Sunday, October 2, 2016

Fadhilatusy Syaikh ‘Alwi Bin ‘Abdil Qadir As-Saqqaf ‘Hafizhahullahu’ (Muridnya Syaikh Bin Baz) : Siapakah Ahlus Sunnah Wal Jamaah? Kritikan Keras Beliau Terhadap Muktamar Internasional Di Chechnya.

(Pembina Umum Yayasan Ad-Durar As-Saniyyah)
http://www.dorar.net/files/maqal-indoniseia.pdf
Editor: Thariq bin Abdil Aziz Attamimi, MA.
Segala puji hanya milik Allah saja, shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Nabi pilihan, kepada keluarga, para shahabat dan orang yang menapak tilasi (perjuangannya), amma ba’du:

Sudah diketahui bahwa keselamatan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat tergantung pada mengikuti kebenaran dan menapaki jalan Ahlus Sunnah wal Jama'ah. Ketika semua mengklaim dirinya sebagai Ahlus Sunnah wal Jama'ah, lalu ada sejumlah orang (golongan) yang menuntut agar julukan yang mulia ini dikembalikan padanya, dengan alasan bahwa julukan ini telah dicuri sejak sekian abad, maka menjadi kewajiban ulama untuk menjelaskan asal muasal istilah dan julukan ini, serta menjelaskan batasan-batasan dan karakteristiknya yang hakiki.

Dalam artikel ini akan dijelaskan sebagian karakteristik Ahlus Sunnah wal Jama'ah. Di dalamnya ada barometer yang dapat membantu seorang muslim mengenal siapakah ahlus sunah wal jamaah, agar dia dapat berjalan di atas metodenya serta berpegang teguh dengan pedomannya, sehingga masuk ke dalam golongannya. Tulisan ini bukan untuk membatasi siapa penganut Ahlus Sunnah wal Jama'ah, sebab pembahasan ini telah ada dalam kitab-kitak aqidah. Tapi maksudnya adalah mengetahui perbedaan antara Ahlus Sunnah wal Jama'ah dengan kelompok lainnya, dan apa keistimewaannya dibanding yang lainnya.

Yang dimaksud sunnah disini adalah pedoman yang telah diwariskan oleh Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam berupa ilmu, amal, keyakinan, petunjuk dan sikap prilaku. Maka, sunah adalah semua yang dibawa oleh Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam.

Adapun yang dimaksud jama'ah yang disandingkan dengan sunnah adalah para shahabat Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dan orang yang mengikutinya dengan baik serta orang yang berjalan di atas pedoman dan petunjuk mereka.

Maka Ahlus Sunnah wal Jama'ah adalah orang yang paling bersungguh-sungguh untuk mengikuti Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dan mengetahui sepak terjang beliau serta paling banyak kesesuaiannya dengan pedoman para sahabatnya Radhiyallahu 'Anhum.

Dengan demikian, bukan berarti siapa saja yang mengklaim dirinya berada di atas manhaj Ahlus Sunnah wal Jama'ah atau menamakan kelompoknya dengan istilah salafi atau Jama'ah Ahlul Hadits atau Atsar, lalu otomatis begitu. Patokannya adalah manhaj (metode) dan ittiba' (napak tilas) serta berpegang teguh dengannya, bukan dengan nama dan julukannya yang populer.

Soal klaim, semua pihak dapat melakukannya.
Akan tetapi klaim tersebut tidak sah dan tidak dibenarkan penisbatannya kepada seseorang kecuali dia merealisasikan ciri-ciri dan karakteristik berikut. Inilah yang akan menjadi pembeda antara orang yang memenuhi kriteria julukan tersebut dan siapa yang hanya sekedar mengaku padahal dia sama sekali kosong di kriterianya.
Saya telah jadikan dalam beberapa point agar mudah dipahami dan diselami serta diaplikasikan –insya Allah Ta’ala:
1) Ahlus Sunnah wal Jama'ah sumber aqidahnya adalah kitabullah Ta’ala dan sunnah RasulNya Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dan apa yang diyakini oleh para ulama salafus saleh dan yang mereka pahami dari nash-nash dua wahyu. Mereka tidak mendahulukan akal, penerawangan (kasysyaf), perasaan juga mimpi-pimpi di atas naql (Al-Qur’an dan Sunah). Mereka tidak mendahulukan perkataan syekh atau wali di atas firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dan sabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam.
2) Ahlus Sunnah wal Jama'ah tidak menyandarkan keyakinannya pada orang tertentu, juga tidak kepada kelompok tertentu, tetapi mereka menyandarkannya kepada sunnah dan ulama salaf. Mereka tidak menyandarkan kepada Asya’ari, Maturidi, Jahm, Ja’d, Zaid, Ubaid, Mu’tazilah, Murji’ah juga tidak ke Qodariyah. Akan tetapi menyandarkannya kepada sunnah dan para shahabat (Seperti sabda Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, "Sebagaimana pedomanku dan para shahabatku")
3) Ahlus Sunnah wal Jama'ah tidak menyandarkan prilaku dan penyucian jiwa  kepada seseorang juga tidak kepada tarekatnya. Mereka tidak sandarkan ke Jailani, Rifa’i, Qodari, Tijani, tidak juga menyandarkannya kepada Naqsyabandiyah, 'Alawiyah, Syaziliyyah juga tidak kepada yang lainnya. Akan tetapi, prilakunya serta penyucian jiwanya bersumber dari orang yang mengatakan “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia” dan orang yang “Akhlaknya adalah Qur’an” (Rasulullah) Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Mereka tidak berbeda dengan umat lainnya dalam hal pokok agama berdasarkan nama kecuali dengan nama As-Sunah dan Wal- Jama'ah. Mereka pun tidak berbeda dalam hal prilaku dan kesucian jiwa berdasarkan nama selain nama As-Sunnah wal jamaah.
4) Ahlus Sunnah wal Jama'ah beribadah kepada Allah sebagaimana yang diperintahkan dengan khusyu' dan penuh kerendahan, tidak berbuat bid’ah dalam ibadahnya, baik yang bersumber dari dirinya berdasarkan hawa nafsunya juga tidak bersumber dari orang lain. Dia tidak beribadah dengan menampar, tidak menabuh gendang, menari-nari dan berlenggak-lenggok.
5) Ahlus Sunnah wal Jama'ah tidak mengalihkan ibadahnya kepada selain Allah Ta'ala seperti; berdoa, mohon bantuan (istighotsah), menyembelih, nazar dan ibadah lainnya. Sebagaimana keadaan sebagian kelompok dan golongan yang menyimpang dari jalan Ahlus Sunah wal Jama'ah.
6) Ahlus Sunnah wal Jama'ah menganjurkan ziarah kubur. Karena berziarah kubur dapat mengingatkan kematian dan dapat memberikan salam kepada penghuninya serta mendoakannya, bukan bermaksud meminta berkah dan berdoa memohon kepada penghuni kuburan sebagai tandingan Allah Ta’ala atau meminta bantuan padanya atau mengusap- usap kuburan, thawaf di sekitarnya atau menyembelih di sisinya dan yang semacam itu.
7) Ahlus Sunnah wal Jama'ah menetapkan semua sifat bagi Allah 'Azza wa Jalla yang telah Dia tetapkan untuk diri-Nya atau yang ditetapkan oleh Rasul-Nya Shallallahu 'Alaihi wa Sallam tanpa ta’thil (meniadakan) dan tanpa ta'wil (mengalihkannya kepada makna lain). Sementara (kelompok) lainnya menafikan sifat-Nya atau menetapkan sebagian dan menta'wilkan sebagian lainnya.
8) Ahlus Sunnah wal Jama'ah meyakini bahwa iman itu adalah ucapan dan perbuatan, dapat bertambah dan berkurang. Mereka tidak mengeluarkan amal perbuatan dari (definisi) iman seperti kelompok Murjiah, tidak juga mengkafirkan ahli kiblat hanya karena sekedar berbuat maksiat dan dosa besar seperti kelompok  khawarij.
9) Ahlus Sunnah wal Jama'ah tidak mengkafirkan orang yang berbeda dengannya   dari kelompok lain, hanya sekedar berbeda pendapat dengannya. Kecuali jika dalam kelompok tersebut terhimpun pokok-pokok kekufuran (mendasar) seperti Isma'iliyah dan Nushairiyah.
10) Ahlus Sunnah wal Jama'ah berlepas diri dari orang-orang kafir, atheis, musyrik dan orang murtad. Mereka memusuhi dan membencinya. Sebaliknya Ahlus Sunnah mencintai orang-orang mukmin dengan memberikan loyalitas dan menolongnya sesuai dengan kadar iman dan amal saleh yang dimilikinya.
11) Ahlus Sunnah wal Jama'ah mencintai para shahabat Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Mereka berpendapat bahwa semuanya adil (dapat diterima periwayatannya). Mereka mendekatkan diri (taqarrub) kepada Allah dengan mencintai para shahabatnya, keluarga serta istri-istrinya yang tak lain merupakan ummahatul mukminin (ibunda kaum beriman). Mereka berlepas diri dan memusuhi orang yang menghina mereka, juga berlepas diri dari orang yang berlebih-lebihan dan mengangkat mereka di atas kedudukan manusia atau menganggapnya maksum (terjaga dari dosa).
12) Ahlus Sunnah wal Jama'ah mengambil fikih dari ijmak (konsensus) dan petunjuk Al-Quran dan Sunah yang shahih. Mereka mengakui pendapat para shahabat, tabiin dan tabiit tabiin dan mengikuti ulama besar umat Islam, seperti Abu Hanifah, Malik, Asy-Syafi’i, Ahmad dan generasi ulama setelahnya dari kalangan ulama fikih, serta para ulama yang diikuti karena mereka pengikut sunnah serta mereka yang telah dikenal kebaikannya oleh umat ini.
13) Ahlus Sunnah wal Jama'ah adalah mereka yang memandang umat Islam sama dalam hal beban dan tanggung jawab syariat. Dalam pandangan mereka tidak ada syariat untuk orang awam dan orang khusus, tidak juga super khusus. Tidak ada tingkatan Syariat dan Hakikat. Bagi mereka, agama adalah satu, syariatnya satu, Tuhannya satu, yang diturunkan kepada Nabi juga satu untuk seluruh manusia.
14) Ahlus Sunnah wal Jama'ah adalah golongan moderat dan proporsional (adil) dalam segala hal. Dia moderat (tengah-tengah)antara pengkultusan dan pelecehan, antara sikap
meremehkan dan menyulitkan, antara bermudah-mudah dan ekstrim.
15) Ahlus Sunnah wal Jama'ah termasuk orang yang sangat menjaga kesepakatan kata dan kesatuan barisan. Diantara aqidahnya adalah menunaikan jihad, shalat  Jumat dan berjama'ah di belakang setiap pemimpin (muslim), apakah dia orang bertakwa atau pelaku maksiat. Mereka berpendapat sah shalat di belakang pelaku bid’ah dan kemaksiatan. Mereka termasuk orang yang senang bersatu, paling benci perpecahan. Terkadang orang yang menyematkan istilah ini pada dirinya  melakukan kesalahan dan keliru dalam memahami dan mempraktekkan manhaj ini. Tidak setiap orang yang menisbatan dirinya kepadanya dapat beradab seperti adab mereka dan berjalan di jalannya. Harapan besar untuk mendapatkan kemuliaan julukan ini (Ahlus Sunnah wal Jama'ah) menyebabkan dimasukkannya orang yang bukan bagian darinya.
16) Ahlus Sunnah wal Jama'ah di dalamnya ada orang alim, pakar fikih, khatib, para dai, penyeru kebaikan melarang kemungkaran, dokter, insinyur, pedagang, pekerja, kaya dan miskin, hitam dan putih, arab dan non arab. Manhaj mereka tidak terfokus pada golongan tertentu, tidak dibedakan berdasarkan strata masyarakat. Atau mereka tidak menjadikan ilmu, agama, nasab dan kemuliaan dimonopoli oleh suatu kaum saja tanpa lainnya. Mereka meyakini firman Allah ta’ala:
إن أكرمكم عندالله أتقاكم
“Sesungguhnya yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah adalah yang paling bertakwa.” (QS. Al-Hujurat: 13)
17) Ahlus Sunnah wal Jama'ah diantara mereka ada orang yang ahli ibadah, pecandu maksiat dan pelaku dosa besar. Mereka tidak dijamin terlindung dari dosa dan kemaksiatan. Dosa dan kemaksiatan ini tidak mengeluarkan mereka dari ruang lingkup Ahlus Sunnah wal Jama'ah. Bahkan terkadang terjerumus dalam perkara cabang bid’ah, akan tetapi mereka cepat kembali pada kebenaran jika mereka mengetahuinya. Hal ini tidak mengeluarkan mereka dari kalangan Ahlus Sunnah wal Jama'ah.
18) Ahlus Sunnah wal Jama'ah mengikuti kebenaran dan kasih sayang terhadap sesama makhluk. Membenci kemaksiatan dan lemah lembut terhadap pelakunya. Membenci bid’ah dan cemas kepada penganutnya.

Mereka itulah Ahlus Sunnah wal Jama'ah dan inilah sebagian dari ciri dan karakteristik mereka. Saya memohon kepada Allah dengan karunia dan kemuliaan-Nya agar menjadikan kita bagian dari mereka dan menyatukan umat ini di atas pijakan yang dahulunya mereka bersatu.

Berikut ini kritikan keras terhadap Muktamar Internasional di Chechnya dari Syaikh ‘Alwi Bin Abdul Qadir As-Saqqaf yang dimuat di situs “Dorar.net” 

Teks asli bisa dilihat di alamat :
INILAH FAKTA MUKTAMAR INTERNASIONAL DI CHECHNYA
Penulis: Fadhilatusy Syaikh ‘Alwi bin ‘Abdil Qadir As-Saqqaf –hafizhahullahu- (Pembina Umum Yayasan Ad-Durar As-Saniyyah).
Senin, 26 Dzulqo’dah 1437 H

Segala puji bagi Allah, Maha Penolong hamba-hamba Nya yang beriman, bertauhid dan berdakwah kepada Allah Ta’ala diatas ilmu dan bimbingan dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam serta para sahabat terbaiknya, termasuk orang-orang yang meneladani mereka dengan baik hingga hari kiamat. Amma ba’du:

Di kota Grozny ibukota Chechnya telah berlangsung suatu muktamar dengan mengusung tema Siapakah Ahlus Sunnah wal Jama’ah – Pernyataan Yang Mendeskripsikan Metodologi Ahlus Sunnah wal Jama’ah Dalam Aspek Aqidah, Fiqh, Tingkah Laku Dan Pengaruh Penyimpangan Berdasarkan Fakta. Muktamar berakhir pada hari Sabtu, 24 Dzulqo’dah 1437 H bertepatan dengan tanggal 27 Agustus 2016 dengan mencetuskan suatu pernyataan yang memalukan yang disertai dengan beberapa pesan.

Sikap terhadap muktamar naas ini kutulis dalam rangka menerangkan kebenaran kepada manusia dan menelanjangi realita muktamar ini.

Pertama: Muktamar ini diselenggarakan di kota Grozny ibukota Chechnya yang menginduk kepada Federasi Rusia disaat ulama ahlus sunnah wal jama’ah dan para dai penyeru tauhid dihina oleh peserta muktamar, disaat rudal-rudal milik Rusia membombardir saudara-saudara kita di bumi Syam. Namun, tak ada pernyataan yang muncul tentang kebiadaban Rusia dalam muktamar tersebut.

Kedua: Penyelenggara muktamar adalah Presiden Chechnya Ramzan Kadirov yang dikenal memiliki loyalitas tinggi kepada Presiden Rusia Putin, bahkan ia merangkai baris tulisan dalam akun facebook miliknya yang berbunyi “Sejatinya ia merupakan salah satu prajurit Putin, ia dan pasukannya siap mengorbankan hidup mereka demi Putin”. Apakah peserta muktamar menyadari sifat asli orang ini?
Seandainya bukan karena rasa malu dan takut kepada Allah, pasti akan kusertakan salah satu link video yang menampilkan dirinya saat asyik menari bersama para wanita yang berpenampilan menor dalam perayaan ulang tahun Putin.

Ketiga: Ramzan Kadirov adalah seorang sufi yang mengimani khurafat (mitos), ia menyangka dirinya menyimpan sehelai rambut milik Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sampai-sampai ia menggelar perayaan di bandara Grozny untuk menyambut kedatangan sehelai rambut itu dari Uzbekistan. Ia juga menyangka dirinya menyimpan potongan kain sarung peninggalan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang panjangnya mencapai 50 cm.

Berikut ini beberapa potongan video di Youtube yang menerangkan rekam jejak Presiden Chechnya dan penasehatnya:

1. Video pertama menampilkan wawancara televisi melalui jaringan Sky News Arabic: Ia melontarkan tuduhan tentang penghianatan Wahhabiyyah (baca: Ahlus Sunnah) terhadap ajaran Islam. Ia juga menuturkan bahwa pejuang Syria bukanlah pejuang sebenarnya, namun mereka adalah orang-orang yang mencoreng citra Islam.
2. Video kedua menampilkan khurafat yang diimani oleh orang ini. Ia menyangka dirinya menyimpan cangkir peninggalan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam seraya memamerkannya dihadapan publik kemudian menciuminya. Ia juga menyangka dirinya memiliki sehelai rambut milik Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu menciuminya sambil menangis. Kemudian ia menari bak tarian orang yang hilang akalnya bersama sekelompok orang-orang sufi. Ia juga pernah menyambut kedatangan Mufti Rezim Basyar Al-Asad yang bernama Hasoun seraya menuturkan: “Semoga Allah melaknat kaum Wahhabi, ayah dan ibu mereka”. Ia bahkan mengklaim dengan penuh kedustaan bahwa kaum Wahhabi-lah yang membunuh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, seraya bersumpah akan membunuh mereka (kaum Wahhabi).
3. Video ketiga menampilkan rekam jejak Sang Penasehat yang juga merangkap jabatan sebagai Kepala Bagian Urusan Keagamaan di Chechnya. Dalam salah satu pidatonya ia menyerukan bolehnya ber-istighatsah kepada selain Allah, (yaitu) ber-istighatsah kepada orang-orang yang sudah mati dan yang masih hidup, bahkan ia menyerang siapapun yang menyatakan bahwa ini adalah perbuatan syirik.
Apakah pantas bagi para peserta muktamar yang notabene dianggap sebagai ulama untuk berterimakasih kepada seorang penipu yang memerangi tauhid beserta ahlinya, lantas mengakhiri pernyataan mereka dengan ucapan terimakasih seraya menuturkan: “Para peserta menyampaikan rasa terimakasih kepada Yang Mulia Presiden Ramzan Kadirov atas jerih payahnya yang penuh berkah dalam berkhidmat kepada Al-Quran Al-Karim dan As-Sunnah Al-Muthahharah”. Semoga Allah membalas mereka dengan hukuman yang pantas.

Keempat: Saat ini umat Islam hidup dalam keadaan genting. Musuh-musuh Islam mulai menampakkan permusuhan di tiap lini, bahkan sekte sesat Syiah Rafidhah dan pasukan Nasrani yang membenci Islam pun bersekongkol bersama mereka dengan tujuan menghabisi Ahlus Sunnah dengan sebuah busur. Dunia Islam pun dihebohkan dengan adanya segelintir orang yang mengklaim diri mereka sebagai ulama, yang sebenarnya tidaklah mewakili kecuali hanya diri mereka sendiri, lalu bersatu dibawah naungan penjahat ini (yaitu Ramzan Kadirov). Mereka tidak berupaya menasehatinya, tidak pula memperingatinya dari hukuman Allah untuknya,sebagai akibat dukungannya terhadap majikannya Putin yang telah menghabisi saudara-saudara kita di Syria (diantara mereka ada kelompok sunni, sufi, asy’ari dan maturidi), bahkan tidak pula menyerukan persatuan kaum muslimin, baik salafinya, sufinya dan asy’arinya untuk melawan Rusia, Nushairiyyah-nya Asad, Shafawiyyah-nya Iran dan kelompok teroris Hizbullat, tidak…, justru merekalah yang menanamkan perselisihan diantara kaum muslimin, bahkan dalam kondisi sulit yang sedang dilalui oleh umat ini.

Kelima: Lahirnya pernyataan muktamar yang berbunyi: “Ahlus sunnah wal jama’ah mereka adalah Asy’ariyyah dan Maturidiyyah dalam masalah aqidah, madzhab yang empat dalam masalah fiqh dan tasawwuf murni dalam masalah ilmu, akhlaq dan tazkiyah”. Dengan demikian, mereka telah menyelisihi sunnahdan memecah-belah jama’ah sekaligus mengeluarkan para Imam yang hidup sebelum lahirnya Asy’ari dan Maturidi dari lingkup ahlus sunnah wal jama’ah, seperti Malik, Asy-Syafi’i, Ahmad, Al-Bukhari, Muslim dan lainnya. Mengaitkan para imam dan siapapun yang meniti manhaj mereka dengan aqidah asy’ari, maturidi ataupun sufi, maka ini sesuatu yang sangat mustahil.

Keenam: Muktamar ini bertujuan untuk menyudutkan kelompok ekstrimis (umumnya sebutan ini disematkan kepada mereka yang bermanhaj salafi) dengan ungkapan-ungkapan yang tidak pantas, (misalnya): manhaj mereka menyimpang, bahaya, radikal bahkan mereka (kelompok yang dituduh ekstrimis) telah mencomot identitas ahlus sunnah wal jama’ah kemudian mengklaim sepihak (identitas itu) untuk diri mereka sendiri. Muktamar ini seolah merupakan titik awal pemulihan identitas ini. Oleh karena itu kita katakan pada mereka: “Penggugat wajib mendatangkan bukti. Buktikan bahwa manhaj sahabat –radhiyallahu ‘anhum- dan siapapun yang meneladani mereka adalah asy’ari atau sufi sehingga gugatan kalian menjadi jelas!”
“Muktamar ini merupakan titik awal yang penting dan urgen, bertujuan untuk meluruskan penyelewengan yang tajam dan serius terhadap konsep ahlus sunnah wal jama’ah pasca klaim sepihak yang diupayakan kelompok ekstrimis terhadap identitas yang mulia ini sembari menyingkirkan ahlinya.”

Ketujuh: Pesan utama dalam muktamar ini adalah: “Pendirian saluran televisi pada tingkat Federasi Rusia guna menampilkan potret Islam yang benar kepada publik sekaligus memberangus radikalisme dan terorisme”. Ini adalah pesan politis yang sempurna! Pembesar sufi dunia dari tiap negeri Islam berkumpul untuk mengamanatkan pendirian saluran televisi yang disiarkan pada tingkat Federasi Rusia guna menampilkan potret Islam yang benar kepada seluruh warga Rusia dan Chechnya!! Adakah pelecehan yang lebih besar bagi peserta muktamar?!

Kedelapan: Diantara petunjuk bahwa muktamar ini diadakan secara selektif dan eksklusif adalah adanya pesan ketiga dalam muktamar yang berbunyi: “Peningkatan kerjasama antar institusi keilmuan bergengsi seperti Universitas Al-Azhar Asy-Syarif, Universitas Al-Karaouine, Universitas Zitouna, Universitas Hadhramout, Pusat Kajian Ilmu Pengetahuan dan Eksplorasi dengan Institusi Keagamaan dan Saintifik Lokal Federasi Rusia”, sembari mengesampingkan Pusat Kajian Ilmu lainnya di penjuru negeri Islam.

Kesembilan: Diantara lelucon yang membuatku menangis adalah adanya pesan kedelapan muktamar yang merekomendasikan “undang-undang hukum pidana kepada pemerintah atas aksi tebar kebencian, provokasi, persengketaan internal dan pelanggaran terhadap tempat-tempat suci”. Apakah sesuatu yang bisa menebar kebencian dan provokasi lebih banyak dari predikat radikal, sesat dan ungkapan provokatif lainnya yang anda tudingkan kepada ahlus sunnah?!

Kesepuluh: Dengan sengaja, Muktamar Chechnya telah mengabaikan ulama sunni salafi di seluruh dunia. Andaikata muktamar ini bertujuan untuk menghimpun persatuan, niscaya para ulama akan bersatu padu dengan berbagai corak pemikiran mereka, lalu mereka akan mencetuskan konsep persatuan dan mengindahkan perkara yang masih diperselisihkan. Khususnya saat-saat seperti ini, dimana Syiah Rafidhah, Yahudi dan Nasrani mulai menampakkan permusuhan kepada mereka. Namun, kesibukan mereka lebih besar terfokus untuk menyingkirkan salafiyyun dari bingkai ahlus sunnah wal jama’ah daripada mempersatukan barisan kaum muslimin guna melawan musuh mereka.

Kesebelas: Bila diperhatikan, para peserta yang berpartisipasi dalam muktamar ini terdiri dari tiga golongan:
Pertama: Golongan yang aqidah dan corak pemikiran mereka sama dengan penyelenggara muktamar, serta memendam rasa benci terhadap salafiyyun dan dakwah tauhid. Tidak ada yang bisa kita perbuat untuk golongan pertama ini, melainkan hanya berdoa agar mereka diberi hidayah oleh Allah.

Kedua: Golongan yang berprasangka baik kepada penyelenggara, namun akhirnya mereka kecewa.
Ketiga: Golongan yang ikut berpartisipasi, namun mereka tidak tahu menahu mengapa mereka hadir dan untuk siapa mereka hadir. Bisa jadi mereka terkejut dengan ucapan kasar yang muncul dalam pernyataan di penghujung muktamar.

Merupakan kewajiban bagi dua golongan terakhir ini untuk berani berlepas diri dari pernyataan yang dimuat dalam kandungan muktamar. Bila tidak demikian, maka ia akan menjadi aib dalam sejarah biografi mereka.

Adapun Ahlus Sunnah wal Jama’ah, mereka adalah orang-orang yang meneladani Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan sahabat beliau. Muktamar dan konspirasi semacam ini tidak akan merugikan dan membahayakan mereka. Justru ia merupakan pertanda kuat dan pesatnya penyebaran manhaj ini, yang dapat memicu rasa gelisah bagi suatu kaum, sehingga mereka pun berhimpun dari setiap tempat untuk mencetuskan hasil yang memalukan ini.

Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas urusannya, namun kebanyakan manusia tiada mengetahui.
Penerjemah: Haris Hermawan
Selesai diterjemahkan pada hari Kamis, 29 Dzuqo’dah 1437 H di kota Madinah