Friday, November 3, 2017

Pujian Luar Biasa Dari Nabi Kepada Akhlak (Keimanan) Penduduk Yaman, Namun Pada Abad 3H Dirusak Dengan Berkuasanya Syiah Ismailiyah (Qaramithah) Dari Kufah Dan Basrah.

Keutamaan Negeri Yaman
Keutamaan Negeri (Penduduk) Yaman

Diantara hikmah Allah, Allah melebihkan sebagian makhluknya di atas sebagian yang lain. Seperti bulan ramadhan sebaik-baik bulan, hari jumat sebaik-baik hari dalam seminggu, kota suci Makkah dan Madinah adalah kota yang paling Allah cintai. Semua ini karena hikmah Allah. Dan Allah memberikan karuniaNya kepada siapa saja yang Dia kehendaki.

Demikian pula halnya dengan negeri Yaman,  Allah ‘azza wa jalla, telah memuliakan negeri ini diantara negeri-negeri lainnya di dunia ini, (setelah Makkah dan Madinah). Penduduknya adalah orang-orang yang lembut hatinya, santun tutur katanya, dan cepat menerima kebenaran.

Ada beberapa ayat dalan Al Qur’an yang menerangkan makna ini. Dalam  hadis-hadis Nabi shallallahu’alaihi wasallam, juga dijelaskan hal yang semakna. Mari simak rinciannya berikut ini.

Dalil dalam Al Qur’an, yang Menunjukkan Keutamaan Penduduk Yaman

Firman Allah Ta’ala,

يَـٰٓأَيُّہَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مَن يَرۡتَدَّ مِنكُمۡ عَن دِينِهِۦ فَسَوۡفَ يَأۡتِى ٱللَّهُ بِقَوۡمٍ۬ يُحِبُّہُمۡ وَيُحِبُّونَهُ ۥۤ أَذِلَّةٍ عَلَى ٱلۡمُؤۡمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى ٱلۡكَـٰفِرِينَ يُجَـٰهِدُونَ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ وَلَا يَخَافُونَ لَوۡمَةَ لَآٮِٕمٍ۬‌ۚ ذَٲلِكَ فَضۡلُ ٱللَّهِ يُؤۡتِيهِ مَن يَشَآءُ‌ۚ وَٱللَّهُ وَٲسِعٌ عَلِيمٌ

“Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mu’min, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas [pemberian-Nya] lagi Maha Mengetahui” (QS. Al-Maidah 54)

Ada beberapa pendapat ahli tafsir mengenai makna ayat ini. Ada yang menjelaskan bahwa kaum yang dimaksud dalam ayat di atas adalah kaum Anshor, ada yang mengatakan ;maksudnya adalah Abu Bakr As-Sidiq radhiyallahu’anhu, yang di masa kekhilafahan beliau, beliau memerangi orang-orang yang murtad.

Namun, pendapat yang lebih kuat mengenai identitas kaum yang disinggung dalam ayat di atas; sebagaimana dijelaskan oleh Imam al Qurtubi dalam tafsirnya, adalah penduduk negeri Yaman; kaumnya sahabat Abu Musa al Asy-‘asy’ari radhiyallahu’anhu.

“Turunnya ayat ini; terang Imam Al Qurtubi,  berkenaan dengan kabilah yang bernama al Asy-‘ari. Dalam riwayat disebutkan: setelah ayat ini turun, beberapa rombongan kapal dari kabilah al Asy-‘ari dan kabilah-kabilah lainnya dari negeri Yaman, datang melalui jalur laut. Mereka adalah kaum muslimin yang tertindas di negerinya pada masa Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam masih hidup. Merekalah yang berjasa dalam penaklukan negeri Irak (melalui perang Al Qodisiyyah) pada masa kekhilafahan Umar radhiyallahu’anhu.”

“Penafsiran ini, Imam al Qurtubi melanjutkan penjelasan, adalah penafsiran yang paling shahih mengenai makna kaum yang disebut dalam ayat di atas” (Tafsir al Qurtubi jilid: 8 hal: 52)

Imam Ibnu Jarir At Thobari rahimahullah juga menguatkan penafsiran ini. Sebagaimana yang beliau nyatakan dalam tafsir beliau,

وأولى الأقوال في ذلك عندنا بالصواب، ما روي به الخبر عن رسول الله صلى الله عليه وسلم،  أنهم أهل اليمن؛ قوم أبي مويى الأشعري.

“Menurut kami, pendapat  yang lebih kuat mengenai penafsiran kaum yang dimaksudkan dalam ayat adalah sebagaimana diriwayatkan dalam sebuah riwayat, yang bersumber dari Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam, bahwa kaum tersebut adalah penduduk Yaman; kaumnya sahabat Abu Musa al Asy-‘aryi.” (Tafsir At Thobari, 8/525)

Kemudian, ayat lainnya, yang menerangkan keutamaan negeri Yaman, adalah firman Allah Ta’ala,

إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ (1)  وَرَأَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُونَ فِي دِينِ اللَّهِ أَفْوَاجًا

“Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong” (QS. An Nashr: 1-2)

Dalam sabdanya, Nabi shallallahu’alaihi wasallam menjelaskan, bahwa ayat di atas sedang berbicara tentang penduduk Yaman. Karena mereka adalah orang-orang yang lembut hatinya dan mudah menerima kebenaran.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu,  beliau mengatakan, “Tatkala diturunkan ayat, ” Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan. Dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong.” Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam bersabda,

أتاكم أهل اليمن, هم أرقّ قلوبا, الإيمان يمان و الفقه يمان و الحكمة يمانية.

“Penduduk negeri Yaman telah datang kepada kalian. Mereka adalah orang yang paling lembut hatinya. Iman itu ada pada yaman, Fiqih ada pada Yaman, dan hikmah ada pada Yaman.” (HR. Imam Ahmad, dinilai sohih oleh Al-Albani)

Demikian pula dalam riwayat Ibnu Abbas dijelaskan, “Suatu ketika, saat Nabi berada di Madinah beliau bersabda,

الله أكبر الله أكبر جاء نصر الله و الفتح, و جاء أهل اليمن : قوم نقية قلوبهم ليّنة طباعهم, الإيمان يمان و الفقه يمان و الحكمة يمانية.

“Allahu Akbar…. Allahu Akbar (Maha besar Allah), telah datang pertolongan Allah dan telah datang penduduk yaman. Kaum yang bersih hatinya, lembut tabiat mereka. Iman itu ada pada yaman,  fiqih itu ada pada yaman dan hikmah itu ada pada yaman.” (HR. Ibnu Hibban, dinilai sohih Syaikh Al-Albani)

Hadis-hadis tentang Keutamaan Negeri Yaman

Adapun hadis-hadis Nabi, yang menerangkan kemulian negeri Yaman, banyak. Diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Nabi mendo’akan barokah untuk penduduk Yaman.

Dari Ibnu Umar, Nabi shallallahu’alaihi wasallam berdoa,

اللهم بارك لنا في شامنا اللهم بارك لنا في يمننا قالوا وفي نجدنا قال اللهم بارك لنا في شامنا اللهم بارك لنا في يمننا

“Ya Allah… berkahilah kami pada negeri Syam kami. Ya Allah… berkahilah kami pada negeri Yaman kami” (HR. Bukhori dan Ahmad)

2. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menerangkan,  bahwa penduduk Yaman adalah umatnya yang paling pertama merasakan segarnya air telaga beliau.

Dari sahabat Tsauban berkata, Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam telah bersabda,

إني لبعقر حوضي أذود الناس لأهل اليمن أضرب بعصاي حتى يرفض عليهم

“Sesungguhnya kelak aku akan berada di samping telagaku. Kemudian Aku akan menghalangi orang-orang yang akan meminum dari telagaku, agar  penduduk Yaman dapat meminumnya terlebih dahulu. Aku memukul dengan tongkatku, sehingga air telaga tersebut mengalir untuk mereka.” (HR. Muslim)

Inilah salah satu bentuk karomah untuk penduduk Yaman. Dimana Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam mendahulukan mereka dalam hal meminum air dari telaga beliau. Sebagai ganjaran atas baiknya perilaku mereka dan bersegeranya mereka dalam menerima Islam. Rasulullah mendahulukan mereka untuk meminum air telaga beliau. Sebagaimana di kehidupan dunia, mereka membela kehormatan Nabi shallallahu’alaihi wasallam dari musuh-musuh beliau. (Lihat: Syarah Shohih Muslim 62/15)

3. Mereka adalah sebaik-baik penduduk bumi.

عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ جُبَيْرِ بْنِ مُطْعِمٍ ، عَنْ أَبِيهِ ، قَالَ : كُنَّا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِطَرِيقٍ بَيْنَ مَكَّةَ وَالْمَدِينَةِ ، فَقَالَ : ” يُوشِكُ أَنْ يَطْلُعَ عَلَيْكُمْ أَهْلُ الْيَمَنِ ، كَأَنَّهَا قِطَعُ السَّحَابِ ، أَوْ قِطْعَةُ سَحَابٍ ، هُمْ خِيَارُ مَنْ فِي الأَرْضِ

Suatu ketika, cerita Jubair bin Muth’im, kami bersama Rasulullah dalam sebuah perjalanan antara Makkah dan Madinah. Saat itu Nabi  bersabda,

يُوشِكُ أَنْ يَطْلُعَ عَلَيْكُمْ أَهْلُ الْيَمَنِ ، كَأَنَّهَا قِطَعُ السَّحَابِ ، أَوْ قِطْعَةُ سَحَابٍ ، هُمْ خِيَارُ مَنْ فِي الأَرْض

“Hampir-hampir bangsa Yaman melebihi kalian. Mereka bak segumpal awan. Mereka adalah sebaik-baik penduduk bumi.” (HR. Imam Ahmad, Imam Bukhari, Imam Al-Baihaqi, dinilai shohih oleh Al-Albani)

4. Penduduk Yaman, tentara Allah di masa terjadi fitnah.

Abdullah bin Hawalah mengatakan, ” Nabi shallallahu’alaihi wasallam bersabda,

سيصير الأمر إلى أن تكونوا جنودا مجندة جند بالشام و جند باليمن و جند بالعراق عليك بالشام فإنها خيرة الله من أرضه يجتبي إليها خيرته من عباده فإن أبيتم فعليكم يمنكم و اسقوا من غدركم فإن الله قد توكل لي بالشام و أهله

“Pada akhirnya umat Islam akan menjadi pasukan perang, satu pasukan di Syam, satu pasukan di Yaman, dan satu pasukan lagi di Iraq. Hendaklah kalian memilih Syam. Karena ia adalah negeri pilihan Allah. Allah kumpulkan di sana hamba-hamba pilihan-Nya. Jika tak bisa,  hendaklah kalian memilih Yaman dan berilah minum (hewan kalian) dari kolam-kolam (di lembahnya). Karena Allah menjamin untukku negeri Syam serta penduduknya.” (HR. Abu Dawud, Imam Ahmad, Al-Hakim, dan Ibnu Hibban. Dinilai shohih oleh Al-Hakim dan Al-Albani)

5. Penduduk Yaman, orang yang pertama kali meneladankan salaman.

Anas bin Malik berkata, “Nabi shallallahu’alaihi wasallam bersabda,

  قد جاء كم أهل اليمن وهم أول من جاء بالمصافحة

“Sesungguhnya telah datang kepada kalian penduduk Yaman. Merekalah pelopor pertama dalam hal berjabat tangan.”

6. Penduduk Yaman, memiliki semangat yang tinggi dalam mempelajari sunnah.

Sahabat Anas bin Malik menceritakan, “Suatu hari, beberapa orang dari negeri Yaman datang menemui Rasululloh shallallahu’alaihi wasallam, seraya berkata,

ابعث معنا رجلاً يعلمنا السنة والإسلام

“Wahai Rasululloh, kirimkanlah untuk kami seseorang yang akan mengajari kami sunnah dan Islam.”

Lalu Rasulullah menarik tangan Abu Ubaidah seraya bersabda,

هذا أمين هذه الأمة

“Ini orangnya, dialah penjaga umat ini.”

7. Penduduk Yaman, adalah bangsa yang gigih menjalani ketaatan kepada Allah.

Dari Abu Sa’id al Khudri radhiyallahu’anhu, beliau mengatakan,  “Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda:

إنه سيأتي قوم تحقرون أعمالكم إلى أعمالهم

“Sesungguhnya akan datang kaum, yang kalian akan merasa minder jika membandingkan amalan kalian dengan amalan mereka“.

“Apakah mereka kaum dari kaum Quraisy ya Rasulullah?” Tanya para Sahabat.

لا و لكن هم أهل اليمن

“Bukan, mereka adalah penduduk Yaman.” jawab Rasulullah.” (HR. Ibnu Abi Ashim, dishohihkan oleh Imam Muqbil Al-Wadi’i)

8. Iman ada pada Yaman, Hikmah ada pada Yaman.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu,  beliau mengatakan, “Tatkala diturunkan ayat, ” Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan. Dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong.” Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam bersabda,

أتاكم أهل اليمن, هم أرقّ قلوبا, الإيمان يمان و الفقه يمان و الحكمة يمانية.

“Penduduk negeri Yaman telah datang kepada kalian. Mereka adalah orang yang paling lembut hatinya. Iman itu ada pada yaman, Fiqih ada pada Yaman, dan hikmah ada pada Yaman.” (HR. Imam Ahmad, dinilai sohih oleh Al-Albani)

Maksud fikih ada pada Yaman, terang Imam Nawawi dalam syarah Shahih Muslim, maksudnya, fikih di sini maksudnya ungkapan tentang kefahaman dalam permasalahan agama. Sebagian fuqoha dan ulama ushul, memaknai istilah fikih dengan suatu pengetahuan terhadap hukum-hukum syari’at, yang berkaitan dengan amalan badan, melalui dalil-dalil yang berkaitan dengan amalan tersebut.

Adapun mengenai makna hikmah, ada beberapa penafsiran di kalangan para ulama. Penafsiran-penafsiran tersebut, berkisar pada sifat hikmah (bijaksana). Setelah disaring kembali; lanjut Imam Nawawi, maka tampak makna hikmah adalah, ilmu yang berkaitan dengan hukum-hukum syari’at. Yang mencakup pengetahuan tentang Allah ‘azza wa jalla, dengan kemampuan memandang permasalahan dengan bashiroh (ilmu), jiwa yang beretika, merealisasikan kebenaran serta mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari, dan menahan diri dari mengikuti hawa nafsu dan segala hal kebatilan. Jadi, orang yang hakim (bijak), adalah orang yang memiliki sifat-sifat tersebut. (Lihat: Al Minhaj jilid: 1, hal: 220)

Daftar Pustaka:

Tafsir At Thobari, Imam Abu Ja’far Ibnu Jarir At Thobari. Tahqiq: Dr. Abdulloh bin Abdulmuhsin At Turki. Terbitan: Dar ‘alam al kutub. Cetakan th 1434 H
Al Jaami’ Li Ahkaamil Qur’an, Imam Al Qurtubi. Terbitan: Muassasah Ar Risalah, Damaskus. Cetakan pertama, th 1434 H
Al Minhaj Syarah Shohih Muslim bin Al Hajjaj, Imam Nawawi. Terbitan: Darul Ma’rifah, Beirut. Cetakan ke 19, th 1433 H.
Disusun Oleh: Ahmad Anshori
Asrama 8, Islamic University in Madinah, KSA, 21 Jumadal Akhir 1436H

Keutamaan Yaman (Dari Manakah Fitnah itu Datang?)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mendoakan keberkahan bagi penduduk Yaman, beliau bersabda:

اللهم بارك لنا في شامنا ، اللهم بارك لنا في يمننا

“Ya Allah berkahilah Syam kami, Ya Allah berkahilah Yaman kami” [HR. Al-Bukhari dalam Shahih-nya; Kitab Al-Fitan, 8/95]

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

ألا إن الإيمان يمان، والحكمة يمانية، وأجد نَفَسَ ربكم من قبل اليمن

“Ketahuilah, sesungguhnya iman berada di Yaman dan hikmah (bersama penduduk) Yaman. Aku mendapati Rabb kalian memberikan jalan keluar (dari kesempitan dan permasalahan) dari arah Yaman” [HR. Ahmad dalam Al-Musnad no. 10555 dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu]

Hadits di atas shahih, Al-Haitsami rahimahullah berkata:

رواه أحمد ورجاله رجال الصحيح غير شبيب وهو ثقة

“Diriwayatkan oleh Ahmad, para perawinya merupakan perawi kitab shahih (Al-Bukhari dan Muslim –pen) selain Syubaib, ia tsiqah” [Majma’ Az-Zawa’id (10/31) no. 16627]

Ibnu Faris rahimahullah berkata:

النَّفس: كل شيء يفرج به عن مكروب

“An-Nafas adalah segala sesuatu yang menjadi jalan keluar dari kesempitan dan permasalahan” [Maqayis Al-Lughah, 5/369]

Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah berkata:

معنى الحديث: أن تنفيس الله تعالى عن المؤمنين يكون من أهل اليمن

“Makna hadits ini bahwa Allah ta’ala memberikan jalan keluar bagi orang-orang beriman melalui penduduk Yaman” [Al-Qawa’id Al-Mutslaa hal. 51]

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata:

وهؤلاء هم الذين قاتلوا أهل الردةوفتحوا الأمصار، فبهم نَفَّسَ الرحمن عن المؤمنين الكربات

“Mereka (penduduk Yaman -pen) lah yang memerangi orang-orang murtad, menaklukkan negeri-negeri dan dengan sebab mereka, Ar-Rahman memberikan jalan keluar bagi orang-orang beriman dari berbagai kesempitan dan permasalahan” [Majmuu’ Al-Fatawaa, 6/398]

Al-Imam Muslim rahimahullah membuat judul bab dalam kitab Shahih-nya:

باب تفاضل أهل الإيمان فيه ورجحان أهل اليمن فيه

“Bab Ahlul-iman Memiliki Iman yang Bertingkat-tingkat dan Kekokohan
Penduduk Yaman dalam Iman” [Shahih Muslim:  Kitab Al-Iman]

Atau dengan ungkapan yang lebih tepat, judul bab dalam kitab Shahih Muslim yang tercetak sekarang dibuat oleh An-Nawawi rahimahullah sebagaimana diterangkan oleh guru kami Asy-Syaikh Abdul Muhsin Al-Abbad hafizhahullah di berbagai majelisnya. Allahua'lam

Kemudian Al-Imam Muslim menyebutkan riwayat berikut: dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

قد جاء أهل اليمن أرق الناس أفئدة الإيمان يمان والفقه يمان والحكمة يمانية

“Penduduk Yaman datang kepada kalian, hati mereka paling lembut diantara manusia. Iman berada di Yaman, fiqih berada di Yaman dan hikmah (dimiliki oleh penduduk) Yaman” [HR. Al-Bukhari no. 4129, Muslim no. 52 dan At-Tirmidzi no. 3935]

Al-Baghawi rahimahullah berkata:

هَذَا حَدِيثٌ مُتَّفَقٌ عَلَى صِحَّتِهِ أَخْرَجَاهُ مِنْ طُرُقٍ ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَة

“Hadits ini telah disepakati keshahihannya, dikeluarkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dari berbagai jalan dari Abu Hurairah” [Syarhus Sunnah, 1/957]

Dalam riwayat lain disebutkan:

أتاكم أهل اليمن هم ألين قلوباً وأرق أفئدة، الإيمان يمان والحكمة يمانية، رأس الكفر قبل المشرق

“Penduduk Yaman datang kepada kalian, hati mereka paling lembut dan penyayang. Iman berada di Yaman, hikmah (dimiliki oleh penduduk) Yaman, sedangkan pokok kekufuran berada di arah Timur”

Asy-Syaikh Muhammad Al-Amiin Asy-Syinqithi rahimahullah berkata:

"الإيمان يمان" أي: يتأخر الإيمان بها بعد فقده من جميع الأرض

“Iman berada di Yaman, maknanya iman akan keluar terakhir dari Yaman setelah iman itu hilang dari seluruh wilayah bumi” [Adhwa’ul Bayaan, 1/26]

Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah berkata:

كان أهل المشرق يومئذ أهل كفر، فأخبر صلى الله عليه وسلم أن الفتنة تكون من تلك الناحية فكان كما أخبر، وأول الفتن كان من قبل المشرق فكان ذلك سبباً للفرقة بين المسلمين، وذلك ما يحبه الشيطان ويفرح به، وكذلك البدع نشأت من تلك الجهة

“Saat itu penduduk Timur merupakan orang-orang kafir, nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memberitahukan bahwa fitnah akan datang dari arah sana, maka terjadilah sebagaimana yang diberitakan oleh nabi. Fitnah pertama datang dari arah timur yang hal tersebut menjadi sebab perpecahan di antara kaum muslimin. Perpecahan sangat disukai setan dan membuat setan bergembira. Demikian pula bid’ah-bid’ah muncul dari arah sana.” [Fathul Bari, 8/98]

Badruddin Al-Ainiy rahimahullah berkata:

إنما أشار عليه الصلاة والسلام إلى المشرق لأن أهله يومئذ أهل كفر فأخبر أن الفتنة تكون من تلك الناحية، وكذا وقع فكان وقعة الجمل ووقعة صفين ثم ظهور الخوارج في أرض نجد والعراق وما وراءها من المشرق، وكان أصل ذلك كله وسببه قتل عثمان بن عفان رضي الله عنه، وهذا علم من أعلام نبوته صلى الله عليه وسلم

“Alasan nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berisyarat ke arah Timur, karena penduduk Timur saat itu adalah orang-orang kafir. Nabi memberitahukan bahwa fitnah akan muncul dari arah sana. Demikian pula di sana lah terjadi perang Jamal, perang Shiffin, munculnya Khawarij di Najd, Irak, serta berbagai wilayah lain di arah Timur. Pokok dari itu semua merupakan sebab terbunuhnya Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu. Inilah diantara bukti dari sekian banyak bukti kenabian beliau shallallahu ‘alaihi wasallam. [Umdatul Qari’, 35/156]

Al-Imam Ath-Thabrani rahimahullah meriwayatkan hadits dengan redaksi yang berbeda, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

جاء الفتح ونصر الله وجاء أهل اليمن

“Penaklukan dan pertolongan Allah telah datang, penduduk Yaman telah datang.”

Seorang laki-laki bertanya:

يا رسول الله، وما أهل اليمن؟

“Wahai Rasulullah, siapakah penduduk Yaman?”.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

قوم رقيقة قلوبهم لينة قلوبهم، الإيمان يمان والفقه يمان

“Kaum yang memiliki hati lembut dan penyayang. Iman berada di Yaman dan fiqih berada di Yaman” [HR. Ath-Thabrani no. 11903]

Al-Haitsami rahimahullah berkata:

رواه الطبراني في الكبير والأوسط بأسانيد، وأحد أسانيد رجاله رجال الصحيح

“Ath-Thabrani meriwayatkan hadits itu dalam Al-Kabiir dan Al-Ausath dengan sanad-sanadnya. Seluruh perawi dalam salah satu sanadnya adalah perawi kitab Shahih (Al-Bukhari dan Muslim –pen)” [Majma’ Az-Zawa’id, 9/26]

Allahua’lam, semoga bermanfaat

Ditulis oleh Abul-Harits di Madinah, 9 Shafar 1436

Darah hitam syiah (Sejarah Suram Aliran Syiah Sepanjang Masa)

Pasca wafatnya Hasan Al Askari (yang dinobatkan sebagai imam ke-11 oleh mereka), Syiah memasuki masa kebingungan besar yang terkenal dalam sejarah dengan periode hairatusy syiah. Dalam masa tersebut mereka saling terpecah menjadi banyak firqah (sekte), dan setiap firqah memoles agamanya semaunya demi mendapat keuntungan politis yang lebih baik dan konon firqah yang paling terkenal adalah firqah itsna asyariyah (12 imam),

Namun firqah Itsna Asyariah ini bukanlah satu-satunya di lapangan, di sampingnya juga tumbuh firqah lain yang lebih berbahaya. Munculnya firqah yang satunya ini pernah menjadi malapetaka bagi umat Islam. Firqah ini bernama Ismailiyyah.

Syiah Ismailiyah telah sesat terlampau jauh hingga mayoritas ulama mengeluarkannya dari Islam. Munculnya sekte Ismailiyah adalah lewat skenario hebat seorang Yahudi yang ingin membuat makar bagi umat Islam, orang tersebut bernama Maimun Al Qaddah.

Mulanya orang ini menampakkan diri sebagai muslim dan mendekati Muhammad bin Ismail bin Jafar Ash Shadiq, bahkan berteman akrab dengannya. Muhammad bin Ismail termasuk ahlul bait, karena merupakan cucu dari Jafar Ash Shadiq, imam keenam kaum Syiah Itsna Asyariyah. Ayahnya adalah Ismail, saudara Musa Al Kazhim yang notabene imam ketujuh menurut Syiah Itsna Asyariyah.

Maimun telah melakukan sesuatu yang luar biasa, yang menunjukkan betapa jahatnya makar dia terhadap umat Islam. Tujuan makar tersebut ialah menghancurkan Islam walau sekian abad kemudian setelah kematiannya! Maimun menamakan anaknya dengan nama anak Muhammad bin Ismail, yaitu Abdullah. Ia berwasiat kepada sang anak agar kelak menamai anak cucunya dengan nama-nama anak cucu Muhammad bin Ismail. Hingga suatu ketika nanti kaum Yahudi tersebut akan mengklaim dirinya sebagai ahlul bait anak cucu Muhammad bin Ismail bin Jafar Ash Shadiq!
Bahkan tidak sekedar itu, mereka kelak akan mengklaim bahwa Al Imamah Al Kubra (kepemimpinan terbesar) yang seharusnya memimpin umat Islam seluruhnya, haruslah dari keturunan Ismail bin Jafar Ash Shadiq, bukan dari keturunan Musa Al Kazhim bin Jafar Ash Shadiq sebagaimana yang diklaim oleh Syiah Itsna Asyariyah. Maimun si Yahudi akhirnya mendapatkan cita-citanya firqah Ismailiyah pun berkembang, dan anak cucunya mulai meracik pemikiran dan keyakinan sesat mereka yang bertentangan dari A-Z dengan akidah Islam. Keyakinan terburuk mereka di antaranya ialah bahwa Allah menitis kepada Imam mereka saat itu, hingga mereka menganggapnya sebagai Ilah.

Mereka juga meyakini adanya reinkarnasi arwah, alias bahwa arwah yang telah tiada, lebih-lebih arwah para imam akan hidup kembali di tubuh orang lain yang masih hidup. Mereka meyakini bahwa semua imam mereka akan kembali ke dunia setelah wafat. Di samping itu mereka juga sangat liberal dan menganggap halal semua maksiat. Mereka terang-terang menghujat sahabat, bahkan menghujat Rasulullah yang kepadanya mereka menisbatkan diri.
Di antara misi terbesar mereka ialah melakukan pembunuhan tersembunyi terhadap tokoh-tokoh Ahlussunnah wal Jamaah di dunia Islam, dan kami akan menjelaskan betapa besar sepak terjang mereka selanjutnya.

Dakwah Ismailiyah dengan segala pemikiran merusaknya pun semakin marak. Ia tersebar di tengah-tengah kaum muslimin yang bodoh dan memanfaatkan kecintaan masyarakat terhadap ahlul bait. Mereka berhasil meyakinkan sejumlah orang bodoh tadi bahwa mereka adalah anak cucu Rasul (?)! Sejumlah besar orang keturunan Persia juga terlibat dalam dakwah mereka yang menampakkan keislaman, namun menyembunyikan kemajusian.

Di antara orang Persi tadi adalah Husein Al Ahwazi, yang tergolong pendiri dan dai Ismaiiliyah paling terkenal. Ia konon beraktivitas di wilayah Basrah, dan di sana ia berkenalan dengan tokoh yang sangat jahat dalam sejarah Islam, namanya Hamdan bin Asyats.

Orang terakhir ini asal usulnya masih diperselisihkan ada yang bilang bahwa ia majusi asal Persia, namun ada yang bilang dia yahudi asal Bahrain. Hamdan bin Asyats lalu menjuluki dirinya dengan nama Qirmith, dan seiring dengan berjalannya waktu ia membentuk kelompok khusus yang dinisbatkan kepadanya. Kelompok ini bernama Qaramithah yang merupakan cabang dari Ismailiyah meski sebenarnya lebih berbahaya lagi.

Sekte Qaramithah meyakini bahwa harta dan wanita adalah milik bersama. Mereka menghalalkan semua kemunkaran seperti pembunuhan, perzinaan, pencurian dan merekalah yang bertindak sebagai perampas, perampok, dan penyamun. Lalu secara ikut-ikutan, seluruh penyamun dan pemberontak pun bergabung dengan mereka, hingga mereka menjadi salah satu firqah yang paling berbahaya dalam sejarah umat Islam.

Semua perkembangan ini dan perkembangan-perkembangan lain yang belum dijelaskan terjadi di paruh kedua abad 3 hijriyah. Kemudian setelah itu muncul lagi firqah-firqah besar yang masing-masing mengaku paling benar. Mereka saling berselisih dalam hal akidah, prinsip, hukum-hukum dan semuanya. Ketiga firqah tadi; yaitu Syiah Itsna Asyariyah, Syiah Ismaiiliyah, dan Syiah Qaramithah, sama-sama memusuhi Ahlussunnah di samping juga saling bermusuhan satu sama lain karena tidak puas dengan keyakinan pihak lain. Hal ini wajar mengingat ketiganya tumbuh dari hawa nafsu dan bidah dalam agama.

Sampai periode ini, semua firqah tadi sekedar gerakan-gerakan yang menimbulkan kekacauan dalam tubuh umat Islam, dan belum memiliki kekuasaan yang mampu mengatur jalannya sejarah. Tapi seiring berakhirnya abad ketiga hijriyah dan permulaan abad keempat, kondisi mulai berubah drastis dan menimbulkan dampak yang sangat berbahaya

Konon yang paling awal mencapai kekuasaan dari ketiga firqah tadi adalah sekte Qaramithah, mengingat mereka lah yang paling ganas dan buas. Salah seorang dai mereka yang bernama Rustum bin Husein berhasil mendirikan daulah Qaramithah di Yaman. Ia lalu menyurati orang-orang di berbagai tempat dan mengajak mereka kepada akidahnya. Bahkan suratnya ada yang sampai ke wilayah Maghrib (Maroko & sekitarnya)! Akan tetapi daulah ini segera lenyap seiring dengan munculnya Qaramithah model lain, yaitu di Jazirah Arab, tepatnya di wilayah Bahrain (Bahrain tempo dulu bukan kerajaan Bahrain yg ada sekarang, tapi mencakup sebelah timur Jazirah Arab). Di wilayah ini berdirilah daulah Qaramithah yang sangat mengancam eksistensi kaum muslimin. Mereka melakukan pembantaian terhadap jemaah haji, dan yang paling sadis di antaranya ialah serbuan mereka ke Masjidil Haram saat hari tarwiyah (8 Dzulhijjah) tahun 317 H. Di sana mereka membantai jemaah haji dalam mesjid, dan mencuri Hajar Aswad setelah menghancurkannya!

Mereka lalu mengirim Hajar Aswad tadi ke ibukota daulah mereka di daerah Hajar, timur jazirah Arab dan Hajar Aswad tetap berada di sana selama 22 tahun penuh, hingga akhirnya dikembalikan ke Kabah tahun 339 H!

Sedangkan sekte Ismailiyah mendapatkan bumi maghrib sebagai lahan subur mereka. Di sana pemikiran Rustum bin Husein yang tadinya menguasai Yaman mulai berkembang. Hal itu terjadi lewat seseorang yang bernama Abu Abdillah Asy Syii. Kita sama-sama tahu bahwa kedua sekte alias Ismailiyah dan Qaramithah sama-sama menganggap Ismail bin Jafar Ash Shadiq sebagai imam; karenanya, salah seorang cucu Maimun Al Qaddah yang bernama Ubeidullah bin Husein bin Ahmad bin Abdillah bin Maimun Al Qaddah mendapat kesempatan emas untuk mendirikan daulah di Maghrib. Ia berangkat ke Maghrib dan bersama sejumlah pengikutnya mengumumkan berdirinya daulah Ismailiyah, lalu menjuluki dirinya dengan nama Al Mahdi. Ia mengaku sebagai imamnya ajaran Ismailiyah, dan mengaku sebagai anak cucu Ismail bin Jafar Ash Shadiq, dan mengatakan bahwa imam-imam sebelumnya dari leluhurnya hingga Ismail bin Jafar Ash Shadiq konon bersembunyi selama ini.

Ia berusaha menarik simpati masyarakat dengan menamakan daulahnya dengan daulah Fathimiyah, yang secara dusta mengaku keturunan Fathimah binti Rasulillah! Padahal asal usulnya adalah Yahudi!!

Dakwahnya berkembang pesat memanfaatkan kebodohan dan simpati masyarakat terhadap hakikat mereka. Mereka mulai melebarkan sayap kekuasaanya hingga mencakup Afrika Utara. Mereka menyebarkan berbagai bidah, kemunkaran, dan caci makian terhadap sahabat. Mereka mengatakan bahwa roh-roh dapat menitis dan reinkarnasi, dsb. Ekspansi daulah ini berhasil menguasai Mesir pada tahun 359 H, lewat salah seorang panglima mereka yang bernama Jauhar As Siqilli Al Ismailiy di masa Al Muizz lidienillah Al Ubeidy. Inilah nama yang tepat untuk mereka: al ubeidy, nisbat kepada Ubeidillah Al Mahdi; dan bukannya al Fathimiy!

Al Muizz lidienillah Al Ubeidy lalu masuk ke Mesir dan mendirikan kota Cairo. Ia juga menguasai mesjid Al Azhar demi menyebarkan faham Syiah Ismailiyah di sana. Ia membantai ulama-ulama Ahlussunnah dan menampakkan caci makian terhadap para sahabat. Hal itu terus dilanjutkan oleh imam-imam Ismailiyah setelahnya. Bahkan sebagian dari mereka lebih gila lagi dengan mengaku sebagai Ilah, seperti Al Haakim biamrillah. Mereka konon banyak membangun mesjid untuk menyebarkan pemikiran mereka. Mereka tetap menguasai Mesir, Syam, dan Hijaz selama dua abad, hingga kebusukan mereka akhirnya dihapus oleh Shalahuddien Al Ayyubi pada tahun 567 H, dan beliau membebaskan Mesir dari kekuasaan sekte Ismailiyah.

Adapun firqah ketiga yaitu sekte Itsna Asyariyah, meskipun sarat dengan berbagai macam bidah, mereka relatif lebih ringan bahayanya dibanding dua firqah sebelumnya. Mereka mengaku beriman kepada Allah (?) kepada Rasul-Nya (?) dan kepada hari kebangkitan, namun membikin bidah-bidah dan kemunkaran besar yang menjijikkan dalam agama. Sebagian dai mereka berhasil merasuki sejumlah keluarga besar di wilayah Persia dan Irak, hingga akibatnya mereka dapat mencapai kekuasaan di berbagai daerah.

Mereka berhasil merasuki keluarga Bani Saman yang berasal dari Persia hingga keluarga ini menjadi syiah, dan mereka konon menguasai banyak wilayah di Persia (Iran yg sekarang). Daulah Bani Saman ini berlangsung sejak tahun 261 H hingga 389 H, akan tetapi kesyiahan mereka baru nampak di awal abad keempat hijriyah kira-kira.

Mereka juga merasuki keluarga Bani Hamdan yang berasal dari Arab, dari kabilah Bani Tighlab yang mulanya menguasai wilayah Mosul di Irak sejak tahun 317 H hingga 369 H. Kekuasaan mereka terus berkembang hingga meliputi kota Halab (Aleppo, Suriah) pada tahun 333 hingga 392 H. Sedangkan penetrasi mereka yang paling berbahaya ialah terhadap keluarga Bani Buwaih yang berasal dari Persia. Mereka berhasil mendirikan sebuah daulah di wilayah Persia, lalu berkembang hingga akhirnya menguasai khilafah Abbasiyah tahun 334 H, dengan tetap membiarkan Khalifah Bani Abbas di pusatnya agar tidak memicu pemberontakan kaum muslimin Ahlussunnah terhadap mereka. Selama lebih dari seratus tahun penuh mereka menguasai khilafah Abbasiyah, dari tahun 334 hingga 447 H, hingga muncullah orang-orang Turki Seljuk yang bermazhab Ahlussunnah, dan menyelamatkan Irak dari kekuasaan syiah ini.

Dalam rentang waktu tersebut, kaum syiah menampakkan betapa besar dendam mereka terhadap ulama-ulama Ahlussunnah dan khalifah mereka. Mereka bahkan menulis caci-makian terhadap sahabat di gerbang-gerbang mesjid. Mereka bahkan mencaci Abu Bakar dan Umar secara nyata dalam khutbah-khutbah mereka, dan ini merupakan periode yang sangat menyedihkan dalam sejarah kita umat Islam.

Sebagaimana yang kita saksikan, abad keempat memang murni abad syiah. Kaum Syiah Buwaihiyun berhasil menguasai sejumlah wilayah Iran dan seluruh wilayah Irak. Sedangkan kaum Samaniyun menguasai Iran timur, sejumlah wilayah Afghanistan dan timur dunia Islam. Adapun Hamdaniyun menguasai wilayah antara Mosul hingga Aleppo, dan Qaramithah menguasai timur Jazirah Arab, dan kadang-kadang sampai ke Hijaz, Damaskus, dan Yaman. Adapun daulah Ubeidiyyah (yang sering disebut Fathimiyah), maka lebih liar lagi mereka berhasil menguasai Afrika Utara bahkan mencaplok Palestina, Suriah dan Lebanon!

Di akhir abad keempat hijriyah, daulah Qaramithah runtuh. Lalu di pertengahan abad kelima hijriyah (th 447), daulah Bani Buwaih juga sirna. Sedangkan daulah Ismailiyah Ubeidiyah tetap eksis hingga pertengahan abad keenam (th 567 H), dan dengan begitu dunia Islam kembali ke kuasaan Ahlussunnah di seluruh wilayahnya, meskipun dakwah kaum Syiah Itsna Asyariyah tetap ada di sejumlah wilayah Persia dan Irak, namun tanpa kekuasaan.

Kondisi tetap seperti itu hingga tahun 907 H, ketika Ismail Ash Shafawi mendirikan daulah Syiah Shafawiyah Itsna Asyariyah di Iran. Istilah shafawiyah ialah nisbat kepada leluhurnya yang bernama Shafiyuddin Al Ardabiliy, seorang keturunan Persia yang wafat tahun 729 H. Daulah ini semakin melebarkan kekuasaannya, dan menjadikan kota Tabriz (yg terletak di barat laut Iran sekarang) sebagai ibukotanya. Daulah Shafawiyah terlibat perang sengit dengan tetangganya, yaitu Khilafah Turki Utsmani yang bermazhab Sunni. Kaum Shafawiyyin bahkan bersekutu dengan orang-orang Portugis untuk melawan Utsmaniyyin dan berhasil menduduki sejumlah wilayah di Irak yang semula dikuasai Utsmaniyyin. Mereka hampir berhasil menyebarkan faham syiah di sana, kalau saja Sultan Turki Utsmani yang bernama Saliem I berhasil mengalahkan mereka dalam sebuah pertempuran besar yang bernama Perang Jaldeiran tahun 920 H. Sultan Saliem I berhasil memukul telak mereka dan mengusir mereka dari Irak.

Hari-hari terus berlalu dan perseteruan berlanjut antara Shafawiyyin dan Utsmaniyyin. Sebagian besar pertempuran mereka terpusat di bumi Irak, dan hal ini berlanjut selama lebih dari dua abad. Daulah Shafawiyah berkuasa di Iran sejak tahun 907-1148 H, kemudian jatuh pada pertengahan abad ke-18 masehi, tepatnya tahun 1735. Akibatnya, Iran terpecah menjadi beberapa wilayah yang diperebutkan antara Turki Utsmani, Rusia, Afghanistan dan beberapa panglima perang bawahan Sultan Abbas III, yang merupakan Sultan terakhir daulah Shafawiyah.
Daulah Utsmaniyah pun mulai memasuki periode lemahnya ia dikeroyok oleh kaum Eropa dan Rusia, dan hal ini mengakibatkan lemahnya kekuasaan Utsmani terhadap wilayah barat Iran. Wilayah ini silih berganti dipimpin oleh banyak pemimpin, namun mereka selalu loyal kepada orang Barat. Sesekali mereka loyal kepada Inggeris yang menguasai India dan Pakistan, sesekali kepada Perancis, dan di lain waktu kepada Rusia.

Pada tahun 1193 H/1779 M, Agha Muhammad Gajar mengambil alih kekuasaan di Iran. Ia berasal dari keturunan Persia dan bermazhab syiah meski cenderung kepada sekulerisme. Dia tidak mengajak orang kepada mazhab Itsna Asyariyah dan tidak memerintah dengan ajaran tersebut. Kekuasaan Iran silih berganti dipegang oleh anak cucunya dengan luas wilayah yang mengalami pasang-surut. Mereka konon menggunakan gelar Shah, hingga keluarga ini jatuh saat Reza Pahlevi mengadakan pemberontakan terhadap mereka tahun 1343 H/1925 M.

Reza Pahlevi lalu mengumumkan dirinya sebagai Shah Iran atas bantuan Inggeris. Akan tetapi Inggeris lalu menjatuhkannya tahun 1941 M karena perselisihan di antara mereka. Inggeris mencopotnya dan menggantinya dengan puteranya yang bernama Muhamad Reza Pahlevi, yang menjadi penguasa sekuler Iran hingga tahun 1399 H/1979 M. Setelah itu bangkitlah Revolusi Syiah Itsna Asyariyah yang dipimpin oleh Khomeini untuk mengembalikan kekuasaan syiah di wilayah Persia (Iran).

Demikianlah kisah kekuasaan syiah atas dunia Islam sejak munculnya firqah-firqah syiah hingga zaman kita sekarang. Dari ini semua, jelaslah bagi kita bahwa gerakan-gerakan syiah seluruhnya muncul dalam bentuk pemberontakan dan konfrontasi terhadap pemerintahan Sunni. Mereka selalu memakai baju agama dengan mengaku cinta kepada ahlul bait atau mengaku keturunan ahlul bait. Kita juga menyaksikan bahwa dalam seluruh periode tadi tidak pernah sekalipun terjadi pertempuran antara firqah-firqah syiah tadi dengan musuh-musuh Islam; baik terhadap kaum Salibis Rusia, Inggeris, Perancis dan Portugis, maupun terhadap kaum Tartar (Mongol) dan lainnya. Akan tetapi yang kita saksikan adalah kerjasama nyata yang terjadi berulang kali antara syiah dengan musuh-musuh Islam sepanjang sejarah.

Pun demikian, kita tidak menyalahkan generasi yang sekarang akibat kesalahan leluhur mereka, namun kita mendiskusikan akidah, pemikiran, dan manhaj mereka yang sama persis dengan akidah, pemikiran, dan manhaj leluhur mereka. Inilah problem utama dan akar masalahnya Selama mereka semua meyakini bahwa kepemimpinan harus dipegang oleh keturunan tertentu, dan meyakini bahwa Imam-imam mereka itu mashum, dan menghujat Abu Bakar, Umar, Utsman dan seluruh sahabat beserta ummahatul muminin selama itu semua masih mereka lakukan, maka kita tidak boleh berprasangka baik kepada mereka. Akan tetapi kita mesti mengatakan bahwa anak cucu masih mengikuti ajaran leluhurnya

Menurut Anda, bagaimana sikap kita terhadap syiah? Bagaimana kita harus bermuamalah dengan mereka? Adakah sebaiknya kita diamkan mereka atau kita jelaskan apa adanya? Apakah sebaiknya kita acuhkan masalah ini ataukah kita pelajari? Inilah yang akan kita bahas dalam tulisan berikutnya

Semoga Allah memuliakan Islam dan kaum muslimin
Penulis: Dr. Ragheb Sirjani
Penerjemah: Abo Hozaifah Al Atsary

Wilayah-Wilayah Ismailiyah

Pertama kali ajaran Ismailiyah muncul pada tahun 268 H di wilayah Yaman.[24] Dalam waktu yang relatif singkat, Ismailiyah berhasil membentuk pemerintahan setelah terpisahnya dari induk Syiah. Ismailiyah berhasil membentuk Dinasti Fathimiyah di Mesir. Setelah terjadi perpecahan di dalam, kemudian berdiri pemerintahan Nazariyah di Al-Maut. Mereka melakukan perlawanan serius terhadap Bani Abasiyah dari timur sampai barat.[25]

Syiah, dari dahulu hingga kini, dan bagaimana sikap kita terhadap mereka

III.Perkembangan Syiah dari dahulu hingga sekarang

Setelah Al-Hasan Al-‘Askari (Imam Syiah ke-sebelas) meninggal (260 H), Syiah pecah menjadi beberapa kelompok, dan setiap kelompok Syiah memiliki ajaran masing-masing. Dan diantaranya yang paling terkenal adalah kelompok Syiah Itsna ‘Asyariyah, tetapi ada lagi kelompok yang paling berbahaya diantara kelompok Syiah, yaitu Syiah Ismailiyah dan Syiah Al-Qoromitoh.

Syiah Ismailiyah berdiri atas usaha seorang Rahib Yahudi yang ingin menyesatkan ummat Islam, yaitu Maimun Al-Qoddah. Dia mengaku bahwa dia adalah seorang muslim, padahal tidak. Dia selalu bersahabat dengan Muhammad bin Ismail bin Ja’far As-Shidiq.

Maimun memiliki taktik yang sangat picik dalam menyebarkan Syiah Ismailiyah, diantaranya:

a) Memberi nama anaknya dengan nama Muhammad (Abdullah), agar suatu saat ummat Yahudi mengklaim bahwa anak Maimun Al-Qoddah adalah keturunan Muhammad bin Ismail bin Ja’far As-Shodiq (termasuk keturunan dari Rasulullah).

b) Syiah Ismailiyah mengklaim juga bahwa yang berhak atas kepemimpinan Daulah Islam harus dari keturunan Ismail Ja’far As-Shodiq.

c) Banyak dari ajaran Syiah Ismailiyah dibuat oleh Maimun Al-Qoddah yang sangat menyimpang dari ajaran Islam sebenarnya.

d) Diantara ajaran menyimpang itu adalah Syiah Ismailiyah menuhankan Imam mereka.

e) Bukan hanya itu saja, mereka juga tidak menganggap akan peran sahabat Nabi, bahkan mereka menghina Rasulullah Saw, tetapi dilain sisi, mereka menyatakan bahwa mereka adalah keturunan Nabi Saw.

f) Dan yang paling keji dari perbuatan mereka, dengan membunuh kebanyakan ulama ahli Sunah di beberapa daerah Islam.

Beberapa petinggi Syiah Ismailiyah yang memiliki peran penting dalam menyebarkan ajaran mereka, yaitu Husein Al-Ahwazy (dia termasuk pendiri ajaran Syiah Ismailiyah), dan bertugas di Busroh, Irak. Juga Hamdan bin Asy’at, tapi ada yang mengatakan bahwa dia bukan muslim, melainkan Majusi Faris (Iran sekarang), dan ada juga yang mengatakan bahwa dia adalah seorang Yahudi Bahrain. Julukan bagi Hamdan ketika itu “Qurmut”, yang nanti akan menjadi nama kelompok “Al-Qoromitoh”, cabang dari Syiah Ismailiyah.

Syiah Al-Qoromitoh adalah kelompok yang paling dekat dengan pencapaian penguasaan atas Daulah, tidak lain karena atas usaha Rustam bin Husein yang menyebarkan ajaran ini di Yaman, serta membuat Daulah Qoromitoh di sana. Dari sanalah tersebar ajaran ini ke Magrib dan Bahrain.

Salah satu perbuatan mereka yang amat tercela adalah pembunuhan atas jamaah Haji, penghancuran Masjidil Haram, di hari At-Tarwiyah pada tahun 317 Hijriah, serta pencurian Hajar Aswad dari Ka’bah ketika itu. Hajar Aswad tersebut ditaruh di Ibukota Syiah Al-Qoromitoh selama 22 tahun, lalu pada tahun 339 Hijriah, dikembalikannya kepada tempat asalnya, Ka’bah.

Kelompok selanjutnya, Syiah Ismailiyah yang menjadikan salah satu daerah di Magrib, serta menganggap daerah itu cocok untuk menyebarkan ajaran mereka, dan pengusungnya Abu Abdillah As-Syi’i. Di sinilah asal mulanya Daulah Syiah sebenarnya, setelah mengangkat Ubaidillah bin Al-Husein bin Ahmad bin Abdullah bin Maimun Al-Qoddah menjadi Imam Mahdi bagi mereka. Bahkan mereka menganggap bahwa para imam sebelum Ubaidillah (keturunan Ismail bin Ja’far As-Sodiq) terhapus. Lalu mereka membuat Daulah baru dengan nama “Al-Fatimiyah”, diambil dari Sayyidah Fatimah binti Rasulullah Saw.

Daulah Fatimiyah (Syiah Ismailiyah) menyebarkan ajarannya dan wilayah kekuasaan ke bagian utara Afrika (Mesir) atas usaha komandan perang mereka, Jauhar As-Soqli Al-Ismaili di zaman Mu’iz Al-‘Abidi memimpin Syiah (Seharusnya bukan Daulah Fatimiyah, tapi Daulah “Al-‘Abidi”). Setelah itu didirikanlah kota Kairo, serta Masjid Azhar, dan dari sanalah tersebar Syiah Ismailiyah ke seluruh Mesir, Hijaz, dan Syam. Penyebaran Syiah Ismaliyah pesat sekali, hingga terhapusnya ajaran tersebut di zaman kekuasaan Solahuddin Al-Ayyubi tahun 567 Hijriah.

Kelompok selanjutnya adalah kelompok Syiah Itsna ‘Asyar, dari inilah muncul banyak kelompok hingga sekarang, seperti kelompok Bani Saman (kelompok asli Faris/Iran) yang berkuasa di Iran dari tahun 261 Hijriah hingga 389 Hijriah, dan Bani Hamdan (kelompok asli Arab dari Kabilah Bani Tagollub) yang berkuasa di Irak dari tahun 317 Hijriah hingga 369 Hijriah, diteruskan dengan kelompok Halab dari tahun 333 Hijriah hingga 392 Hijriah. Dan kelompok setelah itu Bani Bawaih (kelompok asli Faris) yang berkuasa di Iran pada saat Daulah Abbasiyah tahun 334 Hijriah. Iran ketika itu berada di bawah naungan Daulah Abbasiyah hingga tahun 447 Hijriah sampai berganti Daulah As-Salajiqoh As-Sunah. Karena besarnya pengaruh dan kekuasaan Daulah Sunnah atas negeri Iran yang cukup lama, maka mereka memiliki dendam atas daulah tersebut sehingga banyak penghinaan atas para sabahat Nabi Saw di setiap pintu Masjid, dan pelecehan terhadap Abu Bakar dan Umar bin Khatab di setiap khutbah mereka.

Di penghujung abad ke-empat Hijriah, hilanglah Daulah Al-Qoromitoh, dan di tahun 447 Hijriah, dan juga lenyapnya Daulah Bani Bawaih. Sedangkan Ismailiyah Al-Abidiyyun masih bertahan hingga tahun 567 Hijriah, tapi setelah itu hilanglah juga daulah mereka. Selepas itu, kembalilah Ajaran Islam yang hakiki di beberapa daerah Islam, walaupun masih ada pengaruh Syiah Itsna ‘Asyariah di Iran dan Irak.

Pada tahun 907 Hijriah, berdirilah kelompok Syiah Ismail As-Sofi, dan juga dia mendirikan Daulah As-Sofwiyah As-Syi’iyah Al-Itsna ‘Asyariah di Iran, serta menjadikan kota Tibriz Ibukota daulah mereka. Pada tahun 920 Hijriah, terjadi peperangan sengit antara Daulah Islam Utsmaniyah dengan Daulah As-Sofwiyah, dan kemenangan berada pada Daulah Utsmaniyah atas Irak ketika itu.

Pada tahun 1735 Masehi, jatuhlah Daulah As-Sofwiyah dan pecah menjadi beberapa kelompok kecil Syiah di Iran.
Sekarang Iran masih dibawah naungan ajaran Syiah yang diketuai oleh Al-Khumaeni As-Syi’iyah Itsna Asyar.

VI. Cerita Yaman

Yaman adalah salah satu daerah yang masyarakatnya beriman dan masuk ajaran Islam ketika zaman Rasulullah Saw. Dan masyarakat Yaman juga memiliki andil besar dalam setiap Futuhul Islamiyyah. Tidak hanya itu saja, Yaman adalah salah tempat yang menjadi gudang ilmu bagi kebanyakan pelajar, hingga banyak dari mereka yang belajar kesana, seperti Imam Ahmad Hanbali.

Pada tahun 199 Hijriah, yaitu pada zaman Khalifah Al-Ma’mun, ada seorang Syiah Zaidiyah, Muhammad bin Ibrohim Thobathiba dari Kufah, Irak, yang mengutus anak pamannya, Ibrohim bin Muhammad ke Yaman agar ajaran mereka tersebar luas.

Dan kita sudah tidak asing lagi dengan ajaran Syiah Zaidiyah, yang didirikan oleh Zaid bin Husein bin Ali bin Abi Thalib. Hanya golongan inilah yang tidak melenceng aqidahnya satupun dari ahli sunnah (ketika itu). Mereka berpedoman kepada Al-Qur’an dan hadist dalam sehari-harinya, hanya saja, mereka memiliki pandangan berbeda dalam keutamaan Khalifah. Karena menurut mereka Ali bin Abi Thalib yang lebih pantas atas khilafah daripada Abu Bakar As-Sidiq, Umar bin Khatab, dan Ustman bin Affan. Tetapi mereka tetap menghormati ketiga sahabat Nabi Muhammad Saw.

Begitu pula kelompok Syiah Zaidiyah tetap solat berjamaah dengan ummat muslim lainnya, dan tetap menghormati semua sahabat Nabi Saw, dan mereka tidak mengikuti satupun dari mazhab Syiah Itsna ‘Asyar. Bahkan penulis kitab “Nailul Author”, Imam Syaukani, adalah seorang penganut Syiah Zaidiyah Yaman. [7]

Kita kembali kepada cerita Kholifah Al-Ma’mun (ketika itu masih zaman Daulah Abbasiyah) yang berhasil melumpuhkan kekuatan revolusi Syiah Zaidiyah di Kufah (atas prakasa Muhammad bin Ibrohim Thobathiba), tetapi Kholifah Al-Ma’mun belum berhasil melumpuhkan Syiah Zaidiyah di Yaman (yang ketika itu diketuai oleh Ibrohim bin Muhammad).

Maka Kholifah Al-Ma’mun melakukan diplomasi dengan Ibrohim bin Muhammad, untuk membolehkan Syiah Zaidiyah di Yaman, dengan syarat tetap berada di bawah naungan Daulah Abbasiyah.

Pada tahun 284 Hijriah, Yahya bin Husein Ar-Rusi bisa mendirikan daulah Zaidiyah di Yaman dikenal dengan “Daulah Bani Ar-Rusi” (Daulah A’immah), karena ketika itu lemahnya pengaruh dan kekuasaan daulah Abbasiyah atas daerah kekuasaannya.

Seiring berjalannya waktu, pengaruh Syiah Ismailiyah yang dahulu tidak ada di Yaman, mulai tersebar dikit demi sedikit, yaitu di daerah Selatan Yaman. Kita sudah mengenal bahwa ajaran Syiah Islamiliyah adalah ajaran yang sangat menyimpang dari ajaran Islam. Penyebaran ini terjadi pada tahun 290 Hijriah, dan ajaran mereka hilang begitu saja dengan cepat pada tahun 304 Hijriah.

Pada abad ke-5 Hijriah, jatuh pula Daulah Al-Ya’fariyah (daulah aliran sunni yang berpisah dari daulah Abbasiyah di Yaman sebelum daulah Bani Ar-Rosi). Dan pada abad itu juga makin lemahnya pengaruh daulah Zaidiyah. Dari sinilah dilanjuti oleh daulah An-Najahiyyin (dari tahun 403 Hijriah hingga 555 Hijriah). Begitu pula muncul beberapa daulah Ismailiyah yang berbahaya, yaitu daulah Bani Solih (dari tahun 439 Hijriah hingga 532 Hijriah). Dan daulah Bani Zari’ (dari tahun 467 Hijriah hingga 569 Hijriah). Dan juga daulah Bani Hatim (dari tahun 533 Hijriah hingga 569 Hijriah). Dari kesemua daulah Ismailiyah di Yaman berada dibawah naungan Daulah Abidiyah (Daulah Fathimiyah) di Mesir dan Syam, hingga jatuhnya Daulah Fathimiyah oleh Solahuddin Al-Ayyubi (pada tahun 567 Hijriah).

d) Sesungguhnya sejarah juga telah menyatakan, bahwa daulah Syiah sejak dahulu tidak pernah mengusik dan memerangi non-muslim. Diantaranya:

v Daulah Syiah Al-Bawihiyyah tidak memerangi daulah Bizantium Nasrani, tetapi malah memerangi daulah Abbasiyah Sunni.

v Daulah Syiah Al-‘Abidiyah (Daulah Fatimiyyah) tidak memerangi pasukan salib Kristen di Andalusia Utara, melainkan membantu mereka dalam memerangi Daulah Abdurrohman An-Nashir Sunni di Andalusia Selatan.

v Daulah Syiah Al-‘Abidiyah di Mesir tidak memerangi pasuka salib Kristen ketika terjadi peperangan di Syam, maupun Palestina. Melainkan membantu mereka dalam memerangi pasukan Daulah As-Salajiqoh Sunni.

v Daulah Syiah As-Sofwiyyah tidak memerangi Prancis, Inggris, dan Rusia, melainkan memerangi Daulah Turki Utsmani.

[1] Adalah makalah sederhana yang disampaikan pada kajian regular Batavia Study Club. Senin, 13 Februari 2012, di Rumah KPJ, Nasr City, Kairo.
[2] Hamba Allah Swt yang masih tercatat sebagai mahasiswa al-Azhar Uneversity, tingkat III, Jurusan Aqidah wa al-Falsafah, fakultas Ushuluddin.
[3] Ketika terjadi musyawarah antara pihak Ali bin Abi Thalib (beliau mengutus Abu Musa Al-Asy’ari) dan Muawiyah bin Abi Sufyan (dia mengutus Amru bin ‘Ash) dalam penentuan khilafah.
[4] Kitabul Ilmi ‘an Rasulillah, bab “Al-Akhdzu bisunah wa ijtinabi al-bida’.”
[5] DR. Rogib Sarjani; “Syiah:Nidhol am Dholal”; hal. 58; Darul Kutub Al-Misriyyah; cetakan ke-2, tahun 2011.
[6] DR. Rogib Sarjani; “Syiah:Nidhol am Dholal”; hal. 88; Darul Kutub Al-Misriyyah; cetakan ke-2, tahun 2011.
[7] DR. Rogib Sarjani; “Syiah:Nidhol am Dholal”; hal. 93; Darul Kutub Al-Misriyyah; cetakan ke-2, tahun 2011.
[8] DR. Rogib Sarjani; “Syiah:Nidhol am Dholal”; hal. 130; Darul Kutub Al-Misriyyah; cetakan ke-2, tahun 2011.
[9] Surat Al-Anfal, ayat 39

277 H. Munculnya gerakan Al-Qaramithah beraliran Rafidhah di daerah kufah dibawah kendali Hamdan bin Asy’ats yang dikenal dengan julukan Qirmith.
278 H. Munculnya gerakan Al-Qaramithah beraliran Rafidhah di daerah Bahrain dan Ahsa’ yang dipelopori oleh Abu Sa’id Al-Janabi.
280 H. Munculnya kerajaan Zaidiyah beraliran Syi’ah di Sha’dah dan Shan’a daerah Yaman, dibawah kepemimpinan Al-Husein bin Al-Qasim Ar-Rasiy.
297 H. Munculnya kerajaan Ubaidiyin di Mesir dan Maghrib (Maroko) yang didirikan oleh Ubaidillah bin Muhammad Al-Mahdi.
317 H. Abu Thahir Ar-Rafidhi Al-Qurmuthi sampai dan memasuki kota Mekah pada hari tarwiyah (8 Dzulhijjah) lalu membunuh para jamaah haji di masjidil Haram serta mencongkel hajar Aswad dan membawanya ke tempat ibadah mereka di Ahsa’. Dan hajar Aswad itu berada disana sampai tahun 355 H. Kerajaan mereka tetap eksis di Ahsa’ hingga tahun 466 H. Pada tahun ini berdirilah kerajaan Hamdaniyah di Mousul dan Halab kemudian tumbang pada tahun 394 H.
329 H. Pada tahun ini Allah telah menghinakan kaum Rafidhah karena pada tahun ini dimulailah Ghaibah Al-Kubra atau menghilang selamanya. Menurut mereka, imam Rafidhah yang ke-12 telah menulis surat dan sampai kepada mereka yang bunyinya: “Telah dimulailah masa menghilangku dan aku tidak akan kembali sampai masa yang diizinkan oleh Allah, maka barangsiapa yang mengatakan bahwa dia telah berjumpa denganku maka dia adalah pendusta dan telah tertipu.” Semua ini mereka lakukan dengan tujuan menghindari akan banyaknya pertanyaan orang-orang awam kepada ulama mereka tentang keterlambatan Imam Mahdi keluar dari persembunyiannya.
320-334 H. Munculnya kerajaan Buwaihiyah beraliran Rafidhah di daerah Dailam yang didirikan oleh Buwaih bin Syuja’. Mereka membuat kerusakan-kerusakan di kota Baghdad, Iraq, sehingga orang-orang bodoh pada masa itu mulai berani memaki-maki para Sahabat Radhiyallahu ‘anhum.
339 H. Hajar Aswad dikembalikan ke Mekkah atas rekomendasi dari pemerintahan Ubaidiyah di mesir.
352 H. Pemerintahan Buwaihiyun mengeluarkan peraturan untuk menutup pasar-pasar pada tanggal 10 muharram dan meliburkan semua kegiatan jual beli. Lalu para wanita keluar rumah tanpa mengenakan jilbab dengan memukul-mukul diri mereka di pasar-pasar. Pada saat itulah pertama kali dalam sejarah diadakan perayaan kesedihan atas meninggalnya Husein bin Ali bin Abi Thalib.
358 H. Kaum Ubaidiyun beraliran Rafidhah menguasai Mesir. Salah satu pemimpinnya yang terkenal adalah Al-Hakim Biamrillah yang mengklaim dirinya sebagai Tuhan dan menyeru kepada ajaran reinkarnasi. Dengan runtuhnya kerajaan ini pada tahun 568 H muncullah gerakan Druz yang berfaham kebatinan.
402 H. Keluarnya pernyataan kebatilan nasab Fatimah yang digembar-gemborkan oleh penguasa kerajaan Ubaidiyah di Mesir dan menjelaskan ajaran mereka yang sesat dan mereka adalah zindiq dan telah dihukumi kafir oleh seluru ulama’ kaum muslimin.
(saifalbattar/syiahindonesia/arrahmah.com) Oleh Saif Al BattarAhad, 21 Rabiul Akhir 1434 H / 24 Februari 2013