Monday, July 3, 2017

Muroqobatullah Tingkat Tinggi Dan Jangan Pernah Bergantung Pada Manusia.

Siroh

Muroqobatullah Tingkat Tinggi

Diterbitkan pada 13 January 2012
Al-Ihsaan menurut sebagian ulama adalah kondisi seseorang yang dituntut tatkala melaksanakan perkara-perkara Islam dan perkara-perkara Iman. Adapun mayoritas ulama berpendapat bahwasanya al-Ihsan merupakan tingkat tertinggi dalam agama, kedudukannya diraih setelah kedudukan Islam dan Iman, sebagaimana yang disebutkan dalam hadits Jibril yang masyhuur.

Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berkata tentang al-Ihsaan:

أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ ، فَإِنَّهُ يَرَاكَ

"Al-Ihsan adalah engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihatNya, maka jika engkau tidak bisa melihatNya maka sesungguhnya Ia melihatmu" (HR Al-Bukhari no 50 dan Muslim no 8)

Orang yang telah mencapai derajat Ihsan adalah orang yang senantiasa murooqobah (merasa di awasi dan dilihat oleh Allah) dalam segala gerak-geriknya, terutama tatkala sedang beribadah. Terutama tatkala sedang beribadah kepada Allah.

Rahasia al-Ihsan adalah tingkatan tertinggi dalam agama

Terlalu sering kita mengeluh akan sulitnya meraih keikhlasan dan sulitnya menolak riyaa', serta sulitnya meraih kehusyu'an. Diantara perkara yang sangat membantu seseorang untuk meraih keikhlasan dan menolak riyaa' adalah dengan mempraktekan al-ihsaan, yaitu merasa diawasi/dilihat oleh Allah tatkala sedang beribadah.

Seseorang tatkala sedang sholat dan dia sadar bahwa ia sedang dishooting dan akan disiarkan secara langsung di stasiun-stasiun televisi di seluruh nusantara maka akan timbul riyaa' dalam hatinya, dan ia akan berusaha untuk bisa sholat dengan sebaik-baiknya karena tentu para penonton akan memberikan penilaian mereka tentang sholatnya, dan ia yakin akan hal itu.

Hal inilah yang disinyalir oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dalam sabdanya :

الشِّرْكٌ الْخَفِيُّ أَنْ يَقُوْمَ الرَّجُلَ يُصَلِّي فَيُزَيِّنُ صَلاَتَهُ لِمَا يَرَى مِنْ نَظْرِ رَجُلٍ

"Syirik yang samar yaitu seseorang berdiri dan mengerjakan sholat lalu ia menghias-hiasi (membagus-baguskan) sholatnya karena ia tahu ada orang lain yang melihatnya" (HR Ibnu Maajah no 4194 dan dihasankan oleh Al-Albani)

Demikian pula seseorang tatkala beribadah merasa diawasi dan dilihat serta dinilai oleh Allah maka ia akan berusaha untuk beribadah dengan sebaik-baiknya di hadapan Allah.

Allah berfirman kepada NabiNya :

وَتَوَكَّلْ عَلَى الْعَزِيزِ الرَّحِيمِ (٢١٧) الَّذِي يَرَاكَ حِينَ تَقُومُ (٢١٨) وَتَقَلُّبَكَ فِي السَّاجِدِينَ (٢١٩) إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

"Dan bertawakkallah kepada (Allah) yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang, Yang melihat kamu ketika kamu berdiri, dan (melihat pula) perubahan gerak badanmu di antara orang-orang yang sujud.  Sesungguhnya Dia adalah yang Maha mendengar lagi Maha mengetahui" (QS Asy-Syu'aroo : 17-20)

Tatkala sedang sholat ia sadar bahwa berdirinya, ruku'nya, dan sujudnya sedang diawasi oleh Allah, maka tatkala itu ia akan lupa dengan pandangan dan penilaian manusia dan tidak mempedulikan penilaian mereka. Karenanya diantara definisi ikhlash yang disebutkan oleh para ulama adalah :

نِسْيَانُ رُؤْيَةِ الْخَلْقِ بِدَوَامِ النَّظْرِ إِلَى الْخَالِقِ

"Melupakan pengamatan manusia dengan selalu memandang kepada Pencipta"

Demikian juga tatkala ia merasa dilihat oleh Allah maka sholatnya akan menjadi lebih khusyuk karena hatinya terfokus dan konsentrasi kepada Allah.

Subhaanalaah….keikhlasan…, kekhusyu'an…, dan menolak riyaa'…semuanya bisa diraih dengan mempraktekan al-ihsaan dalam ibadah kita. Maka jelaslah kenapa al-ihsaan merupakan derajat yang tertinggi dalam agama.

Murooqobatullah (tingkat tinggi) terhadap gerak gerik hati

Seorang yang mencapai derajat al-ihsaan ia bukan saja hanya merasa di awasi oleh Allah dalam gerak-gerik tubuhnya…bukan hanya merasa diawasi dalam setiap kata yang diucapkannya…bukan hanya merasa diawasi dalam setiap pandangan dan lirikan matanya…bahkan lebih dari itu semua ia juga merasa diawasi oleh Allah dalam gerak-gerik hati dan niatnya.

Dia meyakini firman Allah :

يَعْلَمُ خَائِنَةَ الأعْيُنِ وَمَا تُخْفِي الصُّدُورُ (١٩)

"Dia mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati" (QS Al-Mukmin : 19)

وَإِنَّ رَبَّكَ لَيَعْلَمُ مَا تُكِنُّ صُدُورُهُمْ وَمَا يُعْلِنُونَ (٧٤)

"Dan Sesungguhnya Robb-mu, benar-benar mengetahui apa yang disembunyikan hati mereka dan apa yang mereka nyatakan" (QS An-Naml : 74)

وَرَبُّكَ يَعْلَمُ مَا تُكِنُّ صُدُورُهُمْ وَمَا يُعْلِنُونَ (٦٩)

"Dan Robb-mu mengetahui apa yang disembunyikan (dalam) dada mereka dan apa yang mereka nyatakan" (QS Al-Qosos : 69)

إِنَّ اللَّهَ عَالِمُ غَيْبِ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ إِنَّهُ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ (٣٨)

"Sesungguhnya Allah mengetahui yang tersembunyi di langit dan di bumi. Sesungguhnya Dia Maha mengetahui segala isi hati" (QS Faathir : 38)

يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَيَعْلَمُ مَا تُسِرُّونَ وَمَا تُعْلِنُونَ وَاللَّهُ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ (٤)

"Dia mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi dan mengetahui apa yang kamu rahasiakan dan yang kamu nyatakan. dan Allah Maha mengetahui segala isi hati" (QS At-Tagoobun : 4)

Karenanya sungguh menakjubkan cara pendalilan Imam An-Nawawi yang dalam kitabnya Riyaadlus Shoolihin dalam bab "al-ikhlaash" beliau membawakan firman Allah

قُلْ إِنْ تُخْفُوا مَا فِي صُدُورِكُمْ أَوْ تُبْدُوهُ يَعْلَمْهُ اللَّهُ (٢٩)

"Katakanlah: "Jika kamu Menyembunyikan apa yang ada dalam hatimu atau kamu melahirkannya, pasti Allah Mengetahui" (QS Ali 'Imroon : 29)

Karena barang siapa yang yakin bahwasanya Allah mengetahui gerak-gerik hatinya maka ia akan malu untuk berbuat riyaa'…karena ia tahu Allah sedang mengawasi hatinya.

Contoh yang sangat menakjubkan tentang merasa diawasi oleh Allah dalam gerak-gerik hati adalah kisah tentang tiga orang dari umat terdahulu yang terjebak dalam sebuah goa. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

((Tiga orang (dari orang-orang terdahulu sebelum kalian) keluar berjalan lalu turunlah hujan menimpa mereka. Merekapun masuk ke dalam goa di sebuah gunung. Lalu jatuhlah sebuah batu (dari gunung hingga menutupi mulut goa), lalu sebagian mereka berkata kepada yang lainnya, “Berdoalah kepada Allah dengan amalan yang terbaik yang pernah kalian amalkan!” (lihatlah amalan-amalan kalian yang telah kalian lakukan ikhlaslah karena Allah maka berdoalah dengan amalan-amalan sholeh tersebut semoga Allah membuka batu besar tersebut dari kalian). Maka salah seorang diantara mereka berkata, “Ya Allah aku memiliki dua orangtuaku yang telah tua (dan aku memiliki anak-anak kecil), (pada sauatu waktu) aku keluar untuk menggembala lalu aku kembali, lalu aku memerah susu lalu aku datang membawa susu kepada mereka berdua lalu mereka berdua minum kemudian aku memberi minum anak-anakku, keluargaku, dan istriku. Pada suatu malam aku tertahan (terlambat) dan ternyata mereka berdua telah tertidur (maka akupun berdiri di dekat kepala mereka berdua aku tidak ingin membangunkan mereka berdua dan aku tidak ingin memberi minum anak-anakku), maka aku tidak ingin membangunkan mereka berdua padahal anak-anaku berteriak-teriak di kedua kakiku (dan aku tetap diam di tempat dan gelas berada di tanganku, aku menunggu mereka berdua bagnun dari tidur mereka) dan demikian keadaannya hingga terbit fajar. Ya Allah jika Engkau mengetahui bahwasanya aku melakukan hal itu karena mengharap wajahMu maka bukalah bagi kami celah hingga kami bisa melihat langit”, maka dibukakan bagi mereka sedikit celah akan tetapi mereka bertiga belum bisa untuk keluar.

Berkatalah orang yang kedua : "Yaa Allah aku memiliki seorang sepupu wanita (putri pamanku) yang sangat aku cintai, maka aku menghendaki dirinya akan tetapi ia menolak diriku. Hingga suatu ketika ia menghadapi kesulitan lalu iapun mendatangiku maka akupun memberinya 120 dinar dengan syarat agar ia membiarkan diriku untuk bersetubuh dengannya, ia pun setuju. Maka tatkala aku telah duduk diantara dua kakinya iapun berkata, "Bertakwalah kepada Allah, dan janganlah engkau membuka keperawanan kecuali dengan haknya". Maka akupun berpaling meninggalkannya padahal ia sangat aku cintai, dan aku tinggalkan emas yang telah aku berikan kepadanya. Yaa Allah jika memang aku melakukan hal itu karena ikhlas mengharapkan wajahmu  maka hilangkanlah kesulitan yang sedang kami hadapi". Maka terbukalah celah batu tersebut hanya saja mereka belum bisa keluar.

وَقَالَ الثَّالِثُ: اللَّهُمَّ اسْتَأْجَرْتُ أُجَرَاءَ وأَعْطَيْتُهُمْ أجْرَهُمْ غيرَ رَجُل واحدٍ تَرَكَ الَّذِي لَهُ وَذَهبَ، فَثمَّرْتُ أجْرَهُ حَتَّى كَثُرَتْ مِنهُ الأمْوَالُ، فَجَاءنِي بَعدَ حِينٍ، فَقالَ: يَا عبدَ اللهِ، أَدِّ إِلَيَّ أجْرِي، فَقُلْتُ: كُلُّ مَا تَرَى مِنْ أجْرِكَ: مِنَ الإبلِ وَالبَقَرِ والْغَنَمِ والرَّقيقِ، فقالَ: يَا عبدَ اللهِ، لا تَسْتَهْزِئْ بي! فَقُلْتُ: لا أسْتَهْزِئ بِكَ، فَأَخَذَهُ كُلَّهُ فاسْتَاقَهُ فَلَمْ يتْرُكْ مِنهُ شَيئًا. الَّلهُمَّ إنْ كُنتُ فَعَلْتُ ذلِكَ ابِتِغَاءَ وَجْهِكَ فافْرُجْ عَنَّا مَا نَحنُ فِيهِ، فانْفَرَجَتِ الصَّخْرَةُ فَخَرَجُوا يَمْشُونَ»

Berkata orang yang ketiga : "Yaa Allah aku telah mempekerjakan para pekerja dan aku telah memberikan gaji mereka seluruhnya kecuali satu orang yang telah pergi dan meninggalkan gajinya. Maka akupun mengembangkan gajinya tadi sehingga membuahkan banyak harta. Lalu setelah itu iapun datang kepadaku dan berkata, "Wahai Abdullah, barikanlah kepadaku gajiku". Maka aku berkata, "Seluruh yang engkau lihat bagian dari gajimu, onta, sapi, kambing, dan budak-budak". Iapun berkata, "Wahai Abdullah, janganlah engkau mengejekku !". Aku berkata, "Aku tidak sedang mengejekmu". Maka iapun mengambil seluruhnya lalu menggiringnya dan tidak meninggalkan sedikitpun. Yaa Allah jika memang aku melakukan hal ini karena mengharapkan wajahmu maka bebaskanlah kesulitan yang sedang kami hadapi. Maka terbukalah batu (yang menutup pintu goa) lalu keluarlah mereka bertiga" (HR Al-Bukhari no 2272 dan Muslim no 2743)

Ketiga orang ini benar-benar memiliki sifat murooqobah yang tinggi, karena tidaklah lelaki yang pertama kuat menunggu semalam suntuk sambil memegang gelas yang berisi susu menunggu terjaganya kedua orangtuanya dari tidurnya –sementara anak-anaknya menangis minta untuk minum susu- kecuali karena ia yakin Allah sedang melihatnya.

Demikian pula lelaki yang kedua, tidaklah mungkin ia mampu meninggalkan sang wanita yang sangat dia cintai –padahal jika ia berzina tidak ada orang lain yang melihat mereka berdua- kecuali karena keyakinannya bahwa Allah sedang melihatnya.

Akan tetapi yang lebih menakjubkan adalah sikap orang ketiga yang memiliki sifat amanah yang luar biasa. Dimana ia merasa niatnya diawasi oleh Allah. Bayangkan selama ia mengembangkan gaji sang pekerja niatnya adalah untuk menguntungkan sang pekerja. Tidak ada yang mengetahui niatnya kecuali Allah. Bahkan niatnya tetap ia jaga dan tidak berubah meskipun setelah gaji tersebut telah berkembang dan menjadi sangat banyak. Jika seandainya ia hanya memberi kepada sang pekerja gajinya saja maka ia tidak bersalah, karena memang yang berhak dimiliki oleh sang pekerja hanyalah gaji pokoknya saja. Akan tetapi ia yakin Allah mengetahui gerak-gerik hatinya…mengetahui niatnya tatkala mengembangkan gaji tersebut. Sungguh ini merupakan murooqobatullah tingkat tinggi !!!

Ibnu Hajar menjelaskan bahwasanya amalan yang paling bermanfaat di antara ketiga orang tersebut untuk menyelamatkan mereka bertiga adalah amalan orang yang ketiga yang sangat amanah, karena dengan doanyalah maka pintu goa akhirnya terbuka. (Lihat Fathul Baari 6/511)

Imam Ahmad mempraktekan murooqobatullah tingkat tinggi

Sholeh (putra Imam Ahmad) berkata, "Ayahku telah bertekad untuk (*bersafar dari Baghdad) ke Mekkah dalam rangka menunaikan ibadah haji Islam, dan iapun ditemani oleh Yahya bin Ma'iin. Ayahku (Imam Ahmad) berkata, "Kita berjalan menunju tanah suci lalu kita tunaikan haji kita, setelah itu kita bersafar menuju Abdurrozzaq di kota Son'aa (*di negeri Yaman), kita meriwayatkan hadits dari beliau".

Yahya bin Ma'in telah mengenal Abdurrozzaq karena ia pernah mendengar/meriwayatkan hadits dari Abdurrozzaq. Yahya bin Ma'in berkata, "Kamipun tiba di Mekah, lalu kami melaksanakan thowaf qudum, tiba-tiba ternyata Abdurrozzaq juga sedang thowaf. Setelah thowaf Abdurrozzaq lalu sholat dua raka'at di belakang maqoom Ibrahim lalu beliau duduk. Kamipun menyelesaikan towaf kami lantas kami mendatangi Abdurrozzaq As-Shon'aaniy dan beliau sedang duduk di dekat maqoom Ibrahmi. Maka aku (Yahya bin Ma'in) berkata kepada Imam Ahmad,

هَذَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ قَدْ أَرَاحَكَ اللهُ مَسِيْرَةَ شَهْرٍ ذَاهِبًا وَجَائِيًا وَالنَّفَقَةَ

"Ini dia Abdurrozzak, sungguh Allah telah mengistirahatkamu sehingga tidak perlu engkau bersafar pulang pergi menempuh perjalanan selama sebulan dan penyediaan bekal perjalanan"

Imam Ahmad berkata,

مَا كَانَ اللهُ يَرَانِي وَقَدْ نَوَيْتُ نِيَّةً أُفْسِدُهَا وَلاَ أُتِمُّهَا

"Tidak boleh Allah melihatku telah berniat lantas aku merusak/membatalkan niatku dan tidak aku sempurnakan niatku"

(Tobaqoot Al-Hanaabilah 1/175 dan  Al-Maqshid Al-Arsyad fi dzikri Ashaab Al-Imaam Ahmad 1/445).

Allahu Akbar…sungguh luar biasa praktek murooqobah yang dilakukan Imam Ahmad. Benar-benar ia yakin bahwa Allah mengetahui isi hatinya. Beliau memilih untuk tetap menempuh perjalanan jauh dari Mekah menuju Son'aa di Yaman demi untuk menunaikan niatnya !!!

Kota Nabi -shallallahu 'alaihi wa sallam-, 19-02-1433 H / 13 Januari 2011 M
Abu Abdilmuhsin Firanda Andirja

●●●●●●●●●●●

Jangan pernah bergantung pada manusia

Ustadz Abdurrahman Thoyyib, Lc(Lulusan Universitas Islam Madinah, Pengajar di Sekolah Tinggi Ali bin Abi Tholib, Surabaya).

SirohManusia adalah makhluk yang lemah, tidak punya daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah. Allah berfirman:

وَخُلِقَ ٱلۡإِنسَـٰنُ ضَعِيفً۬ا
“Dan manusia dijadikan bersifat lemah.” (QS. An-Nisa’ : 28)

يَـٰٓأَيُّہَا ٱلنَّاسُ أَنتُمُ ٱلۡفُقَرَآءُ إِلَى ٱللَّهِۖ وَٱللَّهُ هُوَ ٱلۡغَنِىُّ ٱلۡحَمِيدُ
“Hai manusia, kamulah yang membutuhkan Allah; dan Allah Dialah yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji.” (QS. Fathir : 15)

Selayaknya manusia selalu mengantungkan harapan, cita-cita serta kebutuhannya kepada Allah. Terlebih kita mengetahui diantara nama Allah adalah Ash-Shamad. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullahu berkata : Ash-Shamad adalah Dzat yang sempurna sifat-sifat-Nya yang semua makhluk selalu membutuhkanNya. [1]

Oleh karena itulah Allah perintahkan kita untuk bertawakkal kepada-Nya saja. Allah berfirman:
وَتَوَڪَّلۡ عَلَى ٱلۡحَىِّ ٱلَّذِى لَا يَمُوتُ
“Dan bertawakkallah kepada Allah yang hidup (kekal) yang tidak mati.” (QS. Al-Furqon : 58)

– Definisi Tawakkal

Imam Ibnu Rajab rahimahullahu berkata tentang definisi tawakkal:

صدق اعتماد القلب على اللّه تعالى في استجلاب المصالح ودفع المضار من أمور الدنيا والآخرة
Tawakkal adalah kejujuran hati dalam bergantung/bersandar kepada Allah dalam meraih kebaikan dan menjauhkan diri dari kemadharatan dalam urusan dunia maupun akhirat. [2]

Imam Al-Jurjaani berkata tentang makna tawakkal:

التوكل هو الثقة بما عند اللّه، واليأس عما في أيدي الناس
Tawakkal adalah merasa yakin dengan apa yang disisi Allah dan tidak bergantung kepada manusia. [3]

– Keutamaan orang yang bertawakkal
Allah dan Rasul-Nya telah banyak menjanjikan kepada orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya berbagai macam keutamaan dan pahala. Diantaranya:

1. Meraih pertolongan Allah

Allah berfirman:
إِن يَنصُرۡكُمُ ٱللَّهُ فَلَا غَالِبَ لَكُمۡ‌ۖ وَإِن يَخۡذُلۡكُمۡ فَمَن ذَا ٱلَّذِى يَنصُرُكُم مِّنۢ بَعۡدِهِۦ‌ۗ وَعَلَى ٱللَّهِ فَلۡيَتَوَكَّلِ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ

“Jika Allah menolong kamu, Maka tak adalah orang yang dapat mengalahkan kamu; jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), Maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu? karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakkal.”
(QS. Ali Imran : 160)

Syaikh Abdurrahman As-Sa’di rahimahullahu berkata: Ayat ini mengandung perintah untuk memohon pertolongan kepada Allah serta bergantung kepada-Nya dan tidak bersandar kepada diri sendiri. Oleh karena itu Allah berfirman “karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakkal”. Dan ketika Allah mendahulukan kata-kata “hendaklah kepada Allah” ini menunjukkan tawakkal harus kepada Allah saja dan tidak kepada yang lain. Karena Allah lah satu-satunya Dzat yang bisa menolong kita. Bergantung kepada Allah adalah bentuk tauhid yang akan mengantarkan kita kepada tujuan. Sedangkan bergantung kepada selain-Nya itu adalah syirik yang tidak bermanfaat bagi pelakunya bahkan bermadharat. Dan di dalam ayat ini ada perintah untuk bertawakkal kepada Allah saja. Sesuai kadar keimanan seorang hamba itulah tingkat tawakkalnya kepada Allah. [4]

2. Mendapat petunjuk, kecukupan dan penjagaan dari Allah dari gangguan setan.

Allah berfirman: إِنَّهُ ۥ لَيۡسَ لَهُ ۥ سُلۡطَـٰنٌ عَلَى ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَلَىٰ رَبِّهِمۡ يَتَوَڪَّلُونَ
“Sesungguhnya syaitan itu tidak ada kekuasaannya atas orang-orang yang beriman dan bertawakkal kepada Tuhannya.”
(QS. An-Nahl : 99)

Syaikh Abdurrahman As-Sa’di rahimahullahu berkata: Allah menjauhkan kejelekan setan dari orang-orang beriman yang bertawakkal kepada-Nya. Hingga tidak tersisa sedikitpun jalan bagi setan. [5]

Nabi bersabda :
إِذَا خَرَجَ الرَّجُلُ مِنْ بَيْتِهِ فَقَالَ بِسْمِ اللَّهِ تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ قَالَ يُقَالُ حِينَئِذٍ هُدِيتَ وَكُفِيتَ وَوُقِيتَ فَتَتَنَحَّى لَهُ الشَّيَاطِينُ فَيَقُولُ لَهُ شَيْطَانٌ آخَرُ كَيْفَ لَكَ بِرَجُلٍ قَدْ هُدِيَ وَكُفِيَ وَوُقِيَ
Apabila seseorang akan keluar dari rumahnya lalu dia mengucapkan:

بِسْمِ اللَّهِ تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ” (Dengan menyebut nama, aku bertawakkal kepada Allah. Tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah) maka dikatakan kepadanya saat itu : engkau telah mendapat petunjuk, engkau telah dilindungi dan engkau telah dicukupi. Setan-setan pun akan menjauhinya, dan setan yang lain akan berkata kepada temannya : bagaimana mungkin engkau bisa mengganggu orang itu sedangkan dia telah mendapat petunjuk, kecukupan dan perlindungan. (HSR. Tirmidzi)

3. Menggapai kecintaan Allah

Allah berfirman:
فَإِذَا عَزَمۡتَ فَتَوَكَّلۡ عَلَى ٱللَّهِ‌ۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلۡمُتَوَكِّلِينَ
“Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.”
(QS. Ali Imran : 159)

4. Memperoleh rizki dari Allah

Rasulullah bersabda:
لو أنكم توكلتم على الله حق توكله لرزقكم كما يرزق الطير تغدو خماصاً وتروح بطاناً

Seandainya kalian bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benarnya tawakkal maka Allah akan menganugerahkan kepada kalian rezeki sebagaimana Allah memberi rezeki kepada seekor burung. Dia terbang pagi hari dalam keadaan lapar dan sore hari datang dalam keadaan kenyang. (HSR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)

5. Mencapai surga Allah

Allah berfirman:
وَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّـٰلِحَـٰتِ لَنُبَوِّئَنَّهُم مِّنَ ٱلۡجَنَّةِ غُرَفً۬ا تَجۡرِى مِن تَحۡتِہَا ٱلۡأَنۡهَـٰرُ خَـٰلِدِينَ فِيہَا‌ۚ نِعۡمَ أَجۡرُ ٱلۡعَـٰمِلِينَ (٥٨) ٱلَّذِينَ صَبَرُواْ وَعَلَىٰ رَبِّہِمۡ يَتَوَكَّلُونَ (٥٩)

“Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang saleh, Sesungguhnya akan Kami tempatkan mereka pada tempat-tempat yang Tinggi di dalam syurga, yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, mereka kekal di dalamnya. Itulah Sebaik-baik pembalasan bagi orang-orang yang beramal, (yaitu) yang bersabar dan bertawakkal kepada Tuhannya.”
(QS. Al-Ankabut : 58-59)

Syaikh Abdurrahman As-Sa’di rahimahullahu berkata: Tawakkalnya mereka mengharuskan mereka untuk sangat bergantung kepada Allah serta berbaik sangka kepada Allah untuk merealisasikan cita-cita mereka serta menyempurnakan usaha mereka. [6]

Rasulullah bersabda ketika mensifati orang-orang yang masuk surga tanpa hisab tanpa adzab: (yaitu) orang-orang yang tidak meminta untuk diruqyah, tidak menjalankan pengobatan dengan besi panas, tidak mengganggap sial sesuatu dan mereka bertawakkal kepada Allah. (HR. Bukhari dan Muslim)

Sungguh keutamaan dan pahala yang luas biasa bagi mereka yang selalu bergantung kepada Allah di kala suka maupun duka dan tidak bergantung kepada manusia. Apalagi Rasulullah pernah berwasiat:


إِذَا قُمْتَ فِي صَلَاتِكَ فَصَلِّ صَلَاةَ مُوَدِّعٍ، وَلَا تَكَلَّمْ بِكَلَامٍ تَعْتَذِرُ مِنْهُ غَدًا، وَأَجْمِعِ اليَأسَ مِمَّا فِي يَدَيِ النَّاسِ

Apabila engkau shalat maka shalatlah seolah-olah shalat perpisahan dan jangan mengucapkan ucapan yang esok hari engkau akan menyesalinya dan jangan bergantung kepada manusia. (HSR. Ahmad dan Ibnu Majah)

Syaikh Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin Al-‘Abbad Al-Badr hafidzahullahu berkata:
فيها دعوةٌ إلى القناعة، وتعليق القلب بالله وحده، واليأس تمامًا ممَّا في أيدي النَّاس، قال: «وَأَجْمِعِ اليَأسَ مِمَّا فِي يَدَيِ النَّاس»؛ أي أجمِع قلبَك، واعزِم وصمِّم في فؤادك على اليأس من كلِّ شيءٍ في يد النَّاس؛ فلا تَرْجُه من جهتهم، وليكن رجاؤُك كلُّه بالله وحده ـ جلَّ وعلا ـ، وكما أنَّك بلسان مقالك لا تسأل إلَّا الله، ولا تطلب إلَّا من الله؛ فعليك كذلك بلسانِ حالك أن لا ترجو إلَّا الله، وأن تيأس من كلِّ أحدٍ إلَّا من الله، فتقطع الرَّجاءَ من كلِّ النَّاس، ويكون رجاؤك بالله وحدَه، والصَّلاة صلةٌ بينك وبين ربِّك؛ ففيها أكبرُ عونٍ لك على تحقيق هذا المطلب.
ومَن كان يائسًا ممَّا في أيدي النَّاس عاش حياتَه مهيبًا عزيزًا، ومَن كان قلبه معلَّقًا بما في أيدي النَّاس عاش حياته مهينًا ذليلًا، ومَن كان قلبه معلَّقًا بالله لا يرجو إلَّا الله، ولا يطلب حاجته إلَّا من الله، ولا يتوكَّل إلَّا على الله كفاه اللهُ عز وجل في دنياه وأخراه، والله جلَّ وعلا يقول: (أَلَيْسَ اللَّهُ بِكَافٍ عَبْدَهُ)[سورة الزمر : 36]، ويقول ـ جلَّ وعلا ـ: (وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ)[سورة الطلاق : 3]، والتَّوفيق بيد الله وحده لا شريك له.

Di dalam hadits di atas terdapat seruan untuk qana’ah dan menggantungkan hati hanya kepada Allah semata serta betul-betul tidak berharap kepada manusia. Makna “jangan berharap kepada manusia” kumpulkan hati dan tanamkan di dalamnya untuk berputus asa dari apa yang ada di tangan manusia. Jangan berharap dari mereka, namun gantungkan semua harapanmu kepada Allah semata. Sebagaimana engkau dengan lisanmu tidak meminta melainkan hanya kepada Allah, tidak memohon kecuali hanya kepada-Nya. Maka wajib bagimu untuk tidak berharap kecuali hanya kepada Allah dan engkau berputus asa dari semua (pertolongan) siapapun kecuali pertolongan Allah. Engkau hilangkan rasa berharap dari semua manusia hingga tidak tersisa kecuali harapan kepada Allah semata. Dan shalat merupakan bentuk ikatan antara dirimu dengan Allah semata. Shalat dapat membantu anda dalam meraih jalan tawakkal ini. Orang yang tidak berharap kepada manusia maka dia akan hidup terhormat dan berwibawa. Namun barangsiapa yang hidup selalu bergantung kepada manusia maka dia hidup dalam kehinaan dan kerendahan. Barangsiapa yang hatinya selalu bergantung kepada Allah, tidak berharap melainkan hanya kepada Allah, tidak membutuhkan kecuali pertolongan Allah, dia bertawakkal hanya kepada Allah maka Allah akan mencukupi kebutuhannya di dunia maupun di akhirat.

Allah berfirman:
أَلَيۡسَ ٱللَّهُ بِكَافٍ عَبۡدَهُ
“Bukankah Allah cukup untuk melindungi hamba-hamba-Nya.” (QS. Az-Zumar : 36)

Allah juga berfirman:
وَمَن يَتَوَكَّلۡ عَلَى ٱللَّهِ فَهُوَ حَسۡبُهُ

“Dan Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.”
(QS. Ath-Thalaq : 3)

Hanya Allah saja yang dapat memberikan taufik, tidak ada sekutu bagi-Nya. [7]

– Mengapa kita berharap kepada manusia sedangkan manusia itu sewaktu-waktu bisa mati?

كُلُّ نَفۡسٍ۬ ذَآٮِٕقَةُ ٱلۡمَوۡتِ‌ۗ وَإِنَّمَا تُوَفَّوۡنَ أُجُورَڪُمۡ يَوۡمَ ٱلۡقِيَـٰمَةِ‌ۖ فَمَن زُحۡزِحَ عَنِ ٱلنَّارِ وَأُدۡخِلَ ٱلۡجَنَّةَ فَقَدۡ فَازَ‌ۗ وَمَا ٱلۡحَيَوٰةُ ٱلدُّنۡيَآ إِلَّا مَتَـٰعُ ٱلۡغُرُورِ

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, Maka sungguh ia telah beruntung. kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.”
(QS. Ali Imran : 185)

Maka bertawakkallah dan berharaplah kepada Dzat Yang Maha Hidup yang tidak akan pernah mati. Allah berfirman:
وَتَوَڪَّلۡ عَلَى ٱلۡحَىِّ ٱلَّذِى لَا يَمُوتُ

“Dan bertawakkallah kepada Allah yang hidup (kekal) yang tidak mati.”
(QS. Al-Furqon : 58)

وَإِلَىٰ رَبِّكَ فَٱرۡغَب
“Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.” (QS. Asy-Syarh : 8)

– Mengapa kita bergantung kepada manusia sedangkan manusia itu lemah tidak memiliki daya dan kekuatan?

Allah berfirman:
وَخُلِقَ ٱلۡإِنسَـٰنُ ضَعِيفً۬ا

“Dan manusia dijadikan bersifat lemah.”
(QS. An-Nisa’ : 28)

يَـٰٓأَيُّہَا ٱلنَّاسُ أَنتُمُ ٱلۡفُقَرَآءُ إِلَى ٱللَّهِۖ وَٱللَّهُ هُوَ ٱلۡغَنِىُّ ٱلۡحَمِيدُ

“Hai manusia, kamulah yang membutuhkan Allah; dan Allah Dialah yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji.”
(QS. Fathir : 15)

لا حول ولا قوة إلا بالله
Tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah

– Mengapa kita bersandar kepada manusia sedangkan manusia itu bisa berubah? Mungkin dulu cinta sekarang benci, dulu memuji sekarang membenci. Hal ini mengingatkan kita kepada kisah seorang sahabat Rasul yaitu Abdullah bin Salaam.

Sebelum masuk Islam, beliau dicintai dan ditokohkan oleh orang Yahudi. Namun ketika beliau masuk Islam maka orang-orang Yahudi langsung membenci dan mencaci makinya. Demikian juga di zaman ini, ketika ada orang yang mengamalkan sunnah Rasul terkadang terjadi perubahan drastis pada diri sebagian orang. Pujian jadi cacian, cinta jadi benci sebagaimana perangai orang yahudi. Na’udzu billahi min dzalik.

– Mengapa kita bergantung kepada manusia sedangkan ada manusia yang memiliki sifat seperti serigala berbulu domba alias bermuka dua alias mirip orang munafik? Di depan terllihat baik namun menikam dari belakang. Di depan kata-katanya indah dan manis namun dibelakang, dia menggunjing dan menfitnah. Di depan seolah dia membantu, namun di belakang dia musuh dalam selimut.

Allah berfirman:
وَإِذَا لَقُواْ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ قَالُوٓاْ ءَامَنَّا وَإِذَا خَلَوۡاْ إِلَىٰ شَيَـٰطِينِهِمۡ قَالُوٓاْ إِنَّا مَعَكُمۡ إِنَّمَا نَحۡنُ مُسۡتَہۡزِءُونَ (١٤) ٱللَّهُ يَسۡتَہۡزِئُ بِہِمۡ وَيَمُدُّهُمۡ فِى طُغۡيَـٰنِهِمۡ يَعۡمَهُونَ (١٥)

“Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: “Kami telah beriman”. dan bila mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka, mereka mengatakan: “Sesungguhnya Kami sependirian dengan kamu, Kami hanyalah berolok-olok.” Allah akan (membalas) olok-olokan mereka dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan mereka.”
(QS. Al Baqarah : 14-15)

Rasulullah bersabda:
وتجدون شر الناس ذا الوجهين الذي يأتي هؤلاء بوجه وهؤلاء بوجه

Dan engkau dapati manusia yang paling jahat adalah manusia bermuka dua. Dia mendatangi manusia dengan wajah ini dan mendatangi mereka dengan wajah yang lain lagi. (HR. Bukhari)

Beliau juga bersabda:
مَنْ كَانَ لَهُ وَجْهَانِ فِي الدُّنْيَا كَانَ لَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لِسَانَانِ مِنْ نَارٍ

Barangsiapa yang bermuka dua di dunia maka dia akan berlidah dua dari api di hari kiamat. (HSR. Abu Daud)

– Mengapa kita bergantung kepada manusia sedangkan mereka terkadang hanya berteman dikala suka dan lari dikala duka? Sebagian orang mendekat dikala ada kebutuhan tapi setelah selesai maka dia berkata: Selamat tinggal sobat. Sebagian orang bersahabat ketika seseorang itu memiliki banyak harta dan kedudukan. Tapi menjauh dikala harta dan kedudukan itu mulai menjauh. Ada gula ada semut, air susu dibalas air tuba, mungkin inilah peribahasa yang sesuai dengan mereka. Dan sungguh indah ungkapan seorang penyair arab:

إذا قل مالي فلا خل يصاحبني وفي الزيادة كل الناس خلاني
كم من عدو لأجل المال صادقني وكم من صديق لفقد المال عاداني

Apabila sedikit hartaku tidak ada yang berteman denganku

Namun ketika bertambah banyak hartaku semua orang berteman denganku

Berapa banyak musuh karena harta mau berteman denganku

Dan berapa banyak teman karena harta memusuhiku

Penyair yang lain berkata:
يا أخي أين عهد ذاك الإخاء……أين ما كان بيننا من صفاء ؟
أين مصداق شاهد كان يحكي….أنك المخلص الصحيح الإخاء
كشفت منك حاجتي هفوات…….غطيت برهة بحسن اللقاء
تركتني ولم أكن سئ الظن……أسئ الظنون بالأصدقاء
يا أخي ، هبك لم تهب لي من…..سعيك حظا كسائر البخلاء
أفلا كان منك رد جميل……..فيه للنفس راحة من عناء

Wahai saudaraku, dimanakah janji persaudaraan itu ? Dimanakah hubungan baik kita selama ini ?

Dimanakah bukti yang bisa jadi saksi yang mengkisahkan bahwa engkau adalah sahabat sejati ?

Setelah sekian lama, baru terungkap kejahatanmu yang tertutupi oleh senyum manismu disaat aku membutuhkanmu.

Engkau tinggalkan aku (dikala duka), dan dulu aku tidak pernah berburuk sangka kepada sahabat-sahabatku.

Wahai saudaraku, andaikata engkau tidak bisa memberiku (harta) sebagaimana orang-orang bakhil itu.

Apakah engkau tidak bisa berkata yang indah yang dapat menenangkan jiwaku?

Penyair yang lain berkata:
أعلمه الرماية كل يوم فلما اشتد ساعده رماني
وكم علمته نظم القوافي فلما صار ناشده هجاني

Aku mengajarinya memanah setiap hari
Ketika kuat dia memanahku
Berapa banyak aku mengajarinya bersyair
Ketika dia pandai bersyair dia mengejekku

Penyair lain berkata:
إذا أنت أكرمت الكريم ملكته وإذا أنت أكرمت اللئيم تمردا

Jika engkau memuliakan orang baik maka dia akan membalas budimu
Dan apabila engkau memuliakan orang jahat maka dia akan durhaka kepadamu

Maka cukuplah Allah sebagai tempat curahatan hati kita:
قَالَ إِنَّمَآ أَشۡكُواْ بَثِّى وَحُزۡنِىٓ إِلَى ٱللَّهِ وَأَعۡلَمُ مِنَ ٱللَّهِ مَا لَا تَعۡلَمُونَ

“Ya’qub menjawab: “Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku, dan aku mengetahui dari Allah apa yang kamu tiada mengetahuinya.”
(QS. Yusuf : 86)

وَإِن يَمۡسَسۡكَ ٱللَّهُ بِضُرٍّ۬ فَلَا ڪَاشِفَ لَهُ ۥۤ إِلَّا هُوَ‌ۖ وَإِن يَمۡسَسۡكَ بِخَيۡرٍ۬ فَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَىۡءٍ۬ قَدِيرٌ۬

“Dan jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, Maka tidak ada yang menghilangkannya melainkan Dia sendiri. dan jika Dia mendatangkan kebaikan kepadamu, Maka Dia Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu.”
(QS. Al-An’aam : 17)

قُلِ ٱللَّهُمَّ مَـٰلِكَ ٱلۡمُلۡكِ تُؤۡتِى ٱلۡمُلۡكَ مَن تَشَآءُ وَتَنزِعُ ٱلۡمُلۡكَ مِمَّن تَشَآءُ وَتُعِزُّ مَن تَشَآءُ وَتُذِلُّ مَن تَشَآءُ‌ۖ بِيَدِكَ ٱلۡخَيۡرُ‌ۖ إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَىۡءٍ۬ قَدِيرٌ۬

“Katakanlah: “Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
(QS. Ali Imran : 26)

Rasul pernah berwasiat:
احفظ الله يحفظك احفظ الله تجده تجاهك إذا سألت فاسال الله وإذا استعنت فاستعن بالله واعلم أن الأمة لم اجتمعت على أن ينفعوك بشيء لم ينفعوك إلا بشيء قد كتبه الله لك وان اجتمعوا على أن يضروك بشيء لم يضروك إلا بشيء قد كتبه الله عليك رفعت الأقلام وجفت الصحف

Jagalah (agama) Allah pasti Allah akan menjagamu. Jagalah (agama) Allah pasti Allah akan selalu menolongmu. Apabila engkau meminta maka mintalah kepada Allah. Jika engkau memohon pertolongan mintalah pertolongan kepada Allah. Ketahuilah bahwa seandainya seluruh manusia berkumpul untuk memberikanmu kebaikan, mereka tidak dapat memberimu kebaikan melainkan yang telah Allah takdirkan untukmu. Dan seandainya mereka semua berkumpul untuk memadharatkan dirimu, mereka tidak akan dapat memadharatkan dirimu melainkan yang telah Allah takdirkan atasmu. Telah diangkat pena-pena takdir dan telah kering lembaran-lembaran takdir. (HSR. Tirmidzi)
——————–
[1] Tafsir Juz ‘Amma hal.353 oleh Syaikh Muhammad bin Shaleh Al-‘Utsaimin.
[2] Jami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam hal.409 oleh Ibnu Rajab.
[3] At-Ta’rifaat hal.74 oleh Al-Jurjaani.
[4] Tafsir Al-Karim Ar-Rahman hal.165 oleh Syaikh Abdurrahman As-Sa’di.
[5] Idem hal.521.
[6] Tafsir Al-Karim Ar-Rahman hal.745.
[7] Makalah “Tsalaatsah washayah nabawiyah ‘adzimah” oleh Syaikh Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin Al-‘Abbad Al-Badr. Lihat www.al-badr.net.