Tuesday, February 27, 2018

Arab Saudi Protes Keras "Lantunan Anomali" Di Masjidil Haram. Fitnah Dari Timur (Tanduk Setan), Perusak Syariat Islam.



Saat Agama Jadi Mainan

Arab Saudi Protes Lantunan Banser "Yaa Lal Wathan" di Masjidil Haram

Pemerintah Arab Saudi melayangkan protes keras kepada KBRI Riyadh. Protes dilayangkan terkait lantunan "Yaa Lal Wathan" oleh sejumlah jemaah umrah Indonesia yang tengah menjalankan ibadah sa'i.
Menurut keterangan pers KBRI Riyadh, Dubes RI untuk Arab Saudi Agus Maftuh Abegebriel menyayangkan terjadinya aksi tersebut. Dia menjelaskan, apa yang dilakukan sejumlah jemaah umrah Indonesia itu tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Saudi.
"Jika ada ekspatriat Indonesia di Arab Saudi yang melakukan tindakan di luar kepatutan dan norma-norma yang berlaku, maka secara diplomatik yang akan diprotes pertama kali oleh Pemerintah Kerajaan Arab Saudi," sebut keterangan pers KBRI Riyadh kepada kumparan (kumparan.com), Selasa (27/2).
"Aksi di Mas'a tersebut berpotensi mengganggu hubungan diplomatik Indonesia - Arab Saudi yang saat ini sedang berada di masa keemasan," sambung mereka.
Dubes Agus pun mengimbau bagi seluruh WNI yang sedang atau akan berkunjung ke Arab Saudi, untuk mematuhi peraturan, dan norma-norma yang berlaku di negara tersebut.
"Untuk diketahui bersama, Pemerintah Kerajaan Arab Saudi melarang keras segala bentuk upaya yang mempolitisasi umrah dan haji," jelas keterangan pers tersebut.
Video yang sempat menjadi viral tersebut diunggah pertama kali oleh Politikus Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Guntur Romli.
"Selain bacaan-bacaan saat Sa'i, Jamaah Sorban (anSOR BANser) juga gelorakan Ya Lal Wathan...Indonesia biladi... Indonesia Negeriku... di Masjidil Haram Makkah," cuit Guntur Romli di akun Twitternya pada Sabtu (24/2).
Gerakan Pemuda (GP) Ansor merupakan organisasi kepemudaan yang berafiliasi pada Nahdlatul Ulama (NU). Sementara Banser atau Barisan Ansor Serbaguna adalah badan otonom dari GP Ansor.
Dalam video berdurasi 1 menit 37 detik, sejumlah jemaah memang tampak lantang melantunkan "Yaa Lal Wathan" sembari mengepalkan tangan ke udara. "Yaa Lal Wathan" seperti dikutip dari situs resmi NU adalah lagu karya salah satu pendiri NU, KH. Wahab Hasbullah.


Dubes Saudi Syeikh Osama: Sa'i sambil nyanyi tidak pantas dan tidak boleh, jangan terulang lagi

Duta Besar Arab Saudi untuk Indonesia, Syeikh Osama bin Muhammad Al Shuaibi menyampaikan bahwa ibadah Sa'i tidak boleh dicampuri dengan nyanyian atau senandung, meskipun itu lagu kebangsaan.

[Video - Pernyataan Dubes Saudi]
facebook.com/abu.izzaalbuchary/videos/1552038884913995/

"Hal seperti itu tidak pantas dan tidak boleh, nanti kalau semua dibolehkan nyanyi lagu kebangsaan atau syiar-syiar yang diluar ibadah nanti semua orang  melakukan hal yang sama dan akan menimbulkan kegaduhan. Sama seperti dulu kelompok Syiah juga dilarang melakukan aksi unjuk rasa dan syiar-syiar mereka," kata Dubes Saudi Syeikh Osama yang diterjemahkan oleh Ustadz Fahmi Salim.
"Kegiatan ini jangan sampai terulang lagi," kata Dubes Saudi.
yesmuslim.blogspot.co.id


Dubes Saudi: Dulu Yang Sering Gaduh di Tanah Suci itu Syiah

Video jamaah umrah Indonesia menyanyikan lagu Hubbul Wathan yang menyebar di dunia maya menjadi perhatian Kerajaan Arab Saudi. Duta Besar Kerajaan Saudi untuk Indonesia Osama bin Mohammed Abdullah as-Shuaibi menegaskan, siapa pun yang menginjakkan kaki di Tanah Suci harus menjaga adab.
“Kami imbau agar para jamaah fokus ibadah dan menjaga etika,” ujar dia dalam jamuan makan malam bersama ulama di Kediaman Kedubes Saudi Jakarta, Selasa (27/2).
Video tersebut menjadi perhatian banyak pihak. Masyarakat dari berbagai kalangan mengomentari dan menyikapi video tersebut dengan beragam.
Aparat Kerajaan Saudi menyayangkan kegiatan jamaah umrah tersebut. Aparat Kerajaan Saudi tidak dapat membiarkan adanya aktivitas seperti itu. Sebabnya, jika satu kegiatan macam tersebut dibiarkan, dikhawatirkan semakin meluas dan menimbulkan kegaduhan.
Tanah Suci yang seharusnya tenang untuk beribadah, nantinya menjadi tidak kondusif. “Kami tidak ingin ada kegaduhan, seperti yang kerap dilakukan kelompok syiah zaman dulu,” kata dia.
Osama menjelaskan, dulu Kelompok Syiah Qaramithah menghimpun massa untuk menghancurkan al-Haram. Mereka merobek kiswah Ka’bah dan mencuri Hajar Aswad. “Bayangkan kegaduhan tersebut. dampaknya begitu besar. Umat Islam dari berbagai penjuru dunia datang berhaji dan berumrah, ingin mencium Hajar Aswad, tapi tidak ada? 20 tahun batu hitam itu dicuri, hingga akhirnya kini sudah kembali lagi,” kata Osama menceritakan sejarah penghancuran al-Haram.
Kerajaan Saudi mengimbau seluruh elemen umat Islam sama-sama menjaga keutuhan Tanah Suci. Mereka yang sudah mengikhlaskan dirinya untuk melaksanakan Rukun Islam kelima atau mengerjakan sunnah umrah, harus fokus beribadah. Mereka harus menjaga diri dengan berakhlak mulia.
Sementara pihak Kerajaan akan sekuat tenaga memberikan pelayanan terbaik. “Doakan kami agar selalu diberikan kekuatan melayani para tamu Allah yang hendak beribadah dalam kekhusyukan,” papar dia. [republika]

Pembelaan MUI dan Organisasi Induknya

MUI Tanggapi Jemaah Banser yang Kumandangkan Mars di Masjidil Haram

Menanggapi hal tersebut, Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia Cholil Nafis berpendapat, lantunan itu sah-sah saja dilakukan. Sebab menurutnya, dalam menjalankan Sai, tidak ada kewajiban atau syarat bacaan tertentu.
"Yang penting melakukan jalan tujuh kali antara bukit Safa dan Marwa. Cuma yang lebih afdal dan sesuai dengan ibadah itu mengucap zikir dan doa serta tak mengganggu orang lain yang sedang beribadah dengan suara kerasnya," ujar Cholil dalam keterangan tertulis, Selasa (27/2). (???? Ya Allah Ya Rabb)
Menurut Cholil, sebaiknya, dalam menjalankan ibadah umrah, dia mengimbau masyarakat untuk khusyuk, berzikir, dan menghindari banyak publikasi agar dijauhkan dari sifat pamer atau riya.
"Tidak ada larangan, cuma membaca syair itu tak pada tempatnya," tuturnya.
Dalam video itu, sejumlah jemaah lantang melantunkan "Yaa Lal Wathan" sembari mengepalkan tangan ke udara. Dikutip dari situs resmi NU, lantunan itu adalah lagu karya salah satu pendiri NU, KH. Wahab Hasbullah.

HUKUM MENGGAUNGKAN SYIIR YA LAL WATHON SEWAKTU SA’I

Oleh: M. Asnawi Ridlwan (Wakil Sekretaris LBM-PBNU)
Beberapa hari ini viral di medsos tentang pelaksanaan ibadah sa’i, karena di antara ritualnya diselingi dengan lantunan syi’ir ya lal wathon yang menjadi lagu wajibnya Nahdlatul Ulama’. Tentu saja praktek ini memunculkan pro kontra di antara kaum muslimin. bahkan ada yang menilai sesat, tidak punya adab, dan haram.
Berikut saya sampaikan ulasan tentang hukum pelaksanaan sa’i berselipkan syiir ya lal wathon tersebut.
1.Rasulullah SAW. Bersabda:
انما جعل الطواف بالبيت وبين الصفا والمروة ورمي الجمار لإقامة ذكر الله
“Dijadikannya thawaf di baitullah, sa’I antara shofa – marwah, dan melempar jimar adalah demi menjaga konsistensi diri dalam berdzikir pada Allah.”
Dari hadits ini tertera secara jelas bahwa thawaf, sa’i, dan melempar jumrah adalah bagian ibadah yang harus diisi penuh dengan dzikir kepada Allah SWT. Tidak sepatutnya bila dalam pelaksanaan ritual ibadah tersebut ternyata kita lalai ( ghoflah ) dari dzikir kepada Allah terlebih lagi masih membawa kebiasaan maksiat dan belum mau bertaubat. Jadi, sa’I tidak hanya diisi dengan kalimat-kalimat doa, tapi juga dianjurkan untuk melafadlkan dzikir-dzikir.
Apakah syiir ya lal wathan termasuk kategori dzikir?
Jawabannya: iya.
Karena syiir tersebut mengajak pada dua kebaikan yakni ingat kepada Allah dan mengajak cinta tanah air.
عون المعبود وحاشية ابن القيم (5/ 239)

(إِنَّمَا جُعِلَ الطَّوَافُ بِالْبَيْتِ) أَيِ الْكَعْبَةِ (وَبَيْنَ الصَّفَا وَالْمَرْوَةِ) أَيْ وَإِنَّمَا جُعِلَ السَّعْيُ بَيْنَهُمَا (وَرَمْيُ الْجِمَارِ لِإِقَامَةِ ذِكْرِ اللَّهِ) يَعْنِي إِنَّمَا شُرِعَ ذَلِكَ لِإِقَامَةِ شِعَارِ النُّسُكِ

قَالَهُ المناوي قال علي القارىء أَيْ لِأَنْ يُذْكَرَ اللَّهُ فِي هَذِهِ الْمَوَاضِعِ الْمُتَبَرَّكَةِ فَالْحَذَرَ الْحَذَرَ مِنَ الْغَفْلَةِ وَالطَّوَافُ حَوْلَ البيت والوقوف للدعاء فَإِنَّ أَثَرَ الْعِبَادَةِ لَائِحَةٌ فِيهِمَا

وَإِنَّمَا جُعِلَ رَمْيُ الْجِمَارِ وَالسَّعْيُ بَيْنَ الصَّفَا وَالْمَرْوَةِ سُنَّةً لِإِقَامَةِ ذِكْرِ اللَّهِ تَعَالَى يَعْنِي التَّكْبِيرُ سُنَّةٌ مَعَ كُلِّ جَمْرَةٍ وَالدَّعَوَاتُ فِي السَّعْيِ سُنَّةٌ

مرعاة المفاتيح شرح مشكاة المصابيح (9/ 187)

وقال القاري: أي لأن يذكر الله في هذه المواضع المتبركة، فالحذر الحذرمن الغفلة. وإنما خُصا بالذكر مع أن المقصود من جميع العبادات هو ذكر الله تعالى لأن ظاهرهما فعل لا تظهر فيهما العبادة، وإنما فيهما التعبد للعبودية بخلاف الطواف حول بيت الله، والوقوف للدعاء فإن أثر العبادة لائحة فيهما. وقيل إنما جعل رمي الجمار والسعي بين الصفا والمروة سنة لإقامة ذكر الله، يعني التكبير مع كل حجر والدعوات المذكورة في السعي سنة، ولا يبعد أن يكون لك من الرمي والسعي حكمة ظاهرة ونكتة باهرة غير مجرد التعبد وإظهار المعجزة، ثم أطال القاري الكلام في ذلك نقلاً عن الطيبي والغزالي، من شاء الوقوف على ذلك رجع إلى المرقاة وأضواء البيان

2. Hukum menggaungkan syi’ir ya lal wathon.

Menggaungkan syi’ir yang bertemakan dzikir pada Allah dan cinta tanah air adalah sunnah baik di dalam masjid terlebih lagi di luar masjid.

تفسير القرطبي (12/ 271)

وَقَدْ رُوِيَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي غَيْرِ حَدِيثٍ رُخْصَةٌ فِي إِنْشَادِ الشِّعْرِ فِي الْمَسْجِدِ. قُلْتُ: أَمَّا تَنَاشُدُ الْأَشْعَارِ فَاخْتُلِفَ فِي ذَلِكَ، فَمِنْ مَانِعٍ مُطْلَقًا، وَمِنْ مُجِيزٍ مُطْلَقًا، وَالْأَوْلَى التَّفْصِيلُ، وَهُوَ أَنْ يُنْظَرَ إِلَى الشِّعْرِ فَإِنْ كَانَ مِمَّا يَقْتَضِي الثَّنَاءَ عَلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ أَوْ عَلَى رَسُولِهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَوِ الذَّبَّ عَنْهُمَا كَمَا كَانَ شِعْرُ حَسَّانَ، أَوْ يَتَضَمَّنُ الْحَضَّ عَلَى الْخَيْرِ وَالْوَعْظَ وَالزُّهْدَ فِي الدُّنْيَا وَالتَّقَلُّلَ مِنْهَا، فَهُوَ حَسَنٌ فِي الْمَسَاجِدِ وَغَيْرِهَا،

الفقه على المذاهب الأربعة (1/ 262)

الحنفية قالوا: الشعر في المسجد إن كان مشتملاً على مواعظ وحكم وذكر نعمة الله تعالى وصفة المتقين فهو حسن، وإن كان مشتملاً على ذكر الأطلال والأزمان، وتاريخ الأمم فمباح، وإن كان مشتملاً على هجو وسخف، فحرام، وإن كان مشتملاً على وصف الخدود والقدود والشعور والخصور، فمكروه إن لم يترتب عليه ثوران الشهوة، وإلا حرم.

الحنابلة قالوا: الشعر المتعلق بمدح النبي صلى الله عليه وسلم مما لا يحرم ولا يكره يباح إنشاده في المسجد.

المالكية قالوا: إنشاد الشعر في المسجد حسن إن تضمن ثناء على الله تعالى، أو على رسوله صلى الله عليه وسلم أو حثاً على خير، وغلا فلا يجوز.

الشافعية: إنشاد الشعر في المسجد إن اشتمل على حكم مواعظ وغير ذلك مما لا يخالف الشرع؛ ولم يشوش جائز، وإلا حرم

3. Hukum cinta tanah air (nasionalisme) dan hukum tidak cinta tanah air (anti NKRI dan perangkat-perangkatnya)
Nasionalisme harus terpatri dalam sanubari setiap anak bangsa demi menjaga semangat mempertahankan, siap berkorban dan berjuang demi bangsa, sehingga tetap lestari dalam kemajmukannya baik di bidang agama, suku dan budayanya terpelihara menjadi kekuatan riil demi memperkokoh kedaulatan bangsa. Sehingga terciptalah suasana kehidupan yang damai, saling menghormati, menghargai, melindungi, dan mengasihi. Dalam sebuah hadits disebutkan:
كان اذا قدم من سفر فنظر الى جدران المدينة أوضع راحلته وان كان على دابة حركها من حبها . رواه البخارى
“Tatkala Rasulullah SAW. Pulang dari bepergian dan melihat dinding kota Madinah, beliau mempercepat laju kudanya. Dan bila mengendarai tunggangan, maka beliau gerak-gerakkan karena cintanya pada Madinah.”
Syekh Ibnu Hajar al-‘Ashqalani menegaskan bahwa hadits tersebut menunjukkan dua hal pokok: yakni tentang keutamaan kota Madinah dan disyariatkannya cinta tanah air.
فتح الباري لابن حجر (3/ 621)

وَرِوَايَةُ الْحَارِثِ بْنِ عُمَيْرٍ هَذِهِ وَصَلَهَا الْإِمَامُ أَحْمَدُ قَالَ حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ إِسْحَاقَ حَدَّثَنَا الْحَارِثُ بْنُ عُمَيْرٍ عَنْ حُمَيْدٍ الطَّوِيلِ عَنْ أَنَسٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا قَدِمَ مِنْ سَفَرٍ فَنَظَرَ إِلَى جُدُرَاتِ الْمَدِينَةِ أَوْضَعَ نَاقَتَهُ وَإِنْ كَانَ عَلَى دَابَّةٍ حَرَّكَهَا مِنْ حُبِّهَا وَأَخْرَجَهُ أَبُو نُعَيْمٍ فِي الْمُسْتَخْرَجِ مِنْ طَرِيقِ خَالِدِ بْنِ مَخْلَدٍ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ جَعْفَرِ بْنِ أَبِي كَثِيرٍ وَالْحَارِثِ بْنِ عُمَيْرٍ جَمِيعًا عَنْ حُمَيْدٍ وَقَدْ أَوْرَدَ الْمُصَنِّفُ طَرِيقَ قُتَيْبَةَ الْمَذْكُورَةَ فِي فَضَائِلِ الْمَدِينَةِ بِلَفْظِ الْحَارِثِ بْنِ عُمَيْرٍ إِلَّا أَنَّهُ قَالَ رَاحِلَتَهُ بَدَلَ نَاقَتِهِ وَوَقَعَ فِي نُسْخَةِ الصَّغَانِيِّ وَزَادَ الْحَارِثُ بْنُ عُمَيْرٍ وَغَيْرُهُ عَنْ حُمَيْدٍ وَقَدْ نَبَّهْتُ عَلَى مَنْ رَوَاهُ كَذَلِكَ مُوَافِقًا لِلْحَارِثِ بْنِ عُمَيْرٍ فِي الزِّيَادَةِ الْمَذْكُورَةِ وَفِي الْحَدِيثِ دِلَالَةٌ عَلَى فَضْلِ الْمَدِينَةِ وَعَلَى مَشْرُوعِيَّة حب الوطن والحنين إِلَيْهِ

Sayyidina Umar bin Khattab RA. Menjelaskan:
ولولا حب الوطن لخرب بلد السوء فبحب الأوطان عمرت البلدان
“Seandainya tidak ada cinta tanah air, niscaya akan semakin hancur suatu negeri yang terpuruk. Maka dengan cinta tanah air, negeri-negeri akan termakmurkan.”
روح البيان (6/ 442)

قال عمر رضى الله عنه لولا حب الوطن لخرب بلد السوء فبحب الأوطان عمرت البلدان

NB: Dari paparan ringkas ini bisa disimpulkan bahwa
1. Menggaungkan syiir ya lal wathon saat pelaksanaan sa’I adalah sebuah kebaikan dengan syarat tidak disuarakan dengan arogan hingga mengganggu yang lain, karena cinta tanah air adalah kewajiban setiap muslimin. Terlebih lagi, saat ini ajaran cinta tanah air banyak yang tidak memahaminya.
2. Tidak mencintai NKRI beserta perangkatnya adalah perbuatan dosa. Maka, diharuskan untuk segera bertaubat, terlebih saat melaksanakan ibadah sa’i.
Guntur pun sudah angkat bicara terkait unggahannya itu. Di akun media sosial Facebook, Guntur menulis ulang pendapat KH. Asnawi Ridlwan, Wakil Sekretaris Lembaga Bahtsul Masail NU.
"Menggaungkan syiir 'Ya Lal Wathon' saat pelaksanaan sai adalah sebuah kebaikan dengan syarat tidak disuarakan dengan arogan hingga mengganggu yang lain. Karena cinta tanah air adalah kewajiban setiap muslimin," tulis Guntur.
Guntur juga menilai, saat ini ajaran cinta tanah air banyak yang tidak memahami. Menurutnya tidak mencintai NKRI beserta perangkatnya adalah perbuatan dosa.
"Maka diharuskan untuk segera bertaubat, terlebih saat ibadah sai," tutup Guntur.

Ramai Video Pembimbing Umrah Bacakan Pancasila saat Ibadah Sai

Seorang pembimbing umrah sedang ramai diperbincangkan publik, lantaran video unggahannya sedang menuntun jemaah membacakan Pancasila di tengah-tengah ibadah sai viral di media sosial. Sai adalah salah satu rukun umrah yakni berlari kecil dari Bukit Safa ke Bukit Marwah, sebanyak 7 kali sejauh 3,5 km.
Pembimbing umrah tersebut diketahui bernama Said Humaidy Aba Nick. Ia membagikan video tersebut dalam akun Facebook miliknya, pada Sabtu (10/2) lalu, yang dilengkapi keterangan foto bertuliskan, "Putaran ketiga, sai pada waktu umrah kedua. 10 Februari 2018. Semoga menjadi umrah yang mabrur. Amiiin..99x. InsyaAllah. Dan Mohon maaf bila dulur-dulur tidak berkenan atas video niki. Kulo punya makna tersendiri pada Pancasila"
Dalam unggahan tersebut, tampak Said Humaidy yang sedang menuntun jemaahnya menjalankan sai sambil membacakan doa. Namun di sela-sela doa tersebut, tepatnya saat putaran ketiga, ia menyelipkan bacaan Pancasila, yang juga diikuti oleh para jemaahnya.
Video yang diunggahnya itu langsung viral di media sosial, bahkan hingga saat ini sudah diputar sebanyak 11 ribu kali oleh warganet. Tak hanya itu, unggahan tersebut juga mendapat berbagai komentar dari warganet.
"Mungkin maksud beliau mendoakan isi poin-poin dalam Pancasila," komentar @JelouseNeveral.
"Kenapa tidak sekalian baca pembukaan UUD 1945 biar greget," komentar @RizaldiIlman.
"Selamat pak, Anda terkenal seantero nusantara. Mohon aktifkan hp Anda selalu, manatau diundang makan siang ke istana," komentar @AfifuddinWarta.
Selain warganet, mantan ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD juga turut menanggapi video tersebut, melalui akun Twitter resminya.
"Hahaha. Pagi-pagi setelah salat subuh di Singkawang melihat ini jadi tertawa ngakak. Saya yakin itu hoax, hanya dubbing. Tapi lumayanlah untuk menyindir kita," tulis @mohmahfudmd, Minggu (11/2).
Meski begitu, Said Humaidy menjelaskan dalam keterangan foto bahwa ia melakukan hal tersebut karena Pancasila memiliki makna tersendiri baginya.
kumparan sudah menghubungi Said melalui pesan Facebook, namun belum mendapat balasan.

Geger! Video Ritual Aliran Sesat, Shalawat Nabi Muhammad Diganti Pancasila


Video tersebut menunjukkan sekelompok orang yang thawaf dengan membaca shalawat, namun shalawat yang harusnya ditujukan kepada Nabi Muhammad SAW diganti dengan Shalawat kepada Pancasila, Indonesia, dan Nusantara.

Dalam video ritual yang diunggah akun Twitter Laskar Pembela Islam @.DPP_LPI itu, sekelompok orang berjalan mengelilingi bendera Merah Putih dan Lambang Negara Burung Garuda di dalam petak yang dikelilingi lilin yang menyala.
Dalam petak itu ada kelapa, batu, dan keris, serta benda-benda ritual lainnya. Mereka berjalan berlawanan dengan arah jarum jam seperti thawaf mengelilingi Ka’bah.

Saat berkeliling mereka mengumandangkan shalallah ‘ala Pancasila, shalallah ‘ala Indonesia, shalallah ‘ala Nusantoro. Mereka berkeliling tujuh kali dalam ritual berdurasi lima menit itu.

Usai ritual thawaf, mereka kembali membaca shalawat normal, Allahumma shali ‘ala Muhammad. “Allahumma Shali ‘ala Muhammad!” teriak mereka sambil mengepalkan tangan. Teriakan itu diulang tiga kali.

“Waspadai kelompok ANUS, mulai menyebarkan ritual sesat! WAJIB mencintai Indonesia, WAJIB bela Indonesia dan WAJIB Jaga Indonesia, tp bukan dengan melecehkan Sholawat!!”, Tulis akun LPI.

Beredarnya video ritual terebut sontak mengundang komentar dan kecaman dari warganet.

“Penistaan Agama..! Agama koq dijadikan mainan…klo nggak ngerti ya belajar dulu sama yg ngerti bukan sama org yg paling bodoh,” kata akun Azhar Matang.

“Dulu Baginda Nabi Muhammad SAW, sudah berjuang habis²an untuk kemaslahatan umatnya di muka bumi ini, tp org² BODOH ini malah melecehkan shalawat..Astagfirulloha’adzim..,” tulis akun @anggase90189847.

”Innallilahi…Secara tidak langsung mereka sudah melecehkan Sholawat NABI MUHAMMAD 😭 Datang nya dari mana makhluk2 ini,” kata akun @Bhatosai666.