Thursday, October 20, 2016

Siapakah Ahlul Hadits ???

Hasil gambar untuk ahli hadits

Oleh: Syaikh Walid bin Muhammad Saif An-Nashr –حفظه الله-
بسم الله الرحمن الرحيم
قال تعالى: ” وَكَانُوا أَحَقَّ بِهَا وَأَهْلَهَا
Allah berfirman: “Merekalah yang berhak dengan kalimat takwa dan patut memilikinya.” (QS. Al Fath: 26).
الحمد لله وحده والصلاة والسلام على من لا نبي بعده وعلى آله وصحبه أما بعد:
Berikut ini pembahasan secara ringkas tentang golongan yang mendapat pertolongan, Ahlul Hadits dan Atsar, serta sebagian keutamaan mereka dan penjelasan singkat akan kemuliaan mereka. Kami berdoa kepada Allah mudah-mudahan pembahasan ini bermanfaat, dan mudah-mudahan Allah menjadikan kita termasuk golongan mereka atau termasuk orang-orang yang mengerumuni hidangan mereka dan menghadiri majelis-majelis mereka, sesungguhnya Allah Maha Pemurah lagi Maha Mulia.
APAKAH YANG DIMAKSUD DENGAN AHLUL HADITS …?

Qodli Iyadl Rahimahullahu berkata mengomentari perkataan Imam Ahmad “Kalau mereka bukan Ahlul Hadits, maka aku tidak mengetahui siapakah mereka”. Beliau berkata: “Yang dimaksud Ahmad adalah setiap orang yang meyakini madzhab Ahlu Hadits.” (lihat Tuhfatul Ahwadzi: 6/434).
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Rahimahullahu berkata: “Kami tidak memaksudkan Ahlul Hadits hanya orang-orang yang mendengar atau menulis dan meriwayatkan hadits, akan tetapi yang kami maksud adalah setiap orang yang menghafal, mengetahui, memahami dan mengikutinya secara lahir dan batin.” (lihat Majmu’ Fatawa: 4/95).
Syaikhul Islam Rahimahullahu juga berkata: “Ahlul Hadits dan Sunnah, mereka adalah manusia yang tidak memiliki panutan untuk diikuti kecuali Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. Mereka adalah manusia yang paling mengetahui perkataan dan perbuatan beliau, paling dapat membedakan antara hadits yang shohih dan yang lemah. Para imam hadits adalah ulama’ yang faqih, mereka adalah manusia yang paling memahami makna hadits dan mengikutinya dengan keyakinan, perbuatan, kecintaan dan loyalitas.” (lihat Majmu’ Fatawa: 3/347).
DIANTARA KEUTAMAAN AHLUL HADITS:
1. Mereka pembawa dan penjaga agama ini.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam telah mensifati Ahlul Hadits dengan sabdanya:
يَحْمِلُ هَذَا العِلْمَ مِن كُلِّ خَلَفٍ عُدُولُه، يَنْفُونَ عَنهُ تَحْرِيفَ الغَالِينَ، وَاْنتِحَالَ المُبْطِلِينَ، وَتَأْوِيلَ الجَاهِلِينَ.”
“Yang membawa ilmu (agama) ini adalah orang-orang yang adil dari setiap generasi, mereka melenyapkan penyimpangan orang-orang yang melampaui batas dan kedustaan orang-orang yang batil serta ta’wil orang-orang yang bodoh.” (HR. Ibnu Abi Hatim di muqoddimah al jarh wa ta’dil (1/1/17), Baihaqi di sunan kubro (10/209), Ibnu Abdil Bar di tamhid (1/59), dan yang lainnya dengan sanad Hasan Lighoirih, aku telah mentakhrij hadits ini dan telah aku jelaskan pula jalur-jalurnya dan penguat-penguatnya dikitab Asy Syari’ah (karya Al-Ajuuri,pent) hal-2).
Al-Khotib al-Baghdadi Rahimahullahu berkata menjelaskan hadits diatas: “Ini adalah persaksian dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bahwasanya Ahlul Hadits mereka adalah pembawa bendera agama ini dan imam-imam kaum muslimin yang menjaga syari’at ini dari penyimpangan, kedustaan yang batil dan membantah ta’wil orang-orang yang bodoh. Maka wajib mengembalikan dan mempercayakan urusan agama ini kepada mereka –semoga Allah meridhoi mereka-. (dinukil dari tafsir Qurthubi: 1/26).
Abu Dawud Rahimahullahu berkata:
لَوْلاَ هَذِهِ العِصَابَةُ لاَنْدَرَسَ الإسْلاَمُ – يَعْنِي أَصْحَابَ الْحَدِيْثِ الَّذِيْنَ يَكْتُبُوْنَ اْلآثَارَ
“Kalaulah bukan karena golongan ini, niscaya Islam akan hilang, yaitu Ahlul Hadits yang menulis atsar.” (lihat Syarofu Ashabil Hadits: 106, karya: al-Khotib al-Baghdadi Rahimahullahu).
Sufyan Ats Tsauri Rahimahullahu berkata:
الملائكةُ حُرَّاسُ السَمَاءِ وأهلُ الحديثِ حُرَّاسُ الأرضِ
“Malaikat adalah penjaga langit, dan Ahlul Hadits adalah penjaga bumi.” (lihat Syarofu Ashabil Hadits: 85).
Al-Hafidz Abdullah bin Dawud Al-Khuraibi Rahimahullahu berkata:”Aku telah mendengar para imam-imam dan para pendahulu kami berkata: “Sesungguhnya Ahlul Hadits dan pembawa ilmu (agama ini) mereka adalah manusia kepercayaan Allah yang membawa agama-Nya dan menjaga Sunnah Nabi-Nya dengan apa yang mereka ketahui dan mereka amalkan”.(lihat Syarofu Ashabil Hadits: 83).
Yazid bin Zurai’ Rahimahullahu berkata:
لِكُلِّ دِيْنٍ فُرْسَانٌ وَفُرْسَانُ هَذَا الدِيْنِ أَصْحَابُ الأَسَانِيْدِ
“Setiap agama mempunyai pahlawan, dan pahlawan agama ini adalah ashabul asanid (perowi Hadits)”. (lihat Syarofu Ashabil Hadits: 86).
Al-Khotib al-Baghdadi Rahimahullahu berkata: “Tuhan semesta alam telah menjadikan thoifah al manshuroh (kelompok yang mendapat pertolongan) sebagai pembela agama ini. Mereka melawan tipu daya orang-orang yang menyimpang dengan keteguhan mereka terhadap syari’at yang kokoh ini. Mereka mencukupkan diri dengan mengikuti atsar para sahabat dan tabi’in. Kesibukan mereka adalah menjaga atsar. Mereka mengarungi padang pasir yang tandus lagi sepi dan menyeberangi daratan serta lautan untuk mengumpulkan syari’at (hadits-hadits) Mushtofa n. Mereka tidak berpaling darinya (sunnah) dengan mengkuti pendapat dan hawa nafsu. Mereka menerima syari’at dengan perkataan dan perbuatan, mereka menjaga sunnahnya dengan hafalan dan periwayatan, mereka menetapkan sumbernya, maka merekalah orang yang berhak dengan sunnah dan yang patut memilikinya. Berapa banyak para penyimpang yang hendak mencampur syari’at dengan sesuatu yang bukan darinya, namun Allah Ta’ala membela agama-Nya dengan Ahlul Hadits. Mereka adalah penjaga pondasi-pondasi agama, mereka tegak dengan perintah dan urusannya. Apabila ada orang yang berpaling dari agama ini maka merekalah yang membela agama. Mereka itulah golongan Allah, ketahuilah bahwa sesungguhnya golongan Allah itulah yang beruntung.” (lihat Syarofu Ashabil Hadits hal-10).
2. Mereka manusia yang lebih berhak dengan sebutan Ath-Thoifah Al-Manshuroh dan Al-Firqoh An-Najiyah.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
لاَ تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي قَائِمَةً بِأَمْرِ اللهِ لاَ يَضُرُّهُمْ مَنْ خَذَلَهُمْ وَلاَ مَنْ خَالَفَهُمْ حَتىَّ يَأْتِيَ أَمْرُ اللهِ وَهُمْ ظَاهِرُوْنَ عَلَى النَّاسِ “.
“Senantiasa ada sekelompok dari ummatku yang tegak dengan perintah Allah, tidak membahayakan mereka orang-orang yang menghinakan dan menyelisihi mereka sampai datangnya keputusan Allah (hari kiamat), sedangkan mereka selalu nampak dihadapan manusia”. (Muttafaqun alaih, HR. Bukhori: 3116, dan Muslim: 1924 dengan lafadznya dari hadits Muawiyah dan yang lainnya).
Telah ditafsirkan makna Ath Thoifah Al-Manshuroh dan Al-Firqoh An-Najiyah dengan Ahlul Hadits. Ibnu Mubarok Rahimahullahu berkata: “Mereka menurutku adalah Ahlul Hadits.” (lihat Syarofu Ashabil Hadits hal-26).
Ibnul Madini dan Bukhori Rahimahullahu berkata: “Mereka adalah Ahlul Hadits.” (lihat Syarofu Ahlul Hadits hal-27).
Yazid bin Harun dan Ahmad bin Hambal Rahimahullahu berkata:
إِنْ لَمْ يَكُوْنُوْا أَصْحَابَ الْحَدِيْثِ، فَلاَ أَدْرِي مَنْ هُمْ؟ “.
“Kalau mereka bukan Ahlul Hadits, maka aku tidak mengetahui siapakah mereka”. (lihat Syarofu Ashabil Hadits hal-26,27,49).
Ahmad bin Sinan Rahimahullahu berkata: “Mereka adalah para Ulama’ dan Ahlul Atsar (Ahlul Hadits). (lihat Syarofu Ashabil Hadits hal-27).
Al-Khotib al-Baghdadi Rahimahullahu berkata: “Allah telah menjadikan Ahlul Hadits sebagai pondasi syari’at dan melenyapkan dengan mereka setiap bid’ah yang sesat. Mereka adalah kepercayaan Allah dari makhluk-Nya, dan perantara antara Nabi n dan umatnya, serta orang-orang yang bersungguh-sungguh dalam menjaga ajarannya. Cahaya mereka berkilauan, keutamaan-keutamaan mereka cemerlang, tanda-tanda mereka bersinar terang, madzhab mereka nampak, hujjah-hujjah mereka sangat kuat. Seluruh golongan mengedepankan hawa nafsu atau menganggap baik sebuah pendapat dalam mengembalikan suatu permasalahan, kecuali Ahlul Hadits; kitabullah senjata mereka, sunnah Rasulullah hujjah mereka, Rasul n golongan mereka, kepadanya mereka menisbatkan diri, mereka tidak condong kepada hawa nafsu dan tidak berpaling dengan pendapat. Hadits-hadits yang mereka riwayatkan dari Rasul diterima, karena mereka adalah orang-orang kepercayaan dan orang-orang yang adil, mereka penjaga dan pembela agama, mereka orang-orang yang memperhatikan ilmu dan pembawanya. Apabila ada hadits yang diperselisihkan, kepada merekalah tempat kembali, kalau mereka menghukumi maka keputusan mereka didengar dan diterima. Dari mereka semua (muncul) Ulama’ dan Fuqoha’, para imam yang mulia dan terhormat, orang yang zuhud dari setiap upah, dan mereka memiliki keutamaan yang mulia, serta pembaca Al-Qur’an yang mahir dan khotib yang fasih, mereka adalah golongan yang mulia dan jalan mereka adalah jalan yang lurus. Seluruh ahlu bid’ah memerangi aqidah mereka, namun terhadap madzhab selain madzhab Ahlul Hadits tidak memusuhinya. Maka siapa yang memusuhi mereka (yaitu Ahlul Hadits) niscaya Allah akan menghancurkannya, dan siapa yang menentang mereka niscaya Allah akan membinasakannya. Tidak membahayakan mereka orang-orang yang menghinakannya dan tidak akan beruntung orang yang meninggalkannya. Orang-orang yang berhati-hati terhadap agamanya sangat membutuhkan nasehat mereka, dan orang-orang yang memandang mereka dengan kebencian pasti akan menyesal, sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuasa menolong mereka.” (lihat Syarofu ashabil Hadits hal 8-9).
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Rahimahullahu berkata: “Madzhab Ahlul Hadits, mereka adalah salaf (orang-orang yang terdahulu) dari tiga generasi (pertama) dan siapa yang meniti jalan mereka.” (lihat Majmu’ Fatawa: 6/355).
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Rahimahullahu berkata: “Manusia yang lebih berhak menjadi golongan yang selamat adalah Ahlul Hadits dan Sunnah. Mereka tidak memiliki panutan yang diikuti kecuali Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. Mereka manusia yang paling mengetahui perkataannya dan perbuatan Nabi n. Mereka manusia yang paling membedakan antara hadits yang shohih dan yang lemah. Para imam hadits adalah ulama’ yang faqih, mereka adalah manusia yang paling memahami makna hadits dan mengikutinya dengan keyakinan, perbuatan, kecintaan dan loyalitas kepada siapa yang loyalitas terhadap sunnah. Mereka memusuhi siapa yang memusuhi sunnah, yaitu orang-orang yang menolak nash-nash yang bersifat global yang datang dari Al-Qur’an dan Sunnah. Mereka bukanlah orang yang mengambil perkataan, lalu menjadikannya sebagai dasar agama dan keyakinan mereka, walaupun tidak sesuai dengan ajaran yang dibawa oleh Rasul, akan tetapi mereka adalah orang-orang yang menjadikan seluruh apa yang dibawa Rasul n dari Al-Qur’an dan Sunnah sebagai dasar yang mereka yakini dan jadikan sandaran.” (lihat Majmu’ Fatawa: 3/347).
3. Jalan yang lurus dan benar bersama Ahlul Hadits dan Atsar.
Imam Ahmad Rahimahullahu berkata: “Ahlul Hadits adalah sebaik-baik manusia yang berkata tentang ilmu.” (Atsar Shohih diriwayatkan Khotib Baghdadi Rahimahullahu di Syarofu Ashabil Hadits: 95). Al-Auza’i Rahimahullahu juga berkata dengan yang semisalnya. (lihat Syarofu Ashabil Hadits: 97).
Ibnul Mubarok Rahimahullahu berkata:
أَثْبَتُ النَّاسِ عَلَى الصِرَاطِ أَصْحَابُ الْحَدِيْثِ”.
“Manusia yang paling teguh diatas jalan yang lurus adalah Ahlul Hadits.” (lihat Syarofu Ashabil Hadits: 117).
Imam Syafi’i Rahimahullahu berkata:
مَنْ كَتَبَ الْحَدِيْثَ قَوِيَتْ حُجَّتُهُ “.
“Siapa yang menulis Hadits akan kuat hujahnya.” (lihat Syarofu Ashabil Hadits: 148).
Kholifah Harun Ar-Rosyid Rahimahullahu berkata:
طَلَبْتُ الْحَقَّ فَوَجَدْتُهُ مَعَ أَصْحَابِ الْحَدِيْثِ “.
“Aku mencari kebenaran, lalu aku mendapatinya bersama Ahlul Hadits.” (lihat Syarofu Ashabil Hadits: 110).
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Rahimahullahu berkata: “Manusia yang paling luas ilmunya (ilmu syar’i) dan paling dekat dengan Rasul, paling mengetahui perkataannya dan perbuatannya, gerak-geriknya dan diamnya, masuk dan keluarnya (dari rumah), lahir dan batinnya, paling mengenal sahabatnya, sejarahnya dan hari-harinya, paling besar perannya dalam mengumpulkan hadits dan meriwayatkannya, paling teguh dalam mentaatinya dan mengikutinya, dan menjadikannya sebagai suri tauladan, mereka adalah Ahlu Sunnah dan Hadits. Mereka menghafal sunnahnya dan mengetahui antara hadits yang shohih dan yang lemah dengan ilmu dan pemahaman yang Allah berikan kepada mereka dalam memahami maknanya, dengan keimanan, pembenaran, ketaatan dan ketundukan. Meraka mengikutinya dan mengambilnya sebagai suri tauladan. Mereka juga memiliki akal yang sangat kuat, memahami qiyas, mampu membedakan (antara hadits shohih dan lemah). Maka tidakkah orang-orang yang rendah agama dan akalnya mengetahui bahwasanya mereka adalah manusia yang berhak disifati dengan kejujuran, ilmu dan iman, yang berhak meneliti siapa yang menyelisihi mereka. Mereka mempunyai ilmu yang tidak diakui oleh orang-orang jahil dan ahli bid’ah, padahal apa yang ada di sisi mereka adalah kebenaran yang nyata. Adapun orang-orang yang jahil tentang urusan (petunjuk) mereka dan orang-orang yang menyelisihi mereka adalah orang-orang yang hina dan penuh dengan kesesatan.” (lihat Majmu’ Fatawa: 4/85, 4/49, 6/354).
Ibnu Qutaibah Rahimahullahu berkata: “Adapun Ahlul Hadits, mereka mencari kebenaran dari tempatnya dan mengambilnya dari sumbernya, mereka mendekatkan diri (beribadah) kepada Allah dengan mengikuti sunnah-sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dan mengumpulkan atsar-atsarnya (jejaknya) dan kabar-kabarnya (hadits-haditsnya) dari timur dan barat. Kemudian mereka senantiasa mencari kabar-kabar dan menelitinya sampai mereka mengetahui mana yang shohih dan yang lemah, yang nasikh (menghapus) dan mansukh (yang dihapus). Mereka juga mengetahui siapa yang menyelisihi dari (sebagian) ulama’ yang condong kepada pendapat, maka merekapun memperingatkan akan hal itu sehingga kebenaran nampak setelah ia tersembunyi sebelumnya, dan ia pun tinggi menjulang setelah sebelumnya hilang, dan ia berkumpul setelah sebelumnya bercerai-berai. Mereka menuntun manusia kepada Sunnah setelah mereka melupakannya, sehingga manusia mengambil hukum dari Hadits Rasulillah n setelah mereka berhukum dengan perkataan Si A dan Si B walaupun perkataan tersebut menyelisihi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam.” (lihat Ta’wilu Mukhtalifil Hadits hal 73-74).
Abul Qosim Al-Ashbahani Rahimahullahu berkata: “Sesungguhnya jalan yang lurus bersama Ahlul Hadits, dan kebenaran adalah apa yang mereka riwayatkan dan yang mereka nukil.” (lihat al-Hujjah fi Bayanil Mahajjah karya Abul Qoshim Al Ashbahani: 2/223, dengan sedikit ringkasan).
Abul Qosim Al-Ashbahani Rahimahullahu juga berkata: “Kebenaran yang di dakwahkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam adalah suatu yang kita yakini dan kita jadikan manhaj, akan tetapi Allah tidak menghendaki kebenaran dan aqidah yang murni melainkan bersama Ahlul Hadits dan Atsar, karena mereka mengambil agama dan akidah mereka dari kholaf (ulama’ yang datang setelah salaf) ke salaf (ulama’ yang terdahulu), dari generasi ke generasi, sampai kepada Tabi’in, dan Tabi’in mengambil agama dari Sahabat Nabi n, para Sahabat mengambil agama dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. Maka tidak ada jalan untuk mengetahui apa yang didakwahkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam kepada manusia dari agama yang murni dan jalan lurus kecuali dengan jalan yang dilalui oleh Ahlul Hadits. Adapun seluruh golongan-golongan (sesat) mereka mencari agama dari jalan yang salah.” (lihat al-Hujjah fi Bayanil Mahajjah karya Abul Qoshim Al-Ashbahani: 2/223, dengan sedikit ringkasan).
4. Sebaik-baik manusia adalah Ahlul Hadits.
Imam Syafi’i Rahimahullahu berkata:
إِذَا رَأَيْتُ رَجُلاً مِنْ أَصْحَابِ الْحَدِيْثِ فَكَأَنِّي رَأَيْتُ رَجُلاً مِنْ أَصْحَابِ رَسُوْلِ اللهِ “. وَقَالَ الشَافِعِيُّ أَيْضًا : ” لَوْلاَ أَصْحَابُ الْحَدِيْثِ لَكُنَّا بُيَّاعُ الفُولِ “.
“Jika aku melihat seorang dari Ahlul Hadits, maka seakan-akan aku melihat seorang dari Sahabat Nabi n.” Imam Syafi’i Rahimahullahu juga berkata: “Kalau saja bukan karena Ahlul Hadits, sungguh kita menjadi penjual kacang!.” (Atsar Shohih, HR. Al-Harowi di kitab Dzammul Kalam: 387, Al-Baihaqi di Manaqibi Asy-Syafi’i: 1/477).
Imam Ahmad Rahimahullahu juga berkata:
لَيْسَ قَوْمٌ عِنْدِي خَيْرٌ مِنْ أَهْلِ الْحَدِيْثِ، لَيْسَ يَعْرِفُوْنَ إِلاَّ الْحَدِيْثَ “.
“Tidak ada kaum yang lebih baik disisiku dari Ahlul Hadits, mereka tidak mengetahui sesuatu melainkan Hadits.” (Atsar Shohih, diriwayatkan Khotib Baghdadi di kitab Syarofu Ashabil Hadits: 95).
Dari Za’faroni Rahimahullahu berkata: “Tidak ada kaum dimuka bumi yang lebih mulia dari pembawa tinta (yaitu Perowi Hadits yang selalu membawa pena untuk menulis Hadits,-pent), mereka mencari atsar-atsar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dan mencatatnya supaya tidak hilang.” (lihat Syarofu Ashabil Hadits:331).
Yahya bin Aktsam Rahimahullahu berkata: Harun Ar-Rosyid berkata kepadaku: “Kedudukan apakah yang paling mulia? Aku berkata: Kedudukan anda wahai Amirul Mukminin. Dia berkata: Tahukah engkau siapa yang kedudukannya lebih mulia dariku? Aku berkata: Aku tidak tahu. Dia berkata: Tapi aku mengetahuinya; dia adalah orang yang berada di suatu majelis dan berkata: Si Fulan memberitahukan dari Si Fulan dari Si Fulan, lalu dia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda. Aku berkata: Wahai Amirul Mukminin! Bagaimana dia lebih baik dari anda, sedangkan anda anak paman Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam (keturunan paman Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam yang bernama Abbas bin Abdul Muttholib z, -pen) dan pemimpin kaum muslimin? Dia berkata: Ya, celaka engkau, dia lebih baik dariku karena namanya disebut beserta nama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. Dia tidak mati selamanya, sedangkan kita mati dan binasa, sedangkan Ulama’ selalu ada (dikenang) sepanjang masa.” (lihat Syarofu Ashabil Hadits: 219).
Diriwayatkan dari Ibrohim bin Adham dan Salm Al-Khowwash dan Yusuf bin Asbath Rahimahullahu mereka berkata:
إِنَّ اللهَ يَدْفَعُ البَلاَءَ عَنْ أَهٍلِ الأَرْضِ بِأَصْحَابِ الْحَدِيْثِ “.
“Sesungguhnya Allah menahan bencana yang menimpa penduduk bumi dengan Ahlul Hadits.” (lihat Syarofu Ashabil Hadits:121, Dzammul Kalam karya Al Harowi: 838-840).
Ketika Utsman bin Abi Syaibah Rahimahullahu melihat sebagian Ahlul Hadits berubah, ia berkata: “Sesungguhnya orang yang fasik dari mereka lebih baik daripada ahli ibadah dari selain mereka.” (lihat Syarofu Ashabil Hadits: 98, Dzammul Kalam karya Al Harowi: 96).
Dikatakan kepada Hafs bin Giyats Rahimahullahu: Tidakkah kamu melihat (sebagian) Ahlul Hadits bagaimana mereka berubah?! Bagaimana mereka rusak?! Maka ia berkata: “Walau demikian, mereka adalah manusia pilihan.” (lihat Syarofu Ashabil Hadits: 94).
5. Mereka adalah manusia yang paling dekat dengan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Rahimahullahu berkata: “Telah diketahui, bahwasanya Ahlul Hadits dan Sunnah adalah manusia yang paling dekat dengan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dan pengikutnya. Mereka mendapatkan karunia dari Allah dan kemuliaan dengan ilmu dan akal yang bersih serta pahala yang berlipat ganda yang tidak terdapat pada selain mereka.” (lihat Majmu’ Fatawa: 4/140).
Siddiq Hasan Khon Rahimahullahu berkata: “Tidak diragukan lagi bahwasanya kaum muslimin yang paling banyak bersholawat kepada Nabi n adalah Ahlul Hadits para perowi Sunnah yang suci, mereka mengemban ilmu yang mulia ini (sehingga merekapun) bersholawat di depan setiap Hadits, lisan mereka selalu basah dengan menyebutnya (nama Nabi dan bersholawat kepada beliau n). Maka inilah golongan yang selamat, jama’ah Hadits, manusia yang paling dekat dengan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam hingga datang hari kiamat, dan manusia yang paling berbahagia dengan syafa’atnya (Nabi n) –aku menebusnya dengan ayah dan ibuku-, maka tidak ada seorangpun yang menyamai keutamaan ini kecuali orang yang datang dengan amalan yang lebih baik dari mereka. Adapun selain mereka hanyalah sang pembual. (lihat Sifat Sholat Nabi karya Syaikh Albani Rahimahullahu hal-176).
هذا وصلّى الله على محمد وعلى آله وصحبه وسلم تسليما.
Diterjemahkan dari Majalah Al-Istiqomah, hal: 2-3, edisi ke 8 bulan Robi’uts Tsani tahun 1425 H/ Mei 2004 M, oleh: Abu Yusuf Ahmad Jamil bin Muhammad Alim As Salafy. Dicuplik dari Majalah ilmiah adz-Dzakhiirah al-Islamiyyah.