang paling mendasar agar jangan sampai kita terjebak kepada kesyirikan, dan mentakwil-takwilkan sifat-sifat Allah.
Kalau mau belajar fiqh, maka yang pertama kali dipelajari itu hendaklah belajar fiqh masalah thoharoh. Inilah pintu gerbang fiqh paling awal dalam masalah fiqh yang ditulis oleh para ulama ahli fiqh, sebelum membahas fiqh-fiqh yang lain. Dan ini juga penting agar kita tidak was-was dalam masalah thoharoh, ataupun berlebih-lebihan dalam masalah thoharoh. Habis itu, baru kita belajar masalah sholat.
Cukup banyak orang yang terjebak dalam masalah was-was dan berlebih-lebihan dalam masalah ini, karena kurang faham ilmunya. Entah itu seputar masalah najis, jenis air, wudhu, yang berkaitan dengan haidh dan nifas, dan mandi janabah.
Kalau kita belum beres belajar masalah ini terus langsung dicekoki fiqh nawazil (kontemporer), apalagi langsung ke fiqh daulah (negara) dan fiqhul waqi’ (fiqh realita, namun maksudnya adalah realita politik). Maka biasa orang seperti ini entah banyak “tergelincirnya”, atau banyak salahnya dalam memahami agamanya.

Kalau mau belajar masalah adab dan akhlak, maka yang pertama kali dipelajari itu hendaklah belajar masalah berbakti kepada kedua orang tua (birrul walidain).
Kalau kita belajar berbuat baik kepada orang lain, maka itu kadang ada “pamrih” duniawi dan pujian yang kita harapkan. Sedangkan kalau kita belajar berbakti kepada orang tua, maka “pamrih” duniawi kita itu bisa diminimalisir dan kita bisa benar-benar melakukan itu dengan niat yang tulus karena perintah dan mengharap ridho Allah.
Melakukan adab dan akhlak yang baik dengan tulus karena perintah dan mengharap ridho Allah, yang kita pelajari pertama kali dari masalah berbakti kepada kedua orang tua ini adalah pondasi dasar dari adab dan akhlak lainnya.
Yakni agar kita mempelajari dan melaksanakan adab akhlak lainnya itu murni benar-benar ikhlash karena Allah. Bukan pura-pura baik atas nama adab dan akhlak demi tujuan “pamrih” dari orang lain semata.
Inilah yang kita pelajari dari birrul walidain, dan inilah pondasi dasar bagi akhlak dan adab kita yang lainnya. Yakni murni tulus karena mengharap ridho Allah, bukan karena mengharap pamrih dan pujian dari manusia.
Kalau mau belajar cara memahami agama, maka belajarlah pertama kali manhaj salaf dalam memahami agama sebagai dasar.
Jika kita mengetahui standart yang benar dalam memahami agama, maka mudah bagi kita untuk menimbang dan menakar pemahaman-pemahaman yang lain. Dan standart yang benar dalam memahami agama itu adalah pemahaman Rasulullah dan para shahabatnya, inilah manhaj Salaf.
Orang yang belum beres dan belum punya pondasi dasar yang benar masalah memahami dan mengamalkan manhaj salaf, tiba-tiba langsung dicekoki atau belajar pemahaman kontemporer dan post modernis dalam memahami Islam. Maka biasa orang seperti ini entah banyak “tergelincirnya”, atau entah banyak salah dalam memahami agamanya.
Demikian juga berlaku bagi orang yang mempelajari faham-faham lain dalam memahami Islam, sebelum punya pondasi dasar yang benar masalah memahami dan mengamalkan manhaj salaf. Orang seperti ini juga akan banyak tergelincirnya, dan banyak salahnya dalam memahami agama.