Monday, September 5, 2016

Definisi Ahlus Sunnah Wal Jama’ah Menurut Ali Jum’ah ( “Ulama” Berlumuran Darah, Taqiyaher Syi’ah) Pada Pembukaan Konferensi “ Dhirar Chechnya”. Tampak Menyelisihi Pemahaman Tiga Generasi Terbaik Setelah Nabi. Sangat Ribet Dan Jelimet, Bandingkan Dengan ulasan Dilamurkha.


Ahlusunnah Itu Bukan Yang DIAKUI Oleh Muktamar, Apalagi Muktamar Dipelopori Oleh Negara KAFIR

Konferensi Dhirar ”Chechnya” Manifestasi Kedengkian Dan Kepanikan Terhadap “ Ahlus Hadits (Atsariyah) Dan Kemenangan Mujahidin Suriah, Atas Pesanan Komunis Putin ( Rusia). Takut Mengundang Ulama Bermanhaj Salafi Yang akan Mengancam Eksistensi Peserta.
Siapakah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah...baca disini
Daftar Referensi Studi Komparatif Antara Tuduhan Dan Fakta : Salafi (Ahlus Sunnah, “Wahhabi"?), Aswaja, Ibnu Taimiyah, Sifat/Keberadaan/ Melihat Allah Diakhirat, Tanduk Setan, Najd, Muawiyah Bin Abi Sofyan, Takfiri Syi’ah, Nawashib,Saudi, Malaysia Dan Lain-Lain.

AHLUS SUNNAH VERSI MUKTAMAR

Ahlus Sunnah Wal jama’ah bukan merk dagang suatu kelompok yang memiliki kartu anggota dan atribut tertentu…

Ahlus Sunnah waljama’ah bukan disahkan dengan muktamar dan musyawarah melalui utusan daerah dan negara-negara yang bersekutu…
Ahlus Sunnah bukan milik perusahaan dan ormas yang anggotanya banyak beratus dan beribu..
Ahlus Sunnah waljamaah bukan tunggangan politik untuk meraih suara dan simpati manusia maupun hantu…
Ahlus Sunnah waljamaah tidak menjadi sah bilamana diresmikan atas perintah Big Boss Rusia, Amerika, PBB dengan ketok palu…
Ahlus Sunnah Waljama’ah bukanlah agama yang baru lahir setelah kemunculan kelompok Asy’ariyyah, Maturidiyyah, kelompok Sufi dan tarikat dengan segala macam ajaran yang baru…
Ahlus Sunnah Wal jama’ah adalah Islam yang murni tanpa, syirik, bid’ah, khurafat maupun ajaran-ajaran yang simpang siur tak menentu…
Ahlsu Sunnah Waljama’ah pimpinannya adalah Nabi Muhammad yang datang dengan wahyu…
Kemudian di ikuti oleh para sahabat, tabi’in dan tabi’ tabi’in serta semua yang mengikuti cara beragama mereka hingga hari kiamat sebagai batas waktu…
Tak perlu dirimu risau tatkala engkau tidak dimasukkan Muktamar Ghrozni dalam lingkaran Ahlus Sunnah Waljama’ah dunia masa kini, tak pula perlu bersedih pilu…
Sebab yang kau butuhkan adalah pengakuan di akhirat kelak oleh Nabimu untuk dapat mereguk seteguk air suci dari telaga Raudhah yang begitu putih melebihi susu…
Ketika itulah kau kan melihat ahlul bid’ah dan kaum munafikin dihalau darinya dan diseret ke neraka dalam keadaan terbelenggu…
——————————————
Mekah, 1 Zulhijjah 1437 / 3 Sept 2016
Abu Fairuz Ahmad Ridwan My
sumber:https://www.facebook.com/ahmad.ridwan.921230?fref=nf

MUKTAMAR CHECNYA MEMECAH BELAH UMAT ISLAM

Menyedihkan ada muktamar Islam yang berujung merusak ukhuwah Islam dan melukai perasaan rakyat Suria serta mengoyak harkat dan martabat kaum muslimin seluruh dunia.
Ironis ada muktamar Islam yang diprakarsai oleh negara kafir yang membunuh ribuan wanita, anak-anak dan rakyat Muslim Suria.
Tersentak dengan acara muktamar Islam ternyata hasilnya mengebiri Islam dan kaum muslimin.
Sungguh tindakan jahat para tokoh agama yang berjubah besar dan bersurban mewah dan gagah ternyata pikiran mereka sempit, mental mereka picik dan hati mereka busuk untuk merusak citra ajaran Islam.
Muktamar CHECNYA , rekayasa kekuatan Yahudi, Kamunis dan Syiah yang ditopang oleh kaum kuffar untuk memecah belah umat Islam dan menghancurkan ajaran AL-Quran dan Assunnah atas nama Ahli Sunnah Wal Jamaah.
Sejak kapan Islam dibatasi oleh kelompok Asy’ariyah dan Maturidiyah sementara Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam AS-Syafi’i dan Imam Ahmad bin Hambil lebih dahulu meletakkan dasar-dasar dan prinsip-prinsip Ahlli Sunnah Wal Jamaah yang ditimbang menurut AL-Quran dan As-Sunnah menurut pemahaman dan pengamalan sahabat, tabi’in dan para Imam-Imam Sunnah yang menjadi panutan Abu Hasan AL-Asy’ary dan Abu Manshur AL-Mathuridy serta Abu Hamid AL-Hamid AL-Ghazali.
Jangan pecah belah umat Islam hanya untuk menyenangkan orang-orang kafir dan demi untuk mengejar keuntungan dunia, jabatan, popularitas dan ketenaran.
Zainal Abidin Syamsuddin
https://aslibumiayu.net/16673-ahlusunnah-itu-bukan-yang-diakui-oleh-muktamar-apalagi-muktamar-dipelopori-oleh-negara-kafir.html

Mudah dicerna tidak Muter-muter , Ahlus Sunnah wal jama’ah adalah merujuk kepada pemahaman (cara beribadah) tiga generasi terbaik umat (Sahabat, Tabi’in dan Atba’ut Tabi’in) dan para imam empat mazhab setelah mereka. Kita sama-sama meyakini bahwa kaum yang paling mencocoki al-Quran dan as-Sunnah dalam berislam adalah tiga generasi awal kemudian para imam empat mazhab yang mengikuti mereka dengan baik. Karena telah meraih rekomendasi dari Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam dalam haditsnya:

خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي ، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ،

“Sebaik-baik manusia generasiku (Sahabat) kemudian setelahnya (Tabi’in) kemudian setelahnya (Tabi’ut Tabi’in)” (HR. Bukhari Muslim dari Sahabat Abdullah bin Mas’ud radhiallahu anhu)
Perlu diketahui bahwa mazhab Asy’ariyyah Maturidiyyah baru muncul pada abad ke 3 jauh setelah generasi Sahabat, Tabi’in dan Atba’ut Tabi’in. Bahkan setelah imam empat mazhab yang masyhur imam Abu Hanifah, Imam Malik bin Anas, Imam Syafi’i dan Imam Ahmad bin Hanbal rahimahumullahu jami’an.
Ahlussunnah, Ahli Hadits, dan Ahli Atsar sudah ada sebelum Imam al-Asy’ari lahir, dan tidak menjadi Asy’ariyyah setelah Imam al-Asy’ari menjadi imam.

Jika mengikuti seorang imam pada abad ketiga tidak ada perintahnya adapun mengikuti para ulama salaf ada banyak perintahnya, bahkan sebagai tanda golongan yang selamat.

Para ulama ahli sejarah semisal al-Hafidz ibnu Asakir as-Syafi’i 571 H. al-Hafidz adz-Dzahabi 748 H. al-Imam Ibnu Katsir 776 H dan yang lainnya merujuk kepada pemahaman ( cara beribadah) tiga generasi terbaik umat (Sahabat, Tabi’in dan Atba’ut Tabi’in. ) Dan para imam empat mazhab setelah mereka.

Berkata imam Syafi’i rahimahullah:
آمنت بالله وبما جاء عن الله على مراد الله وآمنت برسول الله وبما جاء عن رسول الله على مراد رسول الله
 “Aku beriman kepada Allah dan yang datang dari Allah sesuai keinginan Allah dan aku beriman kepada rasulullah dan yang datang dari rasulullah sesuai keinginan rasulullah”
(ar-Risalah al-Madinah hal.121).

Siapakah Ahlussunnah 
wal Jama'ah?

Sabtu, 03 September 2016 09:08
Oleh Maulana Syekh Ali Jum'ah
Ahlussunnah Wal Jamā'ah (Aswaja) membedakan antara teks wahyu (Al-Qur'an dan Sunnah), penafsiran dan penerapannya, dalam upaya melakukan tahqīq manāth (memastikan kecocokan sebab hukum pada kejadian) dan takhrīj manāth (memahami sebab hukum). Metodologi inilah yang melahirkan Aswaja. 
Aswaja adalah mayoritas umat Islam sepanjang masa dan zaman, sehingga golongan lain menyebut mereka dengan sebutan: "Al-'Āmmah (orang-orang umum) atau Al-Jumhūr", karena lebih dari 90 persen umat Islam adalah Aswaja.

Mereka mentransmisikan teks wahyu dengan sangat baik, mereka menafsirkannya, menjabarkan yangmujmal (global), kemudian memanifestasikannya dalam kehidupan dunia ini, sehingga mereka memakmurkan bumi dan semua yang berada di atasnya. 

Aswaja adalah golongan yang menjadikan hadis Jibrīl yang diriwayatkan oleh Muslim dalam Shahīh-nya, sebagai dalil pembagian pilar agama menjadi tiga: Iman, Islam dan Ihsān, untuk kemudian membagikan ilmu kepada tiga ilmu utama, yaitu: akidah, fiqih dan suluk. Setiap imam dari para imam Aswaja telah melaksanakan tugas sesuai bakat yang Allah berikan.

Mereka bukan hanya memahami teks wahyu saja, tapi mereka juga menekankan pentingnya memahami realitas kehidupan. Al-Qarāfī dalam kitab Tamyīz Al-Ahkām menjelaskan: Kita harus memahami realitas kehidupan kita. Karena jika kita mengambil hukum yang ada di dalam kitab-kitab dan serta-merta menerapkannya kepada realitas apapun, tanpa kita pastikan kesesuaian antara sebab hukum dan realitas kejadian, maka kita telah menyesatkan manusia. 

Disamping memahami teks wahyu dan memahami realitas, Aswaja juga menambahkan unsur penting ketiga, yaitu tata cara memanifestasikan atau menerapkan teks wahyu yang absolut kepada realitas kejadian yang bersifat relatif. Semua ini ditulis dengan jelas oleh mereka, dan ini juga yang dijalankan hingga saat ini. Segala puji hanya bagi Allah yang karena anugerah-Nya semua hal baik menjadi sempurna. 

Inilah yang tidak dimiliki oleh kelompok-kelompak radikal. Mereka tidak memahami teks wahyu. Mereka meyakini bahwa semua yang terlintas di benak mereka adalah kebenaran yang wajib mereka ikuti dengan patuh. Mereka tidak memahami realitas kehidupan. Mereka juga tidak memiliki metode dalam menerapkan teks wahyu pada tataran realitas. Karena itu mereka sesat dan menyesatkan, seperti yang imam Al-Qarāfī jelaskan. 

Aswaja tidak mengafirkan siapapun, kecuali orang yang mengakui bahwa ia telah keluar dari Islam, juga orang yang keluar dari barisan umat Islam. Aswaja tidak pernah mengafirkan orang yang salat menghadap kiblat. Aswaja tidak pernah menggiring manusia untuk mencari kekuasaan, menumpahkan darah, dan tidak pula mengikuti syahwat birahi (yang haram). 

Aswaja menerima perbedaan dan menjelaskan dalil-dalil setiap permasalahan, serta menerima kemajemukan dan keragaman dalam akidah, atau fiqih, atau tasawuf: 
(mengutip 3 bait dari Al-Burdah):

"Para nabi semua meminta dari dirinya.
Seciduk lautan kemuliaannya dan setitik hujan ilmunya.
Para nabi sama berdiri di puncak mereka.
Mengharap setitik ilmu atau seonggok hikmahnya.
Dialah Rasul yang sempurna batin dan lahirnya.
Terpilih sebagai kekasih Allah Pencipta manusia."
Aswaja berada di jalan cahaya terang yang malamnya seterang siangnya, orang yang keluar dari jalan itu pasti celaka.

Aswaja menyerukan pada kebajikan, dan melarang kemungkaran. Mereka juga waspada dalam menjalankan agama, mereka tidak pernah menjadikan kekerasan sebagai jalan. 

Diriwayatkan dari sahabat Abu Musa Al-Asy'arī, bahwa Rasulullah SAW. bersabda: "...hingga seseorang membunuh tetangganya, saudaranya, pamannya dan sepupunya.", Para sahabat tercengang: "Subhānallah, apakah saat itu mereka punya akal yang waras?" Rasulullah menjawab: "Tidak. Allah telah mencabut akal orang-orang yang hidup pada masa itu, sehingga mereka merasa benar, padahal mereka tidaklah dalam kebenaran."
Rasulullah juga bersabda: "Barangsiapa yang keluar dari barisan umatku, menikam (membunuh) orang saleh dan orang jahatnya, ia tidak peduli pada orang mukmin juga tidak menghormati orang yang melakukan perjanjian damai (ahlu dzimmah), sungguh dia bukanlah bagian dari saya, dan saya bukanlah bagian dari dia."

Aswaja memahami syariat dari awalnya. Mereka memahami "Bismillāhirrahmānirrahīm" (Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang). Allah Menyebutkan dua nama-Nya, yaitu Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Allah tidak mengatakan: "Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Membalas dan Maha Kuat". Justru Allah menyampaikan pesan keindahan dalam keindahan (melalui Ar-Rahmān dan Ar-Rahīm). Allah tidak mengenalkan diri-Nya dengan keagungan-Nya SWT.

Kami belajar "Bismillāhirrahmānirrahīm" di Al-Azhar. Para ulama Al-Azhar saat menafsirkannya menjelaskan dengan banyak ilmu. Mereka menjelaskan "Bismillāhirrahmānirrahīm" dari banyak perspektif ilmu: fiqih, mantiq (logika), akidah, suluk dan balaghah. Mereka sabar duduk menjelaskannya dengan begitu lama dan panjang, hingga kita menyangka bahwa penjelasan mereka tidak ada ujungnya. 

Kemudian, setelah musibah (teror golongan radikal) ini menimpa, kita baru memahami bahwa metode mengajar ulama Al-Azhar itu merupakan kebenaran. Mereka membangun piramida (ilmu kita) sesuai cara yang benar: membangun pondasi piramida dari bawah, hingga sampai pada ujung lancipnya yang berada di atas. Sementara kelompok radikal membalik cara membangun piramida (ilmu mereka, ujungnya di bawah, dan pondasinya di atas) hingga piramida itu runtuh mengenai kepala mereka sendiri. 

Aswaja tidak memungkiri peran akal, bahkan mereka mampu mensinergikan akal dan teks wahyu, serta mampu hidup damai bersama golongan lain. Aswaja tidak pernah membuat opini umum palsu (memprovokasi). Mereka tidak pernah bertabrakan (melakukan kekerasan) dengan siapapun di jagad raya. Aswaja justru membuka hati dan jiwa mereka untuk semua orang, hingga mereka berbondong-bondong masuk Islam. 

Para ulama Aswaja telah melaksanakan apa yang harus mereka lakukan pada zaman mereka. Karena itu kita juga harus melaksanakan kewajiban kita di zaman ini dengan baik. Kita wajib memahami teks wahyu, memahami realitas dan mempelajari metode penerapan teks wahyu pada realitas. 

Aswaja memperhatikan dengan cermat 4 faktor perubahan, yaitu: waktu, tempat, individu dan keadaan. Al-Qarāfī menulis kitab luar biasa yang bernama Al-Furūq untuk membangun naluri ilmiah (malakah) hingga kita mampu melihat perbedaan detail. 
Awal yang benar akan mengantar pada akhir yang benar juga. Karena itu, barangsiapa yang mempelajari alfabet ilmu (pondasi awal ilmu) dengan salah, maka ia akan membaca dengan salah juga, lalu memahami dengan salah, kemudian menerapkan dengan salah, hingga ia menghalangi manusia dari jalan Allah tanpa ia sadari. Inilah yang terjadi (dan yang membedakan) antara orang yang belajar ilmu bermanfaat, terutama Al-Azhar sebagai pemimpin lembaga-lembaga keilmuan, dan antara orang yang mengikuti hawa nafsunya, merusak dunia dan menjelekkan citra Islam serta kaum muslimin. 

Pesan saya kepada umat Islam dan dunia luar: Ketahuilah bahwa Al-Azhar adalah pembina Aswaja. Sungguh oknum-oknum (yang membencinya) telah menyebar kabar keji, dusta dan palsu bahwa Al-Azhar telah mengalami penetrasi (dan lumpuh). Mereka ingin membuat umat manusia meragukan Al-Azhar sebagai otoritas yang terpercaya, hingga mereka tidak mau kembali lagi kepada Al-Azhar sebagai tempat rujukan dan perlindungan.

Al-Azhar tetap berdiri dengan pertolongan Allah SWT, dibawah pimpinan grand syaikhnya. Setiap hari Al-Azhar berusaha untuk mencapai tujuan-tujuan mulianya, juga membuka mata seluruh dunia, menyelamatkan mereka dari musibah (radikalisme) yang menimpa. 
Al-Azhar tidak disusupi dan tak akan lumpuh selamanya hingga hari akhir, karena Allah Yang membangunnya dan melindunginya. Allah juga Yang mentakdirkan orang-orang pilihan-Nya untuk mejalankan manhaj Aswaja di Al-Azhar, meski orang fasik tidak menyukainya. 

Doakanlah untuk kami, semoga Allah memberi kami tuntunan taufīq agar kami bisa melakukan hal yang dicintai dan diridhoi-Nya.
Doakan agar kami mampu menyebar luaskan agama yang benar ini, dengan pemahaman dan praktek yang benar juga, dan semoga kami mampu menjelaskan jalan yang penuh cahaya ini kepada umat manusia, sesuai ajaran Rasulullah. 

Doakan kami semoga Allah membimbing kita semua -di muktamar ini, dan pasca muktamar- semoga muktamar ini bisa menjadi awal perbaikan citra Islam di kalangan korban Islamophobia, baik muslim maupun non-muslim.
*) Tulisan ini disampaikan pada sambutan pembukaan Muktamar Ahlussunnah wal-Jama'ah di Chechnya, 25 Agustus 2016. Dialihbahasakan ke bahasa Indonesia oleh KH Ahmad Ishomuddin, Rais Syuriyah PBNU
Pendapat yang lain Ali Jum’ah (sedikit kontradiktif) Siapakah Ahlussunnah Wal Jama’ah?

Syekh Ali Jum’ah. Al-bayan lima yusyghilul adzhan
By farid al mashri on 28 september 2015
Siapakah Ahlussunnah Wal Jama’ah? Al-Jama’ah adalah orang-orang yang berkumpul di atas kebenaran yang telah diajarkan oleh baginda nabi Muhammad SAW dan sahabat-sahabatnya yang mulia. Nabi bersabda “bani israil akan terpecah menjadi 71 golongan, dan umatku juga akan terpecah menjadi 73. Semuanya berada di neraka kecuali satu golongan. Lalu nabi ditanya, “siapa golongan yang satu itu wahai nabi?”, nabi menjawab, “mereka adalah orang-orang yang mengikuti sunnahku dan sunah para sahabatku”. (al-mustadrak, Hakim)
Sahabat-sahabat nabi Muhammad SAW adalah jama’ah (perkumpulan) pertama yang dikumpulkan oleh nabi di bawah naungan agama Islam. Mereka semua berkumpul dibawah naungan nabi Muhammad dan al-Qur’an.
Nabi telah mengatakan bahwa para sahabat telah berkumpul dan berjama’ah dalam kebenaran dan kebaikan. Oleh karena itu tidak ada kebaikan kecuali dengan cara mengikuti jama’ah dan perkumpulan umat islam yang pertama, yaitu para sahabatrodliyallahu ‘anhum.
BAGAIMANA CARA KITA MENGETAHUI AL-JAMA’AH, APA TANDANYA?
Pada akhir masa khulafa’ur rosyidin mulai timbul tanda-tanda perpecahan diantara umat Islam, yang diawali dengan munculnya kelompok-kelompok Islam. Perpecahan ini lebih banyak disebabkan oleh faktor politik, seperti munculnya kelompok khowarij dan syiah, yang terjadi pada akhir masa kholifah Ali bin Abi Tholib.
Setelah itu muncul kelompok mu’tazilah, yang keyakinan dan pemikirannya banyak mempengaruhi para kholifah dinasti Abbasiyyah. Dan diceritakan bahwa pada masa ini ada seorang ulama besar yang bernama Imam Ahmad bin Hambal yang tetap mempertahankan dan mengikuti metode dan pemikiran nabi dan para sahabat meskipun menghadapi berbagai ancaman dan tekanan. Oleh karena itu beliau mendapat julukan,imam ahlussunnah wal jama’ah.
Disamping itu ada juga kelompok yang menamakan dirinya dengan karomiyyah. Mereka memiliki pendapat yang merusak aqidah Islam karena mereka menganggap bahwa Dzat Allah itu badan seperti badan makhluk, yang timbul sebagai akibat dari penafsiran ayat al-Qur’an dan al-Hadits secara dzohir.
Setiap kelompok Islam tidak dengan jelas mengatakan bahwa mereka berselisih paham dengan keyakinan nabi dan para sahabat. Tetapi sebaliknya setiap kelompok meyakini bahwa apa-apa yang mereka yakini itu adalah yang menjadi keyakinan nabi dan para sahabat. Oleh karena itu terjadi kebingungan bagi banyak orang mengenai siapakah mereka ahlussunnah wal jama’ah yang sebenarnya.
Satu tanda yang jelas untuk mengetahui al-jama’ah adalah berkumpul dan bersatunya kaum muslimin di bawah payung satu pemimpin yang memimpin seluruh negara Islam. Pada masa lalu kita tidak mengalami kesulitan untuk mengetahui siapakah itu al-jama’ah.
Namun dengan jatuhnya kholifah Utsmani dan ketiadaan seorang pemimpin yang memimpin seluruh wilayah Islam membuat kebingungan umat muslim.
Pada saat ini tidak ada petunjuk yang jelas yang menunjukkan kepada kita mengenai sipakah mereka ahlussunnh wal jama’ah kecuali satu hal, yaitu pemahaman mengenaial-katsroh (banyak) dan assawadul a’dzom (golongan yang terbesar yang dianut oleh kebanyakan kaum muslimin pada zaman dulu dan sekarang). Dan inilah jama’atul muslimin yang wajib dan harus kita ikuti.
Apabila ada orang yang bertanya kepada kita ‘mengapa engkau berfikir bahwa al-katsroh(golongan yang paling banyak) dari kaum muslimin adalah sebuah tanda dari al-jama’ah?’, maka kita akan menjawab bahwa ahlussunnah wal jama’ah adalah mereka yang bersatu dan berkumpul dibawah naungan nabi Muhammad SAW dan para sahabat. Lalu setiap golongan menganggap bahwa merekalah yang mengikuti nabi dan para sahabat.
Al-jama’ah harus berkumpul, bersatu, dan taat kepada imam / kholifah yang memimpin seluruh negara Islam. Namun khilafah Islamiyyah telah hilang, dan saat ini kita hanya memiliki satu tanda yaitu al-katsroh (golongan yang paling banyak) di dalam umat Islam, karena al-katsroh sesuai dengan pemahaman al-jama’ah menurut bahasa.
Nabi Muhammad SAW telah menjelaskan hal ini kepada kita. Beliau bersabda, laa yajmaullahu haadzihil ummah ‘ala adz-dzolaalati abadan (sesungguhnya Allah SWT tidak akan mengumpulkan umat ini di bawah naungan kesesatan). Hadis nabi yang lain, “tangan Allah bersama dengan al-jamaa’ah, maka ikutilah golongan umat Islam yang terbesar. Barang siapa yang menyimpang dari golongan ini maka ia akan masuk ke neraka”. (HR. Hakim
Anas bin Malik rodliyallahu ‘anh berkata, aku mendengar Rasulallah SAW bersabda, “sesungguhnya umatku tidak akan berkumpul dalam kesesatan. Apabila kalian melihat perbedaan dan perselesihan diantara kelompok-kelompok Islam, kalian harus berpegang teguh dan mengikuti as-sawaadul a’dzom (golongan terbesar)”. (HR. Ibnu Majah).
KESIMPULAN DARI MAKSUD AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AH
Kami telah menjelaskan makna ahlussunnah wal jama’ah secara bahasa dan istilah. Secara bahasa ahlussunnah wal jama’ah berarti sekumpulan banyak orang yang berpegang pada cara yang baik. Sedangkan makna ahlussunnah wal jama’ah secara istilah adalah sekumpulan orang yang bersatu dan berkumpul yang mengikuti keyakinan dan metode yang dipakai oleh nabi Muhammad SAW dan para sahabat.
Adapun tanda dari golongan ahlussunnah wal jama’ah adalah mengikuti satu imam kholifah atau pemimpin yang mengatur seluruh wilayah dan negara Islam. Akan tetapi apabila imam dan pemimpin tidak ada, maka dengan melihat pada as-sawaadul a’dzom(golongan muslimin yang terbanyak) sebagaimana yang telah dianjurkan oleh nabi Muhammad SAW.
Ibnu Subki telah mengatakan di dalam kitab syarkh aqidah Ibnu Hajib, “ketahuilah bahwa golongan ahlussunnah wal jama’ah telah berkeyakinan dan bersepakat mengenai perkara-perkara yang wajib, yang boleh, dan yang mustahil, meskipun mereka berbeda-beda di dalam metode dan prinsip-prinsip yang mengantarkan pada keyakinan itu.
Dan setelah dilakukan penelitian maka golongan ahlussunnah wal jama’ah dapat dibagi menjadi 3 kelompok yaitu,
Ahlul hadits (orang-orang yang sangat berpegang pada al-Qur’an dan al-Hadits). Karena dalil yang menjadi pegangan mereka adalah al-adillah as-sam’iyyah (al-Qur’an, al-Hadits, dan ijma’).
Ahlun nadzor al-‘aqli (orang yang banyak menggunakan akal disamping al-Qur’an dan al-Hadits). Mereka adalah Asy’ariyyah, al-Hanafiyyah, dan al-Maturidiyyah.Adapun imam dari kelompok Asy’ariyyah adalah Abul Hasan al-Asy’ari, sedangkan imam dari al-Maturidiyah adalah Abu Mansur al-Maturidi. Pada prinsipnya mereka semua sejalan dengan kelompok yang pertama meskipun berbeda-beda dalam beberapa masalah.
Ahlul wijdan wal kasyf (orang-orang yang diberi kemampuan oleh Allah untuk menangkap sesuatu dengan mata hatinya). Mereka dinamakan dengan as-Shufiyyah (orang-orang sufi). Pada awalnya mereka menggunakan metode kelompok yang pertama, lalu memakai metode kelompok yang kedua. Dan pada akhirnya mereka mendapatkan kasyf (ketersingkapan rahasia) dan ilham (ilmu ruhani) dari Allah SWT.
Imam Muhammad Ahmad as-Safarini al-Hambali mengatakan bahwa ahlussunnah wal jamaah itu terdiri dari 3 kelompok yaitu,
al-Atsariyah, Imamnya adalah Ahmad bin Hambal rohimahullahu ta’ala
al-Asy’ariyyah, Imamnya adalah Abul Hasan al-Asy’ari
al-Maturidiyyah, Imamnya adalah Abu Mansur al-Maturudi. (lawami’ul anwar al-bahiyyah wa sawaati’ul asraar al-atsariyyah).
Meskipun Imam as-Safarini tidak mencantumkan as-Shufiyyah di dalam pembagian di atas, bukan berarti beliau tidak menganggap shufiyah sebagai bagian dari golonganahlussunnah wal jama’ah. Hal ini karena shufiyyah bukanlah madzhab dalam bidang aqidah, karena shufiyyah adalah madzhab sulukiy (akhlak).
Shufiyyah tidak terlepas dari madzhab aqidah dalam menetapkan masalah-masalah yang berkaitan dengan tauhid, karena shufiyyah mengikuti madzhab ahlussunnah wal jama’ah, baik itu madzhab ahlul hadits, al-Asya’iroh, atau al-Maturidiyah.
Manhaj (metode) yang paling benar dalam hal cara beriman kepada Allah dan sifat-sifat-Nya adalah manhaj ahlussunnah wal jama’ah. Golongan inilah yang benar-benar mengikuti manhaj para nabi dan sahabat yang mulia rodliyallahu ‘anhum.
Meskipun pada masa lalu para sahabat tidak pernah menjelaskan apa itu ahlussunnah wal jama’ah karena belum ada kebutuhan untuk menjelaskannya atau belum munculnya kelompok-kelompok yang menyimpang dari ajaran agama Islam yang lurus.
Selanjutnya kita akan membahas sikap dan pandangan golongan ahlussunnah wal jama’ah terhadap kelompok al-Mu’tazilah, al-Mujassimah, Ibnu Taimiyyah dan para pengikutnya.
.
Sambutan Penutupan Syaikh Ali Jumu'ah pada Muktamar Ahlussunnah Wal Jamaah Chechnya

Written By Redaksi on Tuesday, 30 August 2016 | 09:45:00
Chehnya - Ketika kita menilik Ahlussunnah Waljamaah dari sisi pemahaman Asy’ari, kita temukan bahwa Asy’ari sendiri mempunyai dua pendapat. Kita temukan juga mazhab pasca Asy’ari bisa jadi mengadopsi pendapat yang manshūsh dan sebuah pendapat mukharraj. Selanjutnya takhrij memiliki mekanisme tersendiri.
Kami temukan kebebasan berpikir dalam bentuk yang paling indah dalam apa yang telah kami pelajari dari para sheikh kami. Ia bukanlah kebebasan tanpa tanggungjawab, fanatisme dan seleksi yang acak. Namun ia adalah penghargaan terhadap pendapat bagi yang mengadopsinya. Ia juga pendapat yang debatable.
Kebanyakan karya Asy’ari telah hilang. Hanya sedikit pendapat murni Asy’ari yang sampai kepada kita. Mana yang lain? Kita sedang berbicara tentang umat, dan kita tidak bicara soal personal. Ketika bicara soal Bukhari, kita benar-benar memegang teguh Bukhari, hingga membuat heran kalangan non-spesialis.
Kita sampaikan, Shahih Bukhari tidak hanya ditulis oleh Bukhari saja, tetapi ia adalah kitab milik umat yang menekuninya, menghasilkan sejumlah mustakhraj, memberikan interpretasi terhadap teks-teks tersebut serta menelusuri makna-makna tersebut dll. Dengan demikian, ia kitab milik umat. Dan semua yang dikritisi dalam Bukhari (sebenarnya) terdapat dalam Al-Quran. Dengan begitu, hal tersebut merupakan langkah pertama untuk menghancurkan Al-Quran setelah kritikus penghancur tersebut berdalih pada koreksi terhadap Imam Bukhari.
Semua pendapat Asy’ari tidak lain hanyalah terjemahan akurat terhadap Al-Quran dan Sunnah. Jika konsepsi ini luput dari salah seorang dari mereka dan mengabaikannya, serta mengikuti doktrin si fulan dan fulan, ia akan tetap berada di bawah payung Ahlussunnah Waljamaah, meskipun ia telah menyalahi pandangan yang diadopsi para ulama.

Metodologi Asy’ari hidup dan memhami realitas. Hanya dengan pendekatan Asy’ari, peradaban bisa terbangun, jika ingin meringkas apa yang disampaikan di podium ini dalam beberapa hari ini. Mengenai ketidaktahuan “an nābitah”, juga karena mereka kehilangan sanad. Suatu hal yang menggelikan, ketika seseorang mencoba merekayasa sanad untuk kaum nābitah, dan setelah kasus tersebut terbongkar dan terbantahkan bahwa sanad semacam itu tidak eksis, saat ini, mereka menyembunyikannya. Sanad mengandung keberkahan. Itulah yang diajarkan oleh para masyayikh, dan berkah mengalir melalui sanad. (Dan saya masih ingat, Nasiruddin Albani pernah berbicara tentang sanad yang diambilnya dari Sheikh Raghib At Thabbakh di perpustakaannya di Aleppo, namun kemudian ia merobeknya karena ia hanyalah sandiwara). Sanad yang menjadi aliran berkah telah menjadi sandiwara? Inilah perbedaan besar antara ahlul ilm, Ahlussunnah Waljamaah, pembawa panji kebebasan berpikir yang terkontrol, yang berdasar pada Al Qur’an dan Sunnah dengan para ashābul ahwā wal bida’.

Alhamdulillah, mayoritas umat, hingga saat ini, masih memegang teguh keyakinan Ahlussunnah Waljamaah, menolak apa yang diadopsi oleh kaum nabitah, kelompok ekstrim dan Neo-Khawarij Kini. Namun kondisi jejaring sosial dalam bahaya besar, dengan godaan yang mereka lancarkan, mereka berhasil mempengaruhi opini satu generasi. Isu ini sangat serius. PR semakin menumpuk. Kita harus bekerja siang dan malam untuk mewariskan agama kita kepada anak-anak dan cucu-cucu kita, sebagaimana yang telah diajarkan oleh para masyayikh dan nenek moyang kita. (Ruaqazhar)


Mufti Mesir ( Ali Jum’ah): Tidak Ada Perbedaan Antara Syiah dan Sunni

Sebuah fatwa yang akan menuai kontroversi kembali muncul – Dr.Ali Jumah mufti Mesir menyatakan bahwa tidak ada perbedaan antara Syiah dan Sunni.
Setelah sebelumnya beliau memberi pernyataan bolehnya beribadah dengan mengambil mazhab syiah, mufti Mesir Dr. Ali Jumah kembali menegaskan bahwa tidak ada perbedaan antara mazhab syiah dan mazhab sunni, perbedaan itu hanya terletak pada masodir (dasar-dasar pokok) pengambilan hukumnya saja.
Katanya dalam seminar yang bertempat di aula "Lions" Cairo, Minggu (1/3) beliau mengatakan bahwa pada tahun 1949 Al-Azhar telah membuka hatinya untuk menyatukan kedua mazhab yaitu ahli sunnah waljamaah dan syiah sesaat setelah itu dibuatlah majalah bernama "Risalatul Islam". Majalah ini khusus membahas soal-jawab permasalah antara sunni dan syiah diikuti dengan upaya dari masing-masing personil untuk saling menyatukan persepsi namun hal seperti itu rupanya masih dirasa kurang efektif.
Beliau menegaskan bahwa ikhtilaf (perbedaan) yang terjadi antara dua sekte tersebut bukan dikarenakan faktor politik, akan tetapi murni hanyalah perbedaan yang didasari oleh pemahaman teks dan sumber-sumber pokok istinbat (penetapan) hukum. Dimana sekte syiah menggunakan dasar pokok pengambilan hukumnya hanya dari Al-quran dan riwayat-riwayat para ahlul bait (keturunan nabi Muhammad) mereka diantaranya adalah Sahabat Ali, Imam Hasan, Imam Husain serta beberapa sahabat-sahabat seperti Umar Bin Yasir, Miqdad Bin Aswad dan Abu Dzu Alghafary dan mereka tidak mengambil riwayat dari yang lain kecuali dari yang disebutkan di atas tadi.
Adapun mazhab Ahlusunnah mereka mengambil pokok dasar hukumnya dari Alquran dan semua riwayat sahabat yang terdiri dari 114 ribu sahabat yang melaksanakan haji wada (haji perpisahan) bersama Rasullah dan 30 ribu sahabat lainnya yang hidup bersama Rasullah di Madinah.
Mufti memberi satu statemen "Bahwa hal ini wajib untuk kita ketahui sebagai penangkal mereka-mereka yang ingin mencabik agama islam, memecah belah umat serta membenarkan bentuk pertumpahan darah" dan secara tegas mufti Mesir menolak fatwa haram perayaaan Maulid Nabi atau hari kelahiran Nabi Muhammad..
Fatwa ini mirip dengan fatwa mufti Mesir sebelumnya yang mengatakan bolehnya beribadah menggunakan mazhab syiah serta kekagumannya terhadap perkembangan mazhab syiah. Fatwa mufti sebelum DR. Ali Jumah tadi sudah sangat banyak mengundang reaksi besar dari mereka yang pro ataupun yang kontra.(Muhammad Hasbi – Cairo/alarabiyah)

Fatwa Sunni Syiah Syekh Ali Jum’ah : kebolehan untuk beribadah menurut fikih syiah.

Ada sebuah kelompok di luar sana yang bekerja keras untuk mempertegang hubungan antara syiah dan suni, untuk memecah persatuan muslim, yang dengan melakukan hal itu mereka dapat meraih tujuan mereka sendiri. Karena alasan ini, dengan dikeluarkannya fatwa saya, saya menyatakan kebolehan untuk beribadah menurut fikih syiah.
Kita harus akui bahwa syiah, di negara ini, cukup maju. Karena alasan ini, kita dapat bekerja sama dengan mereka karena selama ini syiah dan suni memiliki satu kiblat, tidak ada perbedaan di antara mereka. Sejak awal sejarah kita, syiah selalu menjadi bagian tak terpisahkan dalam umat Islam.
Para pengikut mazhab syiah sangat maju, tapi ada segelintir individu yang dengan tujuan menciptakan perbedaan, membuat kitab-kitab mereka (syiah) menjadi usang, dan demikian mengeluarkan beberapa topik yang dapat menimbulkan sikap emosi dan perpecahan.
Beberapa organisasi politik, yang didukung dan dilindungi oleh Wahabi, berusaha mengumpulkan seluruh kekuatan mereka untuk menghambat hubungan antara mazhab syiah dan suni.
http://dialogsunni-syiah.blogspot.co.id/2011/03/fatwa-sunni-syiah-syekh-ali-jumah.html?m=0

Ulama Mesir: Ali Jum'ah Seorang Syiah

Mantan Wakil Menteri Wakaf Mesir, Dr. Jamal Abdussattar menuliskan dalam akun facebooknya, Kamis (10/10/2013), bahwa Ali Jum’ah, mantan mufti negara Mesir, adalah seorang yang berakidah syiah. Beliau menceritakan sebuah pertemuan dengan beberapa ulama di rumah Almarhum Syaikh Abdul Azhim Muthni. Di antara yang hadir dalam pertemuan itu adalah Dr. Ahmad Zayid dan Dr. Usamah Mukmin. Syaikh Abdul Azhim mengatakan, “Tahukah kalian bahwa Syaikh Ali Jum’ah lebih dekat kepada syiah daripada ahlu sunnah?”

Dr. Jamal melanjutkan, saat itu aku terkaget, namun Syaikh Abdul Azhim mengatakan, “Kamu jangan kesal. Ali Jum’ah memang seorang syiah.” Lalu beliau membuktikan dugaannya tersebut, misalnya dengan beberapa kasus Ali Jum’ah yang menjelek-jelekkan sahabat Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, beberapa fatwa yang berkenaan dengan nikah mut’ah dan nikah sirri, kemudian beberapa hal yang berkaitan dengan kehidupan pribadi beliau.

Dr. Jamal menyatakan bahwa Syaikh Abdul Azhim adalah orang yang sangat hati-hati dalam menilai sesuatu. Dr. Jamal menyebutkan, “Sebelumnya, cerita itu tidak aku sampaikan kepada siapa-siapa. Tapi kemudian aku melihat bagaimana kedengkian Syaikh Ali Jum’ah, sikap beliau yang seakan-akan menikmati pertumpahan darah, fatwa-fatwa yang membingungkan, kata-kata yang sangat kotor dalam menjelek-jelekkan pihak lain. Saat itu barulah aku tersadar bahwa orang-orang syiah mempunyai sifat-sifat seperti itu. Bahkan mengklaim mendapatkan pahala dengan melakukannya. Saat itu aku tersadar akan adanya kedengkian pihak syiah kepada proyek kebangkitan Islam Ahlussunnah. Aku teringat dengan pernyataan beliau di stasiun CBC, “Tidak ada yang namanya proyek kebangkitan Islam.”

Beberapa hari ini, memang Syaikh Ali Jum’ah sempat meramaikan pemberitaan di dunia Islam terkait dengan bocornya sebuah rekaman video menampilkan pidato beliau di depan para pimpinan militer. Dalam rekaman tersebut beliau menjelek-jelekkan para penentang kudeta, dan membolehkan membunuh mereka tanpa ragu-ragu dan tanggung-tanggung. Demikian dikutip dari dakwatuna.

Ternyata terbukti syekh ali jum’ah beraqidah syiah!!!!

Gensyiah : Dr Jamal Abdul Sattar – Wakil Kementerian Wakaf yang dulu, membeberkan Fakta yang bahaya sekali tentang mantan Mufti Mesir Ali Gomaa , yang mengungkapkan bahwa Ali Jum’ah lebih dekat kepada Syiah dari pada kepada sunnah .
Abdul Sattar melalui akunnya di situs jejaring sosial ” Facebook “ mengatakan : . . ” Rahasia dibeber untuk pertama kalinya pada musim panas 2004, saya berada di rumah Dr Abdel Azim المطعني al-Muth’ini rahimahullah. dan datanglah biografi Dr Ali Gomaa , waktu itu bersama saya Proffessor Doktor Ahmed Zayed dan Doktor Osama mukmin, maka Syaikh berkata: Apakah Anda tahu bahwa Sheikh Ali Gomaa lebih dekat kepada Syiah dari pada kepada sunnah? . “

Abdus Sattar menambahkan : ” Maka saya terkejut”. Lalu syekh menegaskan: Jangan kaget kalau Ali Jum’ah seorang Syi’ah.” Lalu beliau membeberkan bukti-buktinya yaitu metodologi (manhaj) Ali Jum’ah dalam menghina Sahabat nabi i dan beberapa fatwa Ali Jum’ah khusus untuk Nikah mut’ah dan nikah adat dan lainnya. kemudian beliau menyebutkan sebagian keadaan pribadi Ali Jum’ah yang menunjukkan hal tersebut.”

Wakil mantan Mentri Wakaf itu mengatakan: ” Sheikh al-Muth’ini rahimahullah adalah seorang ulama yang akurat dan hati-hati. Dan saya tidak berani mengatakan ini hingga saya melihat sepak terjang Ali Jumah sekarang ini yang menunjukkan kedengkiannya dan kebenciannya (kepada umat islam) dan penikmatan dia terhadap pertumpahan darah dan mengacau dalam fatwa , cabul dan menghina. Sifat-sifat ini –saya ketahui ini- adalah sifat-sifat orang syiah Rafidhah yang mereka beribadah kepada Allah dengannya!!!!

Abdussattar menutup penjelasannya seraya berkata: “Saya menyadari bahwa kita sekarang ini sedang menghadapi kebencian Syiah yang terpendam dan proyek Syiah yang penuh kedengkian pada proyek Sunni , dan di sini aku ingat pernyataannya untuk CBC (CNN NBC), di mana dia mengatakan:
مفيش حاجة اسمها مشروع اسلامي
Mafish perlu proyek Islam (tidak perlu proyek namanya proyek islam).
La hawla wala quwwata illa billah

Syeikh ali jum’ah : saya dikunjungi rasulullah -shalallahu alaihi wa salam-, beliau minta saya dukung al sisi (pengkudeta mesir dan pembunuh umat islam hingga di bulan suci)

Runtuhnya Pamor Ali Jum’ah

Bismillahirrahmaanirrahiim.
Baru-baru ini Dr. Yusuf Al Qaradhawi mengecam keras mantan Mufti Al Azhar, Syaikh Ali Jum’ah. Beliau menyebut syaikh itu dengan sebutan “Jendral Ali Jum’ah” (Jendral Ali Gomaa). Sebutan seperti ini sungguh sangat berat, apalagi diucapkan oleh seorang ulama dunia, Syaikh Al Qaradhawi.

Kecaman itu disampaikan setelah Ali Jum’ah berbicara di hadapan militer Mesir, intinya dia mengklaim bahwa Ikhwanul Muslimin adalah Khawarij karena memberontak kepada pemerintah yang sah. Selain mengecam, Al Qaradhawi juga mengingatkan jasa-jasa Ikhwanul Muslimin bagi Ali Jum’ah. Al Ikhwan lah yang pertama kali mengorbitkan Ali Jum’ah di mata rakyat Mesir.

Adalah argumentasi terbalik ketika Ali Jum’ah menuduh Al Ikhwan sebagai Khawarij; padahal mereka merupakan korban dari konspirasi kudeta militer dan pembantaian berdarah oleh militer biadab, di bawah kepemimpinan Jendral As Sisi -semoga Allah melaknatnya dengan serendah-rendahnya laknat-. Ikhwan yang menjadi korban, Ikhwan pula yang dituduh Khawarij. Padahal gerakan politik Ikhwan bersifat damai. Mereka seolah strategi “ahimsa” seperti Mahatma Gandhi, yaitu melawan kezhaliman dengan damai.

Sering Berfatwa Nyeleneh.
Sering Berfatwa Nyeleneh.
Ali Jum’ah pada mulanya dikenal sebagai ulama yang aktif menulis tema-tema pergerakan Islam. Kemudian kariernya menanjak, hingga menjadi Mufti Al Azhar. Namun riwayat Ali Jum’ah menjadi aneh ketika dia menunjukkan kebenciannya kepada apa yang dia sebut sebagai gerakan WAHABI. Bahkan syaikh ini termasuk sponsor utama pertemuan tokoh-tokoh Muslim dalam menolak Wahabi. Pandangan-pandangan Ali Jum’ah dalam hal ini banyak diikuti oleh kalangan anti Wahabi, utamanya kaum Syiah Rafidhah.

Sebutan “Jendral Ali Jum’ah” yang dilontarkan oleh Al Qaradhawi adalah kehinaan besar bagi sosok ulama itu. Seakan, Ali Jum’ah termasuk bagian dari “daun berguguran”; serupa seperti Said Ramadhan Al Buthi, Hashaun, Ahmad Thaiyib, dan lain-lain.

Para ulama yang dianugerahi taufiq, hidayah, irsyad, rahmat, dan al furqan tidak akan bergembira atas musibah yang menimpa kaum Muslimin (jamaah Al Ikhwan di Mesir); dan lebih-lebih mereka tak akan berfatwa dalam rangka memperberat jatuhnya musibah dan penderitaan itu. Na’udzubillah wa na’udzubillah min dzalik.

Semoga Allah Al Aziz membinasakan tangan-tangan, kepala, akal, dan daya upaya jahat yang mendukung penzhaliman, pembunuhan, penindasan, serta penghancuran atas kehidupan orang-orang Mukmin di Mesir, atau di mana saja di seluruh dunia ini. Amin Allahumma amin.

Rangkuman artikel : Apa,siapakah dan rujukan Ahlus-Sunnah wal-jama’ah ?
Ahlus Sunnah Wal Jamaah, Mengikuti Manhaj (Pemahaman, Cara Beribadah) Para Sahabat, Tabi’in, Tabiut Tabi’in ( Tiga Generasi Terbaik). Merekalah Yang Mendengar, Mencatat, Menghafal, Membukukan Semua Wahyu ( Al-Quran Dan Hadits) Dari Nabi. Juga Merujuk Kepada Empat Imam Mazhab, Imam Bukhari-Muslim. Pedoman Ini Sudah Sangat Cukup Untuk Mereview, Apakah Ibadah Kita Benar-Benar Ittiba’ Kepada Rasulullah Shallallahu `Alaihi Wa Sallam.


Ahlus Sunnah Wal Jamaah, Mengikuti Manhaj (Pemahaman, Cara Beribadah) Para Sahabat, Tabi’in, Tabiut Tabi’in ( Tiga Generasi Terbaik). Merekalah Yang Mendengar, Mencatat, Menghafal, Membukukan Semua Wahyu ( Al-Quran Dan Hadits) Dari Nabi. Juga Merujuk Kepada Empat Imam Mazhab, Imam Bukhari-Muslim. Pedoman Ini Sudah Sangat Cukup Untuk Mereview, Apakah Ibadah Kita Benar-Benar Ittiba’ Kepada Rasulullah Shallallahu `Alaihi Wa Sallam.
Benarkah Muktamar ( Shufi) Chechnya itu Ahlussunnah Wal Jama’ah ? Dimana kaum Asy'ariyyah, kaum Maturidiyyah di masa-masa yang penuh dengan keutamaan (masa shahabat, tabi'in dan tabi'ut tabi'in). Di waktu itu belum ada kaum Asy'ariyyah dan kaum Maturidiyyah.
http://lamurkha.blogspot.co.id/2016/09/benarkah-muktamar-shufi-chechnya-itu.html
Daftar Referensi Studi Komparatif Antara Tuduhan Dan Fakta : Salafi (Ahlus Sunnah, “Wahhabi"?), Aswaja, Ibnu Taimiyah, Sifat/Keberadaan/ Melihat Allah Diakhirat, Tanduk Setan, Najd, Muawiyah Bin Abi Sofyan, Takfiri Syi’ah, Nawashib,Saudi, Malaysia Dan Lain-Lain.
Konferensi Dhirar ”Chechnya” Manifestasi Kedengkian Dan Kepanikan Terhadap “ Ahlus Hadits (Atsariyah) Dan Kemenangan Mujahidin Suriah, Atas Pesanan Komunis Putin ( Rusia). Takut Mengundang Ulama Bermanhaj Salafi Yang akan Mengancam Eksistensi Peserta.
Kemana Umat Islam Akan Dibawa? Ke Blok Putin (Komunis) Dan Ini Berarti Dukung Syi’ah Iran Dan Rezim (Pembantai) Suriah, Atau Pilih Blok Salafi, Yang Berarti Ke Blok Saudi ( Tempat Al-Haramain, Al-Haq) ? Pecah Belah, Strategi Kuno Tapi Tetap Efektif.
Mufti Besar Arab Saudi, Syaikh Abdulaziz Alu Syaikh : Pemimpin Iran Bukan Muslim! Gunakan Paspor Palsu, Milisi Pro-Iran ( Majusi) Susupi Jamaah Haji Irak Ingin Buat Teror Di Al-Haramain ! Ratusan Ulama Dunia Justru Puji Arab Saudi.
Muktamar Dhirar “Chechnya” Dihadiri “Ulama-Ulama” Koplak Dari Jenis Yang Sama (Berhati Syi’ah). Memanipulir Definisi Ahlus Sunnah Dengan Meniadakan “ Ahlul Hadits,Atsariyyah,Salafiyyah, Pemahaman Tiga Generasi Terbaik Setelah Nabi (Al-Haq)”. 21 Wadah Ulama Ahlussunnah Di Dunia Mengutuk Konferensi Tersebut.
Politik pecah belah Syiah ala Neomajusi (Surat terbuka mahasiswa LIPIA untuk Muslim Indonesia)
Peran Ulama Jahat Dan Ulama Penjaja Dunia Melumpuhkan Kekuatan Umat Islam
http://lamurkha.blogspot.co.id/2016/09/peran-ulama-jahat-dan-ulama-penjaja.html


Benarkah Kelompok Shufiyyah Termasuk Ahlus Sunnah Wal Jama’ah
Membongkar kesesatan sufi (bahagian I, sejarah dan fitnah tasawwuf)
Membongkar kesesatan sufi (bahagian II, sorotan terhadap sufi)
Membongkar kesesatan sufi (bahagian III, Perbedaan pokok islam dan tasawwuf)
Membongkar kesesatan sufi (bahagian IV, Definisi tarekat sufi)
Membongkar kesesatan sufi (bahagian V, Kasyaf, khurafat dan shufi)
Mengoreksi ajaran tasawwuf
Rahasia tipu muslihat dedengkot shufi & syi’ah dibalik tudingan “wahabi” dalang paham takfir dan aksi terorisme